Limbah di Pantai Lampung

Limbah Aspal di Pantai Kalianda Lampung Selatan Sudah Ada sejak Sepekan Lalu

Warga Kelurahan Way Lubuk, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, telah melihat tumpukan limbah aspal sejak sepekan lalu.

Tribunlampung.co.id / Dominius Desmantri Barus
Warga sekitar Pantai Kalianda, Kelurahan Way Lubuk, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, telah melihat tumpukan limbah aspal sejak sepekan lalu. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMPUNG SELATAN - Warga sekitar Pantai Kalianda, tepatnya di Kelurahan Way Lubuk, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, telah melihat tumpukan limbah aspal sejak sepekan lalu.

Anton (30), warga Kelurahan Way Lubuk, mengaku melihat limbah itu seminggu lalu.

"Pertama kali saya melihat limbah aspal tersebut saat mencari rumput laut di pinggir pantai. Sekitar ya kurang lebih semingguanlah, Mas," kata Anton sembari menyiapkan alat untuk mencari rumput laut, Sabtu (11/9/2021).

Anton sempat menduga limbah itu tumpahan oli bekas.

Baca juga: Limbah Diduga Aspal Penuhi Bibir Pantai Sebalang Lampung Selatan

"Awalnya saya mengira warna hitam yang menempel pada botol dan juga plastik bekas tersebut dari tumpahan oli bekas. Tapi pas saya cium, ternyata bukan bau oli. Malah baunya seperti bau aspal," ujarnya.

Anton mengatakan, sampai saat ini limbah tersebut belum berdampak pada keramba rumput laut miliknya.

"Kalau limbahnya sih masih ke arah sana lagi, Mas. Sudah mau ke arah Pantai Ketang. Kalau di situ banyak banget. Bahkan warna hitamnya ada yang sampai ngebekas di pasir," ungkap Anton.

"Belum ada sih, Mas, dampak dari limbah aspal tersebut. Tapi saya khawatirnya lama-lama limbah itu terbawa arus sampai ke sini," imbuhnya.

Hal sama dikatakan Nahrani (50), petani rumput laut di Kelurahan Way Lubuk.

Baca juga: Air Danau di Argentina Berubah Warna, Dampak Limbah Pabrik Ikan

"Saya sudah liat limbah aspal itu dari lima hari yang lalu. Saya kira tumpahan oli. Ternyata bukan. Mirip kayak aspal. Ketika dipegang, warna hitamnya akan lebih lengket dan susah dihilangkan," kata Nahrani.

"Untungnya tidak berpengaruh ke rumput laut. Karena rumput laut yang kita cari ada di dalam air. Sedangkan limbah aspal itu ada di pinggir-pinggir pantai terbawa ombak," jelasnya.

Nahrani menyebut pihak desa ataupun kelurahan belum ada yang datang untuk mengecek ke lokasi.

"Sampai sekarang belum ada aparat desa yang datang. Padahal limbah ini sudah ada lima hari yang lalu, dan mungkin sudah ada warga yang lapor ke mereka. Karena di beberapa tempat juga katanya banyak kayak gini. Yang saya tau ada juga limbah aspal gini di Pantai Sebalang," ungkapnya.

Pria yang juga mencari nafkah dari barang rongsokan ini menjelaskan, limbah itu sangat lengket.

"Saya juga kan bekerja mencari rongsokan. Jadi saya kumpulin itu botol-botol bekas dan beberapa barang lainnya. Pas saya cuci pakai sabun, warna hitamnya tetap tidak mau hilang. Harus dibersihkan pakai bensin baru bisa hilang. Itu juga harus digosok beberapa kali," pungkasnya.

( Tribunlampung.co.id / Dominius D Barus )

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved