Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif dengan Kepala BKKBN Perwakilan Lampung Rudy Budiman tentang Penanganan Stunting

Angka stunting secara nasional ditargetkan bisa turun menjadi 14 persen. wawancara khusus bersama Kepala Perwakilan BKKBN Rudy Budiman.

Penulis: Bayu Saputra | Editor: Dedi Sutomo
Tribunlampung.co.id / Bayu Saputra
Kepala Perwakilan BKKBN Lampung Rudy Budiman. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Angka stunting secara nasional ditargetkan bisa turun menjadi 14 persen.

Untuk mencapai target tersebut, perlu langkah dan upaya dari pemerintah pusat dan juga daerah guna menekan angka stunting.

Lalu, bagaimana upaya yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Lampung.

Berikut petikan wawancara khusus bersama Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Rudy Budiman

Bagaimana progres penanganan stunting di Provinsi Lampung?

Terima kasih, jadi memang stunting itu pasti berkaitan dalam menyiapkan SDM unggul sesuai dengan visi misi pemerintah.

Baca juga: Wawancara Eksklusif Kadisdukcapil Bandar Lampung, Semua Anak Berhak Punya Akta Kelahiran

Bahwa kita ingin mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, bermartabat dengan berlandaskan gotong royong.

Terkait dengan itu pasti dalam penyiapan SDM dan ditentukan dengan keluarga yang berkualitas. Jangan sampai anggota keluarga kita dikatagorikan stunting.

Inilah kita harus kerjasama bergotong royong dan berkolaborasi serta melakukan konvergensi diberbagai tingkatan wilayah.

Di Lampung sudah baik sekali dimana instruksi gubernur ada surat adanya percepatan stunting di provinsi, kabupaten dan kota dibuat serta dilakukan ini luar biasa.

Bahkan ada di kabupaten mendapatkan apresiasi bagaimana dalam pengelolaan stunting aksi konvergensinya hingga ketingkat keluarga.

Baca juga: Wawancara Eksklusif Guru Besar FEB Universitas Lampung, Tuntut Ilmu Sepanjang Hayat

Jadi Provinsi Lampung ini sudah jalan sesuai dengan road mapnya yang ditetapkan dan sejalan dari hadapan presiden.

Bicara angka stunting, berapa jumlah anak yang stunting di Lampung saat ini?

Kita berbicaranya persentase, beberapa waktu lalu secara nasional sudah di publish dari Kemenkes dari hasil status gizi Indonesia dan dilakukan surveinya SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) 2021 dan alhamdulilah capaian Lampung ada diangka 18,5 persen.

Kalau tahun 2019 diangka 26,3 persen, jadi ini percepatan penurunan paling signifikan secara nasional 7,8 poin tertinggi.

Walaupun secara nasional yang terkecil itu ada di Provinsi Bali, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Kepulauan Riau dan Lampung ada di 18,5 persen.

Jadi ini percepatan penurunan paling signifikan secara nasional ada 7,8 poin. Ini hal yang menarik terutama dari aspek percepatan penurunan tersebut.

Artinya kita sangat berkolerasi dengan apa yang dilakukan oleh Pemprov Lampung sehingga dampak kita terasa angka stunting kita cepat turun.

Perbandingan dengan 2 tahun terakhir, 2019 dan 2021 ?

Bahwa 2019 di Lampung ada 26,3 persen tapi setelah dilakukan survei bahwa kita berada diangka 18,5 persen.

Jadi ini percepatan itu turunnya cepat dan prestasi ini membanggakan mungkin akibat intervensi dari semua pihak dan serius.

Jangan sampai di Lampung ini anak-anak ya MB g stunting.

Di kabupaten/kota mana yang paling banyak?

Kalau dari hasil survei yang tertinggi yakni Kabupaten Tanggamus ada sekitar 25,0 persen paling tinggi dan Kemenkes dipublis menjadi perhatian.

Lalu Kabupaten Pesisir Barat dan daerah itu menjadi perhatian serius dari Kemenkes. 

Jadi daerah ini sangat disayangkan menjadi perhatian kita semua dan memang daerah ini berlimpah dari aspek sayuran, buah-buahan dan banyaknya ikan.

Tapi kenapa masih banyak sekali kasus stunting sampai dengan persentase yang mencolok dan ini diatas rata-rata Provinsi Lampung 18,5 persen.

Makanya harus membantu bagaimana menggarapnya dari masalah hulu dengan harapan jangan lagi bertambah angka stunting.

Faktor apa saja yang menjadi penyebab? Dan apa faktor yang paling dominan di Lampung?

Kalau dilihat SSGI berkaitan dengan nutrisi kesehatan, sanitasi, dan lingkungan.

Serta dipengaruhi oleh pola asuh dari keluarga, lalu kekurangan akses makanan yang bergizi.

Kekurangan akses sanitasi dan air bersih, dan terbatasnya pelayanan pembelajaran sejak dini sejak hamil dan ini fokus kampanye besar-besaran.

Ini untuk mencegah penambahan stunting dan kita ingin menurunkan angka stunting lebih cepat lagi.

Dari catatan hasil SSGI dan jelas dipetakan stunting kita pada kasus akut yang memang persoalan sanitasi dan air bersih. 

Tidak tersedianya air bersihnya pasti dia terjadi diare yang berkelanjutan dan terjadinya cacingan karena sanitasi tidak bagus.

Dibawa puskesmas sehat dan lingkungan tidak baik sama saja, jadi berlarut hingga turun berat badannya dan jika ini dibiarkan maka akan dominan stunting.

Makanya kita gempur dalam lingkungan yang sehat dimasyarakat.

Terkait penanganan stunting, ada daerah di Lampung yang pernah meraih penghargaan tingkat nasional seperti Lampung Selatan. Bagaimana pandangan Anda?

Saya rasa Lamsel menjadi percontohan ditingkat nasional dimana aksi konvergensinya bisa cepat percepatan penurunan angka stunting tersebut.

Dan saya berkunjung kesana bagus ada sekretariat dan memantau serta merujuk kasus stunting. Bahwa balita itu ada stunting apakah bisa ditanggulangi di daerah apa ditempat yang tinggi lainnya.

Supaya ini menjadi percontohan didaerah lainnya untuk penurunan stunting. Gizi keluarga itu sangatlah diharuskan seperti telur dan ikan.

Dalam penanganan stunting, apa kendala paling mendesak?

Memang yang mendesak dengan data SSGI bahwa kasus akut yang diselesaikan bagaimana lingkungan bersih hingga pemberian ASI eksklusif.

Serta makanan tambahan pengganti ASI, kemudian paling kongkrit agar ibu hamil datang ke posyandu dan inj karena covid.

Apakah pertemuan di puskesmas bergantian dengan dilakukan penimbangan berat badan jangan sampai terkaget-kaget kurangnya timbangan anak.

Terkait penanganan, BKKBN Lampung bersinergi dengan pihak mana saja?

Jelas penanganan stunting itu yang stunting saja tapi persoalan hulu itu diawali dari siklus kehidupan.

Dari remaja putri yang siap menikah, harus dikawal dan jangan sampai anemia atau istilahnya lingkar lengannya kurang dari 2,3 cm.

Bahkan kekhwatiran kita jangan sampai HBnya rendah, jangan sampai kurus dan akan berdampak lingkar lengannya kurang.

Kita MOU dalam mengawal remaja putri kebablasan karena diet dan menjadikan lupa dengan kesehatannya.

Adakah target khusus jangka pendek dalam penanganan stunting?

Targetnya jangka pendek yang jelas jangan sampai ada penambahan anak-anak stunting dan 2024 secara nasional bahwa 14 persen turunnya.

Kita sekarang ini diangka 18 persen dan 2022 kita harapkan angka bisa turun lagi. Makanya jangan lagi kekurangan gizi dan jangan sampai lahir prematur yang sangat dekat dengan stunting.

Jangan sampai menikah dibawah 21 tahun dan beresiko siklus masa suburnya panjang dengan resiko kematian ibu dan anaknya.

(Tribunlampung.co.id / Bayu Saputra)

Baca juga: Wawancara Eksklusif dengan Kepala BPBD Lampung Rudy Sjawal Sugiarto

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved