Muktamar NU
Sempat Berlangsung Ricuh, Sidang Pleno 1 Muktamar NU Diskors Sementara
Pada sidang pleno 1 Muktamar Ke-34 NU sempat terjadi kericuhan antar muktamirin. Sejumlah muktamirin melakukan interupsi pertanyakan legalitas peserta
Pada bagian lain, Gus Ipul mengingatkan agar panitia pelaksana berhati-hati dalam melakukan verifikasi peserta, terutama peserta yang memiliki hak suara.
Hasil pemantauan di lapangan, kata dia, verifikasi digital tidak bisa membedakan SK yang sah dan SK yang tidak sah, sehingga perlu dilakukan verifikasi secara manual.
“Kami punya daftar pengurus yang sah, dan yang lain juga punya daftarnya. Itu sama daftarnya. Kita semua tahu. Jadi, jangan ada yang coba bermain,” tegasnya.
Gus Yahya menjadi calon kuat Ketua PBNU, dirinya digadang bersaing ketat dengan KH Said Aqil Siradj yang merupakan calon petahana.
Sementara kubu KH Said Aqil pun mengklaim telah mendapatkan dukungan suara mayoritas untuk dapat kembali memimpin NU.
Dalam beberapa kesempatan, kubu Kiai Said Aqil menyebut angka 389 suara dukungan untuk menjabat periode ketiga memimpin PBNU.
Perwaris NU Haruslah Sosok Mendunia
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar singgung soal harapannya mengenai karakter pewaris Nadhlatul Ulama (NU) saat menghadiri pembukaan Muktamar ke-34 NU di Pondok Pesantren Darussa’adah, Lampung Tengah, hari ini, Rabu (22/12/2021).
Dalam sambutannya itu ia berharap agar para pewaris NU bisa menjadi sosok yang mendunia.
"Rasulullah Allah dan para nabinya, terutama Rasulullah SAW adalah untuk dunia bahkan alam semesta, maka para pewarisnya itu Nahdlatul Ulama harus juga mendunia dan sekarang sedang dinantikan kiprahnya di dunia," kata Miftachul.
Menurutnya, demi mendukung tujuan tersebut, pewaris NU harus memiliki karakter baik yang kokoh.
"Maka karakter-karakter yang mendunia harus terus digali dengan diperkokoh. Sifat-sifat membebek, gerutak-gerutuk, latah segera kita enyahkan," tambahnya lagi.
Ia juga berharap agar kader organisasi keagamaan itu dapat menunjukkan semangat dalam menjaga idealisme dalam bersikap baik.
Pasalnya, dirinya percaya bahwa sifat-sifat latah hanya akan merusak kemaslahatan manusia.
"Kader Nahdaltul Ulama harus mampu menunjukkan kepribadian dan semangat menuju kebaikan serta menjaga idealisme dalam bersikap.
"Ikut-ikutan orang lain dan menjadi latah hanya akan membuat kita terpecah belah, terombang-ambing, dan menjadi bulan-bulanan."
"Dengan perpecahan tidak ada satu kebaikan yang akan dianugerahkan Allah kepada seseorang pun, baik orang-orang terdahulu maupun orang yang akan datang belakangan," tambahnya.
Miftachul Akhyar juga mengakui kekuatan besar yang dimiliki para kader NU.
Sayangnya, di matanya, NU masih belum sepenuhnya memosisikan diri di tempat yang semestinya.
"Kekuatan jamiatun Nahdlatul Ulama sebenarnya sangat luar biasa, tapi selama ini warga Nadhaltul Ulama yang hanya memosisikan diri sebagai jamaah belum ber-jamiah. Inilah yang perlu kita jamiahkan."
"Jangan sampai nanti warga tercerai berai hanya untuk kepentingan sesaat. Mereka harus mengikuti satu pemandu yang dikomando dari PBNU dan didukung dari para Mustasyarin dan para ulama panutan kita," sambungnya.
Selain itu, Miftachul Akhyar menambahkan NU memiliki tugas yang cukup penting dalam hal memanfaatkan potensi yang ada dengan baik dan benar.
Pasalnya bila tidak dikelola dengan baik hal tersebut dapat berakibat fatal dan menyebabkan perpecahan.
"Menjamiahkan jamaah dengan segala potensinya yang berkekuatan raksasa ini menjadi pekerjaan rumah terpenting dari sekian pekerjaan rumah yang lain."
"Sebab potensi raksasa ini kalau tidak dikelola dengan baik dan benar justru akan menjadi beban dan terpecah belah, menjadi bulan-bulanan dan diperebutkan oleh kelompok-kelompok yang lain," imbuhnya lagi.
Baca juga: Muktamar NU 2021, Stan Sejarah Nahdlatul Ulama Sedot Perhatian Pengunjung Bazar
Di samping itu, RaIs Aam PBNU tersebut mengajak peserta Muktamar NU 2021 untuk dapat menyongsong NU yang lebih baik lagi.
"Marilah kita songsong satu abad untuk masuk ke abad kedua Nahdlatul Ulama dengan menyegarkan kembali gerakan dan sistem komando kita agar posisi Nahdaltul Ulama sebagai ashabul haq sekaligus ashabul qarar dapat terwujud dalam berbagai dimensi kehidupan dan kebangsaan dan kemaslahatan kita," tambah KH Miftachul Akhyar. ( Tribunlampung.co.id / Bayu Saputra / Hurri Agusto / Reni Ravita / Virginia Swastika)