Kesehatan
Halo Dokter, Apa Itu Emfisema dan Seperti Apa Gejalanya
Bagi Anda para perokok berat, perlu berhati-hati. Masalah kesehatan emfisema menjadi ancaman bagi Anda.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID – Bagi Anda para perokok berat, perlu berhati-hati. Masalah kesehatan emfisema menjadi ancaman bagi Anda.
Emfisema tergolong pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Emfisema adalah penyakit kronis yang ditandai dengan rusaknya alveolus, yakni kantung udara pada paru-paru.
Kerusakan tersebut dapat menyebabkan kesulitan bernapas atau napas menjadi pendek.
Dikutip dari Kompas.com, setidaknya ada sekitar 300 juta alveoli pada paru-paru sehat.
Ketika menghirup udara, alveoli meregang dan menarik oksigen masuk dan membawanya ke darah.
Baca juga: Halo Dokter, Bagaimana Cara Mengatasi Bisul
Namun saat mengembuskan napas, alveoli menyusut dan mendorong karbon dioksida ke luar dari tubuh.
Sementara pada penderita emfisema, alveoli dan jaringan paru-paru rusak sehingga kantong udara tidak mampu menopang saluran bronkial.
Penyakit ini banyak berkembang setelah seseorang memiliki kebiasaan merokok bertahun-tahun.
Emfisema merupakan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) seperti halnya asma dan bronkitis kronis.
Jika tidak ditangani dengan benar, emfisema bisa meluas dan mengakibatkan komplikasi berupa robeknya paru-paru, gangguan jantung, hingga membuat paru-paru berlubang.
Baca juga: Halo Dokter, Banyak Makan Telur Dapat Sebabkan Bisul?
Bahkan penderita emfisema juga berisiko terkena pneumonia, bronkitis, dan infeksi paru-paru lainnya.
Berdasarkan data WHO, emfisema menjadi penyakit penyebab kematian tertinggi ketiga di dunia.
Permasalahan kesehatan ini telah membunuh sekitar 3,23 juta jiwa pada 2019.
Umumnya, 80% kematian terjadi di negara dengan ekonomi menengah ke bawah.
Dikutip dari Kompas.com, jenis emfisema sangat bergantung pada bagian paru-paru yang terserang infeksi.
Secara umum, emfisema terbagi menjadi tiga, yaitu emfisema paraseptal, emfisema sentrilobular, dan emfisema panlobular.
Gejala emfisema
Dilansir dari Cleveland Clinic, gejala emfisema seringkali tidak terlihat sampai tingkat kerusakan paru-paru mencapai 50 persen.
Penyakit paru-paru ini berkembang secara bertahap dan memiliki tanda seperti penyakit lain.
Namun gejala umumnya bisa ditandai sebagai berikut:
1. Sesak napas, terutama saat berolahraga ringan atau naik tangga.
2. Napas pendek.
3. Batuk berkepanjangan.
4. Mengi
5. Banyak memproduksi lendir di saluran pernapasan.
6. Merasa lelah dan lemas dalam jangka panjang.
Namun, emfisema juga bisa berkembang dengan ditandai gejala berikut ini:
1. Infeksi paru-paru.
2. Berat badan turun.
3. Nafsu makan berkurang.
4. Bibir berwarna biru.
5. Mudah cemas dan depresi.
6. Memiliki gangguan tidur.
Penyebab emfisema
WHO mengatakan ada beberapa faktor penyebab emfisema menyerang seseorang. Di antaranya:
COPD develops gradually over time, often resulting from a combination of risk factors:
1. Paparan asap rokok.
2. Debu atau bahan kimia tertentu.
3. Polusi udara dalam ruangan, termasuk bahan bakar biomassa atau batu bara yang sering digunakan dalam proses memasak.
4. Pertumbuhan janin yang buruk atau prematur, serta riwayat infeksi pernapasan kronis.
5. Riwayat asma sejak kecil.
6. Memiliki riwayat defisiensi alfa-1 antitripsin atau penyakit paru obstruktif (PPOK) dalam keluarga.
Namun WebMD mengatakan terdapat dua penyebab emfisema yang utama, yaitu merokok dan kekurangan AAT. Berikut penjelasan selengkapnya.
1. Merokok
Hingga kini dokter masih belum mengetahui persisnya bagaimana merokok dapat merusak lapisan kantung udara.
Hanya saja, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko perokok aktif terkena emfisema jauh lebih tinggi, sekitar enam kali dibandingkan pada perokok pasif.
Meski belum ada obat untuk emfisema, tetapi menghentikan kebiasan merokok dapat memperlambat kerusakan pada paru-paru.
2. Kekurangan AAT
Kekurangan AAT atau Alppa-1 antyitrypsin akan menyebabkan tubuh kesulitas melawan infeksi.
Padahal, fungsi utama AAT adalah menjaga sel darah putih agar tidak merusak jaringan normal.
Pada kondisi orang yang mengalami kekurangan AAT, sel darah putih normalnya akan merusak paru-paru.
Bahkan, tingkat kerusakannya jauh lebih parah pada perokok.
Sementara itu, perokok pasif juga dapat mengalami kerusakan paru-paru dari waktu ke waktu.
Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan orang yang terpapar asap rokok memiliki risiko yang tinggi terkena emfisema.
Cara diagnosis emfisema
Dilansir dari Healthline, ada beberapa cara mendiagnosi emfisema, antara lain:
1. Tes pencitraan, seperti sinar-X dan CT scan, untuk melihat kondisi paru-paru.
2. Tes darah, untuk menentukan seberapa baik paru-paru mentransfer oksigen.
3. Oksimetri nadi, untuk mengukur kandungan oksigen dalam darah.
4. Tes fungsi paru-paru, yang mengukur seberapa banyak udara yang dapat dihirup dan dikeluarkan paru-paru dan seberapa baik paru-paru mengirimkan oksigen ke dalam aliran darah.
5. Tes gas darah arteri, untuk mengukur jumlah darah dan karbon dioksida dalam darah.
6. Elektrokardiogram (EKG), untuk memeriksa fungsi jantung dan menyingkirkan penyakit jantung.
Perawatan emfisema
Meski tergolong penyakit kronis, masalah kesehatan ini tergolong bisa dicegah dan diobati.
Dalam mendukung perawatan emfisema, salah satunya dengan menghentikan kebiasaan merokok dan menghirup asap rokok orang lain.
Selain itu, bisa juga rutin mengenakan masker untuk melindungi paru-paru saat berada di luar rumah.
Umumnya para dokter dan ahli kesehatan akan memberikan beberapa obat, terapi, hingga operasi guna mengurangi gejala dan memperlambat perkembangan penyakit emfisema.
Obat-obatan yang bisa digunakan untuk menangani emfisema berupa:
1. Bronkodilator, untuk membantu saluran udara terbuka, mempermudah bernapas serta meredakan batuk dan sesak napas.
2. Steroid, untuk meredakan sesak napas.
3. Antibiotik untuk melawan infeksi yang dapat memperburuk kondisi.
Namun emfisema juga bisa diatasi dengan terapi paru atau olahraga ringan seperti jalan kaki, yoga, tai chi, serta latihan pernapasan
Sebab, kegiatan tersebut dapat mengutakan otot pernapasan dan meredakan gejala.
Terapi oksigen juga diketahui dapat membantu mempermudah pernapasan.
Sementara operasi atau pembedahan dilakukan untuk mengangkat bagian kecil dari paru-paru yang rusak.
Selain itu, emfisema kronis dapat ditangani dengan transplantasi paru-paru untuk menggantikan paru-paru yang mengalami kelainan. ( Tribunlampung.co.id / Virginia Swastika )