Berita Terkini Nasional

Pria Paruh Baya Tikam Anak dan Menantu Seusai Ribut dengan Istri Muda

Pria paruh baya meluapkan emosinya setelah ribut dengan istri muda dengan cara tikam anak dan menantu, beruntung warga tahu dan menyelamatkan nyawa.

Editor: Hanif Mustafa
Tribunlampung.co.id
Ilustrasi. Pria paruh baya meluapkan emosinya setelah ribut dengan istri muda dengan cara tikam anak dan menantu. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Seorang pria paruh baya nekat tikam anak dan menantu.

Pelaku nekat meluapkan emosinya ke anak dan menantu setelah ribut dengan istri muda.

Setelah itu pelaku juga nekat mengakhiri hidupnya sendiri.

Beruntung nyawa ketiganya dapat diselamatkan setelah dibawa ke rumah sakit terdekat.

Peristiwa ini terjadi di Dusun III Lumban Dolok, Desa Pardomuan Nauli, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Selasa (7/9/2021).

Peristiwa berdarah ini didiuga dipicu seusai ribut dengan istri muda.

Pelaku yang emosi usai konflik dengan istrinya itu nekat menikam menantu dan putrinya.

Kasus kekerasan menimpa pasangan suami istri di Sumatera Utara.

Baca juga: Motif Arsyad Bunuh Ayah dan Kakak Kandungnya

Keduanya nyaris tewas ditikam oleh ayah mertuanya sehingga harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis.

Setelah melukai menantu dan putrinya, Ayah korban nekat mengakhiri hidupnya.

Kejadian ini dipicu korban yang terlibat cekcok dengan istri muda pelaku hingga membuat pelaku emosi.

Pelaku bernama Jonny Hutapea (56)  nyaris menghabisi nyawa putri dan menantunya.

Peristiwa ini berawal ketika dia mendengar putrinya Denni Hutapea (30) cekcok dengan istri kedua Jonny.

Dia pun kesal dan membawa pisau untuk menyerang sang putri.

Mengetahui hal ini suami Denni Hutapea, Hendra Simanullang (35) datang untuk menolong.

Baca juga: Korban Penjambretan di Bandar Lampung Tewas Akibat Luka Berat di Kepala

Namun naas, Jonny Hutapea kalap dan juga menikam Hendra Simanullang hingga nyaris tewas.

Usai nyaris membunuh putri dan menantunya, Jonny pun nekat melukai dirinya.

Namun langsung diketahui masyarakat dan dibawa ke rumah sakit bersama putri dan menantunya.

Kepala Desa Pardomuan Nauli Muktar Hutahean menyampaikan bahwa pihaknya mengetahui informasi tersebut setelah ada laporan dari masyarakat sekitar.

Percekcokan kedua keluarga ini sudah kerap terjadi setelah Jonny Hutapea menikah kedua kalinya.

Setelah menikah orangtua si Denni Hutapea ini atau Jonny Hutapea ini, hubungan antara keluarga mereka tidak harmonis lagi," ujar Kepala Desa Pardomuan Nauli Muktar Hutahean saat disambangi di Kantor Kepala Desa Pardomuan Nauli pada Selasa (7/9/2021).

Ia juga menjelaskan bahwa keseharian Jonny Hutapea dan istrinya adalah petani.

Mereka juga masuk sebagai penerima manfaat dari pemerintah dalam program keluarga harapan.

"Ia penerima PKH dan korban ini adalah penerima BLT di desa ini," sambungnya.

Sementara, korban memiliki keseharian sebagai petani dan harus mengolah lahan orang lain sebab mereka tidak memiliki lahan pribadi.

"Kalau pekerjaan sehari-hari pelaku ini adalah petani dan pengambil tuak dari aren. 

Kalau Simanullang ini, pekerjaannya juga petani begitu juga dengan istrinya.

Karena sawah mereka tidak ada, mereka mengolah sawah orang lain," terangnya.

Di lokasi, terlihat rumah pelaku dan korban bertetangga.

Jarak antara lokasi Jonny Hutapea ditemukan tergeletak setelah mencoba bunuh diri berada sekitar 50 meter dari rumah tersebut.

Beberapa warga sekitar berkumpul di areal rumah tersebut setelah kejadian nahas terjadi.

Hingga saat ini, kejadian tersebut masih ditangani pihak kepolisian.

Rumah korban dan pelaku terlihat kosong.

Korban kini masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Porsea.

Sementara pelaku kini dirawat di Rumah Sakit HKBP Balige. 

Tindak kekerasan terhadap keluarga juga terjadi di Medan beberapa pekan lalu.

Namun tindak kekerasan ini dilakukan oleh pemuda bernama M Arsyad Kertonawi terhadap kakak kandungnya bernama Riski Sarbiani, dan ayahnya bernama Sugeng hingga meninggal dunia.

Peristiwa ini lantas mencuri perhatian masyarakat di Jalan T Amir Hamzah/Jalan Wakaf, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat.

Pascapembunuhan pada Sabtu (28/8/2021) malam, warga pun berduyun-duyun mendatangi lokasi kejadian perkara.

Namun, kronologis dan motif pembunuhan ini masih simpang siur.

Ada dua cerita kenapa M Arsyad Kertonawi tega menikam berkali-kali ayah dan abangnya.

Sejumlah warga yang diwawancarai Tribun Medan mengatakan, aksi pembunuhan sadis ini berlangsung sekira pukul 19.30 WIB.

Malam itu, Arsyad sempat dikabarkan meminta uang pada ayahnya karena alasan ada keperluan.

Namun sang ayah disebut tidak memberikan uang yang diminta Arsyad.

"Gara-gara duit bang. Dia minta uang enggak dikasih, kemudian ribut sama ayahnya," kata Adun warga sekitar.

Entah kenapa, tiba-tiba Arsyad bak orang kesurupan.

Dia berjalan menuju dapurr, lalu mengambil pisau dan menikam perut ayahnya.

Begitu pisau menghujam perut Sugeng, korban sempat melawan.

Saat perlawanan terjadi, Arsyad kembali menghujamkan pisau, hingga mengenai lengan kiri ayahnya.

Akibat kejadian ini, lengan kiri ayah pelaku robek.

Abang kandung pelaku bernama Riski Sabriani sempat berusaha melerai pertikaian itu.

Namun nahan, Riski Sabriani juga kena tikam di perut dan dagu.

Saat kejadian, Riski ditemukan meninggal dunia di dalam kamar.

Sementara ayah pelaku ditemukan di samping rumah.

Cekcok dengan Riski

Sementara itu, rekan pelaku bernama Iam mengatakan bahwa sebelum kejadian, Arsyad cekcok dengan abang kandungnya.

Peristiwa ini sudah beberapa minggu lalu terjadi.

Kala itu, Riski disebut telah menggadaikan handphone milik ibu mereka.

Arsyad yang tidak terima meminta Riski untuk menebus HP tersebut.

Arsyad memberi Riski waktu 1 x 24 jam untuk mengembalikan HP milik ibu mereka.

"Dia (Arsyad) memang enggak cocok sama abangnya," kata Iam.

Namun, Iam tak menjelaskan apakah HP yang digadai itu sudah dikembalikan atau belum.

Hanya saja, kata Iam, Arsyad sempat meminta tolong pada teman-temannya untuk memberi pelajaran pada sang kakak.

Namun Iam dan teman-teman lain berusaha meredakan amarah Arsyad.

Kuat dugaan, masalah ini pula yang membuat Arsyad tega menikam abangnya hingga tewas di dalam kamar.

Sosok Pelaku di Mata Teman

Arsyad, pembunuh ayah dan abangnya dikenal sebagai pribadi yang pendiam.

Selama ini, Arsyad juga jarang bergabung dengan teman-teman satu lingkungan.

Hal itu disampaikan Adit, teman sekaligus tetangga pelaku.

"Dia jarang gabung sama kami. Yang sering gabung itu abangnya," kata Adit.

Adit pun heran, kenapa Arsyad tega menghabisi ayah dan abang kandungnya.

Padahal selama ini Adit tidak pernah dengar kabar jika Arsyad punya masalah dengan keluarganya.

"Enggak pernah dengar ada ribut-ribut. Biasa aja," kata Adit.

Adit pun mengatakan, bahwa dia kehilangan sosok teman yang baik dan mudah bergaul.

Adit mengaku, dirinya lebih dekat dengan Riski.

"Kalau abangnya sering ke masjid. Orangnya humorris dan suka bercanda," kata Adit.

Kendati demikian, Adit berharap masalah ini bisa terungkap dengan jelas, sehingga tidak ada kesimpangsiuran informasi soal peristiwa ini.

Sujud di Depan Jenazah Ayahnya

Sejumlah warga yang ada di lokasi pembunuhan mengatakan bahwa Arsyad tidak melarikan diri pascamembunuh ayah dan abang kandungnya.

Menurut warga, Arsyad terdiam di dalam rumah.

Bahkan saat itu dia bersujud di depan jenazah ayahnya, seolah menyesali perbuatannya.

Dari keterangan masyarakat, pisau yang dipakai Arsyad membunuh ayahnya ditemukan di dapur rumah.

Dia pun mengakui sudah khilaf menghabisi orangtua yang selama ini membesarkannya.

Ditahan di Polsek Medan Barat

Setelah membunuh ayah dan abang kandungnya, Arsyad memilih tidak melarikan diri.

Warga yang ada di lokasi kemudian mengubungi petugas Polsekta Medan Barat.

Begitu menerima laporan, polisi langsung menyambangi lokasi kejadian.

Arsyad yang berada di rumahnya langsung dibekuk dan digelandang ke kantor polisi.

Kanit Reskrim Polsek Medan Barat AKP Prastyo mengatakan pelaku masih dimintai keterangannya.

Prastyo bilang, pihaknya masih mendalami kasus ini.

Perwira berpangkat tiga balok emas di pundak itu juga memohon doa agar kasus ini bisa segera diungkap.

Picu Kerumunan Massa

Lokasi Pembunuhan Dikhawatirkan Jadi Klaster Baru Covid-19, Petugas Kewalahan

Warga berdesak-desakan hendak masuk ke rumah tempat dimana Sugeng dibunuh oleh anaknya bernama M Arsyad.

Dikhawatirkan, lokasi pembunuhan ini bakal menjadi kluster baru penyebaran Covid-19.

"Sudah bubar, apalagi yang mau dilihat. Sudah enggak ada apa-apa di sini," teriak anggota kepolisian berseragam sipil, Sabtu (28/8/2021).

Meski sudah dibubarkan, warga tak mau tahu dengan imbauan polisi.

Mereka tetap berusaha merangsek masuk ke rumah lokasi pembunuhan.

Bahkan, beberapa warga tampak sibuk mengabadikan lokasi kejadian menggunakan kamera selularnya.

Karena warga tak mau bubar, anggota TNI yang kebetulan ada di lokasi ikut berusaha membubarkan kerumunan.

Namun tetap saja, warga berkerumun.

Bahkan beberapa diantaranya tidak menggunakan masker.

Sampai detik ini, lokasi kejadian masih padat.

Saking padatnya, arus lalu lintas di lokasi macet total.

Mobil yang hendak melintas terpaksa berjalan lamban menembus kerumunan masyarakat.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id  dan Tribun-medan.com

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved