Berita Terkini Nasional
Gembong Teroris Ali Kalora Tewas Ditembak, Polisi Buru 4 Anggota MIT Poso Lainnya
Pemimpin kelompok teroris Ali Kalora tewas bersama rekannya dalam baku tembak dengan aparat. Kini, aparat masih memburu 4 anggota MIT lainnya.
Penulis: Virginia Swastika | Editor: taryono
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Setelah Ali Kalora tewas bersama rekannya, Jaka Ramadhan dalam baku tembak, Satgas Madago Raya masih harus memburu empat anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) lainnya.
Keempat orang yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) itu, di antaranya Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Mukhlas, Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang, serta Suhardin alias Hasan Pranata.
Hal tersebut disampaikan oleh Kapolda Sulawesi Tengah, Irjen Pol Rudy Sufahriadi.
"Masih ada empat DPO lagi yang sedang kita kejar."
"Kita akan cari sisa DPO sampai dapat. Secara intelijen kita mendapatkan informasi dari semua pihak," terang Rudy dikutip dari Instagram resmi Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah (19/9/2021).
Rudy juga mengimbau masyarakat untuk membantu tugas kepolisian dengan tidak ragu membuat laporan terkait keberadaan para DPO.
"Kepada masyarakat untuk tidak ragu membuat laporan ke kepolisian terkait keberadaan para DPO. Mohon bantuannya. "
Baca juga: Bom Bawaan Rekan Ali Kalora Meledak Saat Baku Tembak dengan Satgas Madago Raya
"Terima kasih kepada masyarakat yang mau bekerja sama dalam mengungkap DPO yang selama ini kita cari," ujarnya.
Dirinya juga berharap agar wilayah kepemimpinannya bisa segera terbebas dari aksi teror.
"Semoga Sulawesi Tengah ini terbebas dari aksi terorisme yang meresahkan masyarakat," sambungnya.
Diketahui sebelumnya pemimpin teroris MIT Ali Kalora tewas dalam baku tembak dengan Satgas Madago Raya pada Sabtu (18/8/2021) lalu.
Tak hanya seorang diri, Ali tewas bersama rekannya, Jaka Ramadhan alias Ikrima.
Hal tersebut disampaikan oleh Danrem 132 Tadulako Brigjen TNI Farid Makruf.
"DPO diduga Ali Kalora dan Jaka Ramadhan," kata Makruf dilansir dari Kompas.com.
Dirinya juga melanjutkan bahwa aksi baku tembak tersebut terjadi pukul 17.20 WITA di pegunungan desa Astina, Kabupaten Parigi Moutong, Poso.
Kontak senjata yang terjadi di wilayah Desa Astina itu pun diperkirakan terjadi di kolam Alpha 12.
Dua orang DPO teroris yang tewas masing-masing luka tembak di bagian kepala.
Usai mendapatkan laporan penembakan tersebut, lanjut Makruf, pihaknya segera menuju lokasi kejadian.
"Saat ini dalam perjalanan menuju TKP," terangnya.
Kini, pihak kepolisian pun berencana mengevakuasi kedua jenazah terduga teroris tersebut ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulteng.
Kedua jasad tersebut nantinya akan diidentifikasi untuk memastikan bahwa Ali Kalora dan Jaka Ramadhan yang benar ditembak aparat.
Aksi Teror MIT Poso di Awal Pandemi
Aksi teror MIT Poso di awal-awal pandemi dimulai saat Ali Kalora Cs diduga sebagai pelaku pembunuhan seorang petani bernama Daeng Tapo, Rabu (8/4/2020).
Korban tewas dibunuh saat berada di perkebunan Maitangi, Dusun Sipatuo, Desa Kilo, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso.
Sebelum ditemukan tewas, Daeng Tapo dilaporkan hilang sejak Sabtu (4/4/2020).
Dua pekan kemudian, kelompok MIT kembali diduga menjadi otak kasus penembakan terhadap dua anggota polisi di Kabupaten Poso.
Dua personel polisi diserang saat sedang berjaga di Bank Syariah Mandiri Jl Pulau Irian Jaya, Poso Kota, Rabu (15/4/2020) pagi.
Akibat insiden itu, seorang polisi mengalami luka tembak dan harus dilarikan ke RSUD Poso.
Selang empat hari dari aksi penyerangan tersebut, warga Poso kembali dibuat geger.
Ali Kalora Cs diduga membunuh seorang petani warga Desa Kilo, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Minggu (19/4/2020).
Korban bernama Ambo Ajeng alias Papa Angga tewas dengan luka benda tajam di bagian leher dan tubuh lainnya.
Sebelum dibunuh, Papa Ajeng diculik saat sedang beristirahat di pondok kebunnya di wilayah KM 09 Gunung Desa Kawende, Kecamatan Poso Pesisir Utara.
Masih di wilayah Poso, Ali Kalora Cs kembali berulah dengan membunuh seorang warga di Desa Sangginora, Kecamatan Poso Pesisir Selatan.
Awalnya, kelompok MIT mencegat dua petani saat hendak ke kebun di wilayah Pegunungan Tahiti, Desa Sangginora, Sabtu (8/8/2020) pukul 17.30 Wita.
Namun satu di antaranya berhasil melarikan diri dan seorang lainnya bernama Agus Balumba tewas dengan luka senjata tajam.
Di malam harinya, kelompok MIT pimpinan Ali Kalora kembali beraksi.
Korban mereka kali ini merupakan para pegawai Dinas Kesehatan (Dinkes) Poso.
Ali Kalora Cs menghadang mobil rombongan pegawai Dinkes Poso yang hendak menuju Kota Poso di Jalan Trans-Sulawesi.
Beruntung tidak ada korban jiwa dari penghadangan tersebut.
Namun Ali Kalora Cs merampok sejumlah barang milik pegawai Dinkes Poso, seperti uang, snack dan satu buah jam tangan.
Di antara aksi teror MIT paling terkenal yakni saat membantai satu keluarga di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Jumat (27/11/2020).
Satu keluarga itu beranggotakan empat orang, yakni Yasa, Naka, Pedi dan Pinu.
Sebelum melakukan pembunuhan, Ali Kalora Cs juga diduga membakar satu rumah milik warga.
Sejumlah warga yang menyaksikan aksi pembunuhan tersebut dan tinggal di sekitar lokasi kejadian didera ketakutan.
Mereka berbondong-bondong lari ke arah hutan untuk menyelamatkan diri.
Aparat dipimpin Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Abdul Rakhman Baso kemudian terjun ke lokasi melakukan penyelidikan dan pengamanan.
Pada kesempatan itu, Kapolda turun langsung melakukan perbaikan dan pembangunan kembali rumah warga yang dibakar.
Baca juga: Sosok Ali Kalora, Panglima Teroris Poso yang Tewas dalam Baku Tembak
Memasuki tahun 2021, aparat TNI-Polri tergabung dalam Operasi Madago Raya terus melakukan pengejaran terhadap kelompok teroris paling dicari itu.
Aksi terakhir kelompok MIT diketahui terjadi di Desa Kalimago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Selasa (11/5/2021).
Ali Kalora Cs diduga membunuh empat petani masing-masing berinisial MS, S, P dan L.
Keempat korban ditemukan tewas di dua lokasi berbeda di perkebunan kopi Desa Kalimago.
Usai menghabisi nyawa para petani tersebut, Ali Kalora Cs mengambil uang dan barang lain milik korban. ( Tribunlampung.co.id / Virginia Swastika )