Kesehatan
Halo Dokter, Apa Itu Asfiksia dan Penyebabnya
Berikut halo dokter, simak penjelasan Apa Itu Asfiksia. Secara umum asfiksia merupakan kondisi dimana tubuh tak mendapatkan kadar oksigen yang cukup.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID – Berikut penjelasan apa itu asfiksi dan penyebab asfiksi.
Istilah Asfiksia mungkin akan terasa asing ditelinga orang umum.
Istilah ini ada dalam ilmu kedokteran atau kesehatan.
Secara umum asfiksia merupakan kondisi dimana tubuh tak mendapatkan kadar oksigen yang cukup.
Namun hal ini juga bisa berarti tubuh yang terlalu banyak menghirup senyawa karbon dioksida hingga menyebabkan gangguan pernapasan.
Kondisi Asfiksia dapat mengancam nyawa orang yang mengalaminya.
Baca juga: Halo Dokter, Apa Itu Bisul dan Bagaimana Cara Mengobatinya
Dikutip dari Encyclopedia Britannica, asfiksi adalah kegagalan atau proses pernapasan yang disebabkan oleh kekurangan oksigen di otak.
Laman Web MD menuliskan saat bernapas dengan normal, tubuh akan mengambil oksigen dari luar.
Paru-paru kemudian akan mengirimkan oksigen ke dalam darah untuk disalurkan ke seluruh jaringan tubuh.
Sel-sel dalam tubuh tersebut kemudian akan menggunakan oksigen untuk menghasilkan energi.
Setiap gangguan pada proses menghirup oksigen atau mengeluarkan karbon dioksida dapat membuat seseorang pingsan atau bahkan kehilangan nyawa.
Baca juga: Halo Dokter, Apa Itu Kanker Paru-paru Penyebab Kematian
Selain itu, asfiksia dapat terjadi secara sengaja dengan menghirup helium, karbon dioksida, atau hidrogen.
Bahkan gantung diri juga bisa menyebabkan seseorang mengalami asfiksia.
Tak hanya terjadi pada orang dewasa, asfiksi juga dapat dialami oleh bayi yang baru lahir.
Menurut Rumah Sakit Anak Seattle, asfiksia terjadi pada sekitar 4 dari setiap 1.000 kelahiran di Amerika Serikat.
Bayi prematur memiliki tingkat risiko yang tinggi untuk mengalami kondisi ini.
Selain itu, bayi yang lahir dari ibu dengan adanya penyakit diabetes mellitus atau preeklamsia juga memiliki risiko yang besar.
Penyebab asfiksia pada bayi umumnya terjadi karena kurangnya aliran darah ibu ke janin melalui tali pusat.
Hal tersebut bisa didorong karena kondisi ibu, masalah pada tali pusat, atau penyakit bawaan bayi.
Tanda bayi mengalami asfiksia adalah tubuh yang biru dan pucat, serta bayi tidak menangis spontan.
Buruknya, asfiksia dapat mengakibatkan kegagalan pada organ tubuh lainnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, dan otak.
Penyebab asfiksia
Faktor penyebab asfiksia dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu fisik dan kimiawi.
Namun, asfiksia fisik menjadi penyebab yang paling umum terjadi.
Pada kondisi ini, seseorang mengalami kesulitan bernapas akibat dari benda atau gangguan secara eksternal.
Kecelakaan bisa menyebabkan kondisi berbahaya ini.
1. Asfiksi fisik
Mengutip Web MD, contoh penyebab asfiksia fisik.
a. Tersedak
Tersedak adalah kondisi saat makanan tersangkut di saluran pernapasan sehingga mampu menghalangi udara masuk ke paru-paru.
Biasanya lansia, bayi, dan balita yang berpeluang besar mengalami kondisi ini.
b. Aspirasi
Contoh asfiksi ini merupakan kondisi saat sesuatu yang dimakan atau diminum masuk pada saluran yang salah.
Tenggelam adalah jenis aspirasi yang paling umum terjadi.
c. Mati lemas (tercekik)
Mati lemas dapat terjadi ketika sesuatu menghalangi pernapasan.
Hal tersebut bisa disebabkan karena adanya benda berat yang menutupi wajah atau dada.
Kondisi ini bisa menyebabkan oksigen di dalam tubuh habis.
Pencekikan menggunakan tali juga dapat menekan jalannya napas dan menghalangi udara masuk.
d. Overdosis obat
Obat jenis opioid dapat memengaruhi udara yang masuk ke paru-paru.
Saat obat ini dikonsumsi secara berlebihan atau dosisnya terlalu tinggi, hal tersebut dapat memperlambat pernapasan dan menyebabkan asfiksia.
e. Asfiksia lahir
Umumnya, kondisi ini terjadi pada bayi karena memiliki permasalahan dengan plasenta atau persalinan yang lama.
Namun, kurangnya oksigen dalam darah ibunya juga bisa memungkinkan terjadinya asfiksia.
f. Kejang
Kejang juga dapat menyebabkan asfiksia.
Kejang epilepsi misalnya, kondisi ini menyebabkan pernapasan terhenti lalu menurunkan kadar oksigen yang ada di dalam tubuh.
Bahkan kejang epilepsi ini bisa berakibat fatal dan menyababkan kematian.
Selain itu selama epilepsi terjadi, tubuh bergerak sedemikian rupa sehingga pernapasan akan terhalangi.
f. Penyakit atau cedera
Gagal jantung, patah leher, bahkan alergi juga bisa menyebabkan saluran udara membengkak dan tertutup hingga menyebabkan seseorang mengalami asfiksi.
2. Asfiksi kimiawi
Jenis asfiksi kimiawi ini merupakan kondisi kurangnya oksigen yang disebabkan karena bahan kimia, misalnya:
a. Karbon monoksida
Senyawa ini merupakan gas yang tak berwarna dan tak berbau.
Umumnya berasal dari pembakaran beragam jenis bahan bakar.
b. Sianida
Keracunan sianida juga berpotensi menyebabkan asfiksi.
Sianida ini bisa ditemukan pada asap kebakaran, kontak dengan bahan kimia tertentu, hingga pekerjaan di industri pertambangan.
c. Hidrogen sulfida
Gas ini memiliki bau seperti telur busuk. Biasanya berasal dari limbah, pupuk cair, sumber air panas belerang, dan gas alam.
Jika gas ini dihirup terlalu banyak, hal tersebut akan menghalangi oksigen masuk menuju paru-paru.
Gejala asfiksia
Melansir dari Healthline, gejala asfiksi dapat ditandai dengan beberapa tanda berikut ini.
1. Kulit pucat atau kebiruan.
2. Mengalami kesulitan bernapas.
3. Lambatnya detak jantung.
4. Otot terasa melemah.
5. Suara serak.
6. Sakit tenggorokan.
7. Mengalami gangguan pendengaran.
8. Kesadaran mulai menurun.
Faktor risiko
Kondisi asfiksia akan semakin tinggi dan rentan terjadi pada orang-orang yang memiliki beberapa faktor di bawah ini:
1. Punya penyakit asma dan alergi tertentu.
2. Memiliki gangguan pernapasan.
3. Mengalami kesulitan menelan.
Pengobatan asfiksia
Dalam melakukan pengobatan asfiksia, hal tersebut bergantung pada penyebabnya.
Namun secara umum, pengobatannya dapat dilakukan melalui:
1. Resusitasi Kardiopulmer (CPR)
CPR merupakan alternatif cara yang bertujuan untuk membantu darah dan oksigen bergerak ke seluruh tubuh saat seseorang pingsan akibat sesak napas atau karena jantungnya berhenti berdetak.
Metode ini dapat digunakan sebagai pengganti sementara kerja jantung dan paru-paru dalam menggerakkan darah dan oksigen ke seluruh tubuh.
2. Terapi oksigen
Terapi oksigen juga bisa menjadi cara pengobatan asfiksia.
Dalam praktiknya, seseorang akan mengenakan masker di hidung dan mulutnya atau hanya menggunakan selang di hidungnya untuk mengalirkan oksigen.
Baca juga: Halo Dokter, Apa Itu Kanker Paru-paru Penyebab Kematian
Oksigen yang digunakan dalam terapi ini diketahui berasal dari tabung silinder yang dianggap lebih murni dari oksigen bebas yang biasa dihirup di lingkungan. ( Tribunlampung.co.id / Virginia Swastika )