Kesehatan

Halo Dokter, Apa Itu Difteri dan Gejalanya

Berikut Halo Dokter tentang apa itu Difteri. Difteri adalah penyakit menular pada saluran pernapasan yang disebabkan bakteri Corynebacteriu

Editor: Hanif Mustafa
wartakota
Ilustrasi imunisasi difteri. Halo Dokter, apa itu Difteri dan gejalanya. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Simak apa itu Difteri, penyakit pernafasan menular yang disebabkan akibat bakteri.

Dikutip dari Kompas.com, terdapat 7.097 kasus penyakit difteri di seluruh dunia. Lalu apa itu Difteri?

Difteri adalah penyakit menular pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae.

Infeksi bakteri ini bersifat serius yang dapat memengaruhi selaput lendir tenggorokan dan hidung.

Kuman tersebut menyebar dengan cepat melalui percikan air liur di udara saat bersin atau batuk.

Baca juga: Halo Dokter, Apa Resiko Terkena GERD

Penyakit tersebut juga bisa menular lewat benda-benda yang memiliki bakteri penyebab difteri, seperti cangkir atau tisu bekas.

Penularannya yang mudah itu membuat pasien difteri harus melakukan isolasi demi tak menambah jumlah kasus baru lainnya.

Bahkan jika orang yang terinfeksi tak menunjukkan adanya gejala, orang tersebut masih tetap bisa menularkan penyakitnya kepada orang lain.

Lingkungan yang kotor juga dapat menyebabkan seseorang terkena difteri, khususnya difteri kulit yang ditandai dengan bisul dan kemerahan.

Penyakit ini juga bisa datang kapan saja, tanpa tergantung pada musim tertentu.

Baca juga: Halo Dokter, Apa Itu Kanker Paru-paru dan Bagaimana Gejalanya

Difteri merupakan penyakit mematikan karena bakteri penyebabnya akan memproduksi racun di dalam tenggorokan atau amandel.

Racun ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi buruk, termasuk radang otot jantung, radang saraf, masalah ginjal, hingga pendarahan.

Bila salah penganangan atau terlambat, difteri bisa berakibat fatal, seperti kematian.

Gejala difteri

Dilansir dari Mayo Clinic, tanda-tandanya akan mulai terlihat pada 2-5 hari setelah pertama kali terinfeksi.

Berikut gejala difteri yang umum terjadi:

1. Selaput tebal berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel.

2. Sakit tenggorokan dan suara serak.

3. Pembengkakan kelenjar (pembesaran kelenjar getah bening) di leher.

4. Kesulitan bernapas atau napas cepat.

5. Keluarnya cairan dari hidung

6. Demam dan kedinginan

7. Mudah lelah.

Namun ada juga gejala lain yang bisa timbul dari infeksi difteri, seperti susah menelan, sesak napas disertai bunyi, dan nafsu makan berkurang.

Komplikasi difteri

Difteri bila tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan komplikasi, berupa:

1. Menyumbatnya saluran udara.

2. Kerusakan otot jantung.

3. Kerusakan saraf.

4. Kehilangan kemampuan bergerak.

5. Infeksi paru-paru (gagal napas atau pneumonia).

6. Kematian.

Dalam menghindari komplikasi difteri, pasien harus segera dibawa ke dokter dalam waku 72 jam sejak tertular.

Faktor risiko difteri

Penyakit difteri masih tergolong umum di negara berkembang dengan tingkat imunisasi yang rendah.

Di negara tersebut, anak-anak di bawah usia 5 tahun dan orang-orang di atas usia 60 tahun sangat rentan terinfeksi difteri.

Selain itu, ada juga orang-orang yang memiliki risiko tinggi terjangkit penyakit menular difteri, antara lain:

1. Orang yang tidak melakukan vaksinasi difteri.

2. Mengunjungi negara yang tidak memiliki fasilitas imunisasi.

3. Memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti AIDS.

Pencegahan dan penanganan difteri

Dalam penanganan difteri, penyakit ini belum bisa diatasi dalam waktu singkat, seperti satu-dua tahun.

Dikutip dari Kompas.com, dokter spesialis anak sekaligus konsultasn infeksi tropis RUSP HAM, dr Ayodhia Pitaloka Pasaribu mengatakan difteri dapat dicegah dengan imunisasi.

Selain itu, menjaga kebersihan lingkungan juga bisa mencegah terinfeksinya penyakit ini.

Imunisasi itu tak hanya dilakukan pada anak, melainkan juga orang dewasa.

Sebab, kekebalan vaksin yang telah disuntikan semakin lama akan semakin berkurang seiringnya waktu.

Pasien yang tidak diimunisasi berisiko lebih besar untuk terjangkit penyakit difteri

Begitu pula dengan yang tidak melakukan imunisasi secara lengkap.

Menurutnya, apabila penyakit ini muncul, berarti cakupan imunisasi tidak terlalu baik.

Baca juga: Halo Dokter, Apa Itu Rinitis dan Bagaimana Mengobatinya

Ketika satu kasus difteri muncul, berarti akan ada pula kasus lainnya. ( Tribunlampung.co.id / Virginia Swastika )

Baca apa itu penyakit lainnya

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved