Mesuji
Minyak Goreng Langka di Mesuji, Maksum Terpaksa Jual Nasi Uduk Tanpa Gorengan
Maksum penjual nasi uduk di depan Kantor Kecamatan Tanjung Raya mengaku tidak menjual gorengan karena sulit mendapatkan minyak makan.
Penulis: M Rangga Yusuf | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, MESUJI - Ibarat kopi tanpa gula rasanya pahit, itulah yang dialami oleh penjual nasi uduk, dan tukang roti di Desa Brabasan, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji, Rabu (16/2/2022).
Sebab, kedua pedagang tersebut harus menjual nasi uduk tanpa gorengan hingga membatalkan pesanan risoles karena bahan minyak goreng untuk memasak tidak tersedia.
Maksum penjual nasi uduk di depan Kantor Kecamatan Tanjung Raya mengaku tidak menjual gorengan karena sulit mendapatkan minyak makan.
"Sudah tiga hari yang lalu saya tidak jual gorengan mas, padahal sudah tak irit-irit kapasitas gorengnya berharapnya dapat minyak makan malah nggak dapet, akhirnya ngga jual gorengan," ujarnya.
Selanjutnya, kata dia, kurang lengkap rasanya jual nasi uduk tanpa gorengan, tapi apa boleh buat nasi uduk yang dibuatnya harus dapat dijual setiap harinya.
"Gorengan itu teman hidupnya nasi uduk mas, bayangin coba makan nasi uduk tanpa gorengan kaya bingung cari lauk makan. Kaya pembeli ku barusan ini mas Nizil makan nasi uduk sambil bengong ngga ada gorengan," terangnya sambil tersenyum.
Terpisah pemilik Warung Papa's Bakery Andik Sudibyo (38) menuturkan bahwa kelangkaan minyak goreng di Mesuji membuat harus membatalkan pesanan risoles dari konsumen langganannya.
Sebab, untuk membuat risoles dengan kapasitas lumayan banyak juga membutuhkan minyak goreng yang cukup banyak.
"Jadi semenjak subsidi minyak itu muncul makin parah minyak goreng langka di Mesuji," ucapnya
Sehingga, ia mengaku setiap harinya bahkan dibantu anaknya yang masih berumur 9 tahun harus mencari minyak goreng ditoko-toko kelontong di Kecamatan Tanjung Raya.
"Kaya kita pedagang ini sulit mau antri di Indomart cuma dapat 2 liter itupun kalau dapat seringnya kehabisan, jadi kalau kemarin-kemarin itu ya ngecer ke warung-warung. Kalau ke pasar beli minyak makan dus-dusan sudah ngga bisa lagi," terangnya.
(Tribunlampung.co.id /M Rangga Yusuf)