Bandar Lampung
Baru 23.027 Siswa Jenjang Dikmen Divaksin, Disdikbud Lampung Belum Evaluasi PTM
Disdikbud Provinsi Lampung mencatat bahwa baru 23.027 siswa jenjang Dikmen (Pendidikan Menengah) yakni SMA/SMK/SLB telah divaksin.
Penulis: Bayu Saputra | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Lampung mencatat bahwa baru 23.027 siswa jenjang Dikmen (Pendidikan Menengah) yakni SMA/SMK/SLB telah divaksin.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Disdikbud Lampung Tommy Efra Handarta saat ditemui Tribun Lampung di ruang kerjanya, Senin (20/9/2021).
Untuk target sasaran siswa yang akan divaksin se-Lampung jenjang Dikmen yakni ada sebanyak 311.162 siswa.
Tapi sampai saat ini yang sudah baru 23.207 siswa yang tervaksin dan sisanya 288.135 siswa lainnya yang belum atau menunggu gilirannya.
"Sudah ada 7,40 persen jika kita persentasekan untuk vaksinasi dosis pertama ini yang telah divaksin, " kata Tommy.
Sementara itu dosis kedua baru 5.162 siswa yang telah divaksin dan sisanya masih banyak yang belum divaksin.
Jadi tadi pada saat rakor juga dengan Wagub Nunik, beliau mendorong untuk percepatan vaksinasi di semua peserta didik.
Diharapkan dengan siswa ini divaksin maka terciptanya herd immunty dan tugas Disdikbud juga koordinasi dengan Diskes memastikan supaya bisa tervaksin sepenuhnya.
"Tadi juga secara simbolis didistribusikan 1.000 vaksin untuk Dikmen masing-masing daerah. Ini berkat perjuangan pak gubernur dan wagub pasca kedatangan Presiden Jokowi, " kata Tommy.
Nantinya vaksin itu didistribusikan juga belum tahu kapannya dan yang pasti 15 ribu vaksin untuk pelajar jenjang Dikmen.
Saat ini kabupaten dan kota sudah dilakukan vaksin bagi peserta didik dan saat ini dilakukan percepatannya.
Dengan skema vaksinator yang datang ke sekolah ataupun sebaliknya.
Sementara evaluasi PTM sampai saat ini belum dilakukan, karena model PTM di setiap daerah ini mengacu kepada SKB 4 Menteri.
Terpenting ketentuan SKB 4 mentri PTM yang tercatat dalam SKB itu bisa terpenuhi semua.
Misal kantin harus tutup, antara siswa lainnya harus berjarak.
Artinya model pembelajaran diserahkan ke sekolah masing-masing.
( Tribunlampung.co.id / Bayu Saputra )