Bandar Lampung
Peternak Ayam Keluhkan Harga Telur Rp 17 Ribu per Kg, Pemprov Lampung Perjuangkan Relaksasi Kredit
pengusaha ayam petelur di bawah 5.000 ekor mengeluhkan dengan harga telur yang turun menjadi Rp 17 ribu per kg.
Penulis: Bayu Saputra | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Kelompok Ternak Ayam Petelur (Ketat) Sejahtera Mandiri atau pengusaha ayam petelur di bawah 5.000 ekor mengeluhkan dengan harga telur yang turun menjadi Rp 17 ribu per kg.
Ketua Ketat Sejahtera Mandiri Yoce H Sadok saat ditemui awak media usai audiensi dengan Sekdaprov Lampung Fahrizal Darminto beserta jajaran Pemprov Lampung diruang Abung, Jumat (24/9/2021) mengatakan bahwa peternak ayam petelur merugi dengan harga telur yang murah.
Sementara harga pakan ayam petelur ini sebesar Rp 360 ribu per saknya.
Tapi harga jual telur dipasaran Rp 17 ribu per kg, dan tidak imbang dengan makanya ayam tersebut.
"Ayam petelur ini jika tidak mendapatkan perhatian maka ayam tersebut sulit untuk menelurnya," kata Yoce.
Lalu banyaknya potongan harga (cn) dari peternak-peternak besar kepada tengkulak yang keliling.
Sehingga peternak kecil kesulitan menjual hasil usahanya dan sampai saat ini program UMKM dari pemerintah belum dirasakan oleh peternak kecil.
Harapannya kepada pemerintah mensupport peternak dengan diberikan stimulus.
Seperti bidang yang lainnya seperti kalau bidang pertanian ada bantuan bibit pupuk subsidi.
"Tetapi kenapa kami ini tidak diperhatikan, berbeda dengan Pinsar yang mendapatkan bantuan 250 ton jagung dan kenapa kami tidak, " kata Yoce.
Dirinya meminta kepada pemprov dapat memberikan bantuan kepada peternak kecil yang mengalami covid.
Lalu diperparah tingkat harga pakan yang mahal dan harga jual telur rendah. "Bisa saja pemprov memberikan kami bibit ayam untuk bisa bangkit lagi," kata Yoce.
Karena sampai saat ini para peternak kecil sebagian menjual ayamnya untuk membeli pakan.
Kalau standar harga telur diatas Rp 21 ribu maka bisa tertutup untuk biaya produksi, akan tetapi kalau harganya turun dibawah Rp 21 ribu itu tidak imbang.
Akibat kesulitan ini bahwa sudah banyak peternak yang tidak bisa bertahan, hingga dijual semuanya ayamnya tersebut dan persoalan ini sudah dari dua bulan terakhir.
Dengan harapan Pemprov Lampung tidak hanya bisa janji saja tapi harus ditepati demi kelangsungan hidup para peternak ayam dengan skala kecil ini.
Sekdaprov Lampung Fahrizal Darminto mengatakan persoalan ini merupakan masalah secara nasional.
Tetapi dengan relaksasi kredit kepada OJK untuk perbankan, dan akan diperjuangkan untuk relaksasi kredit peternak.
Semestinya peternak mendapatkan subsidi, akan diinventarisasi untuk diusulkan relaksasi tersebut serta kebutuhan lainnya yang diinginkan peternak.
Memang pada hilirnya bahwa harga pakan memang naik harganya, tapi harga telur turun. Karena permintaannya juga turun yang diakibatkan karena covid.
Banyak restoran dan warung tutup, sehingga daya beli masyarakat serta harganya juga turun.
Tetapi harga pakanya tidak turun dan peternak ini sangat terjepit.
"Kita sudah serap aspirasinya, maka Dinas Koperasi UMKM akan mempelajarinya. Termasuk juga Disperindag untuk stabil harganya, Disnakeswan akan membimbing peternak secara teknis sehingga bisa bertahan, " kata Fahrizal.
( Tribunlampung.co.id / Bayu Saputra )