Wawancara Eksklusif
Bincang Bersama Atlet Peraih Medali Emas di PON Papua, Mitra Andalkan Kaki Kiri saat Tanding
Atlet Muaythai Mitra Edisyah Putra Waruwu salah satu yang menyumbang medali emas bagi Provinsi Lampung di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX.
Penulis: Bayu Saputra | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Atlet Muaythai Mitra Edisyah Putra Waruwu salah satu yang menyumbang medali emas bagi Provinsi Lampung di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua.
Muaythai diketahui merupakan cabang olahraga yang baru hadir pada perhelatan PON tahun ini.
Berikut petikan wawancara Tribun dengan Mitra Edisyah Putra Waruwu terkait capaiannya tersebut?
Bagaimana perasaannya telah kembali ke Lampung dengan membawa medali emas?
Pastinya senang dan bangga, sebab yang ditargetkan tercapai. Prestasi itu berkat dukungan semua pihak, KONI, keluarga besar, dan doa masyarakat Lampung.
Saat tiba di Lampung, kita para atlet disambut dari pihak KONI.
KONI sangat mendukung semua atlet yang berlaga di PON ini meski ada yang tidak sesuai target.
Sambutan dari keluarga besar, teman-teman, dan para kolega seperti apa?
Sambutannya sangat hangat dan luar biasa.
Pihak yang menyambut kami, rela menunggu dari malam sampai pagi.
Kita dari Bandara Soekarno Hatta ke Lampung menggunakan transportasi darat tapi para pengurus KONI dan Pemprov Lampung serta keluarga menunggu lama di kantor KONI Lampung.
Saat PON kemarin, pengalaman apa yang paling berkesan selain meraih emas?
Pengalamannya banyak. Pertama, saya mewanti-wanti diri saya sendiri agar bisa menjadi juara.
Sebab, saat kejuaraan nasional, Liganas dan seleknas untuk SEA Games saya mendapat emas.
Sehingga itu menjadi tekanan tersendiri.
Dengan kondisi yang ada, saya sangat tegang mengikuti PON XX Papua ini.
Apalagi saat pertandingan pertama, saya belum all out dan tidak mengeluarkan seluruh kemampuan saya.
Itu karena cuacanya panas dan belum adaptasi.
Sehingga saya mengalami beberapa cidera.
Saat semifinal saya juga bertemu atlet yang sempat turun dalam kejuaraan nasional di Kendari beberapa waktu lalu dan itu menjadi tekanan sendiri.
Belum lagi kaki kanan cidera.
Tapi saya buktikan dengan berjuang mengandalkan kaki kiri, dan akhirnya menang sampai final.
Pihak KONI, Sekdaprov Lampung Fahrizal Darminto, dan tim menonton saya ramai-ramai dan itu memberikan semangat kepada saya.
Ini sungguh pengalaman luar biasa. Terima kasih semuanya.
Apa penilaian Anda soal Papua?
Papua itu kota yang sangat ramah dan saya bertanding di Jayapura.
Saya merasakan nyaman sekali selama di sana.
Warga di sana ramah-ramah, selalu menyapa, tersenyum, dan menanyakan kita dari kontingen mana.
Di sana sempat jalan-jalan? Mengunjungi apa saja?
Kalau kemarin, langsung ke pos Lampung.
Saya hanya fokus bertanding. H
anya ke tempat pertandingan saja setiap harinya. Saya tiba di Papua 25 September dan pulang 5 Oktober dan hanya mutar di tempat pertandingan serta pos Lampung saja.
Seharusnya pada 4 Oktober lalu rencananya jalan-jalan, namun harus PCR dan memakan waktu yang lama.
Hingga akhirnya sudah sore dan keesokan harinya harus pulang ke Lampung.
Ada beberapa peristiwa saat PON Papua, seperti kericuhan saat pertandingan tinju dan gulat, bagaimana penilaian Anda?
Wajar saja karena ada yang tidak diterima, tidak senang dengan keputusan wasit dan harus diselesaikan dengan kepala dingin.
Kalau di muaythai wajar saja, selama saya bertanding saya baik-baik saja.
Secara keseluruhan, bagaimana menurut Anda penyelenggaraan PON Papua? Panitia, wasit, dan fasilitasnya?
Kalau penilaian, ada beberapa menurut orang lain tidak sesuai, tapi saya fokus bertanding saja.
Fasilitas tempat pertandingan sangat mendukung, dan kalau hasil keputusan itu di wasit.
Bonus sudah menanti. Jika bonus sudah cair, untuk apa bonusnya?
Kalau bonus itu merupakan rezeki.
Itu buah kerja keras selama setahun lebih latihan.
Bonus tersebut akan digunakan sebaiknya, diberikan ke keluarga ataupun membuka usaha.
Setelah PON, apa agenda ke depan?
Agenda kedepannya saya masuk dalam pencanangan atlet nasional yang akan bertanding di SEA Games 2022 Hanoi, Vietnam.
Saya mohon dukungannya dari warga Lampung, Pemprov Lampung, dan KONI Lampung.
Harusnya Februari sampai Maret ada pelatnas, lanjut Mei sampai Juli ada palatnas, makanya kemarin TC PON dan SEA Games juga.
Harapan untuk para atlet bibit muda di Lampung?
Harapannya, semoga pada PON 2025 di Aceh dan Sumut, atlet yang lolos banyak.
Potensi yang ada sangat banyak. Mari berlatih bersungguh-sungguh dan berjuang.
Mari kita berjuang ramai-ramai karena kemarin Lampung hanya dua orang saja yang dikirimkan pada PON.
(Tribunlampung.co.id/bayu saputra)
