Lampung Barat
Minyak Goreng Rp 40 Ribu per Liter, Dikeluhkan Warga Lampung Barat
seorang ibu rumah tangga (IRT) di Lambar, Yeni (30) pun mengaku mendapatkan minyak goreng seharga Rp 40 ribu per liter.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMPUNG BARAT - Seorang warga Lampung Barat (Lambar), Ria (23) mengurungkan niatnya untuk membeli minyak goreng, Minggu (20/2/2022).
Hal itu lantaran harga minyak goreng kemasan yang ditawarkan pedagang di pasar mencapai Rp 40 ribu per liter.
Warga Kecamatan Belalau itu menuturkan, ia sudah berkeliling pasar untuk mencari minyak goreng.
Namun, ia sulit mendapatkan minyak goreng.
Kalaupun ada pedagang yang memiliki stok, harga jual minyak goreng menjadi melonjak.
"Harga tergantung merek, ada yang 38 ribu per liter, bahkan ada yang dijual Rp 40 ribu per liter," kata Ria, Minggu.
Harga jual tersebut tidak sesuai Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 6 Tahun 2022 tentang Penetapan HET Minyak Goreng Sawit.
Dalam permendag yang berlaku mulai 1 Februari 2022 tersebut, harga eceran tertinggi minyak goreng kemasan sebesar Rp 14 ribu per liter.
Ria mengatakan, ia kesulitan mendapatkan minyak goreng, apalagi dengan harga Rp 14 ribu per liter.
"Saya enggak jadi beli tadi, tidak ada duitnya kalau segitu (Rp 40 ribu per liter), mahal," ungkap Ria.
Baca juga: Hujan Es Landa Sekincau Lampung Barat
Terpisah, seorang ibu rumah tangga (IRT) di Lambar, Yeni (30) pun mengaku mendapatkan minyak goreng seharga Rp 40 ribu per liter.
Tak cuma mahal, ia kesulitan saat harus mencari pedagang yang menjual minyak goreng.
"Saya sudah keliling di warung-warung sekitar rumah. Semua warung tidak jual minyak goreng, stok kosong," kata Yeni.
Ia akhirnya mendapatkan minyak goreng di pasar.
Namun, harga yang ditawarkan pedagang mencapai Rp 40 ribu per liter.
Ia pun terpaksa merogoh kocek dalam demi mendapatkan minyak goreng.
"Mau bagaimana lagi, sudah dua hari kehabisan stok minyak goreng di rumah. Baru hari ini dapat minyak goreng," terang Yeni.
Kelangkaan minyak goreng terjadi di sejumlah tempat di Lampung.
Kalaupun ada pedagang yang memiliki stok, mereka akan menjual di atas HET yang telah ditetapkan pemerintah.
Di Bandar Lampung, seorang pedagang camilan, Ani mengungkapkan, ia membeli minyak goreng seharga Rp 19 ribu per liter.
Namun ketika barang langka, Ani menuturkan, ia pernah membeli minyak goreng seharga Rp 50 ribu per 2 liter.
"Beli di pasar, harganya Rp 50 ribu untuk 2 liter," kata Ani.
Sistem Paket
Sementara, seorang ibu rumah tangga di Tanjung Raya, Mesuji, Sinta (28) mengatakan, ia terakhir membeli minyak goreng sekitar seminggu lalu. Hal itu karena minyak goreng sulit didapatkan.
"Saya beli Rp 24 ribu dapat 900 ml," ungkap Sinta.
Menurutnya, ada pedagang yang mematok harga mencapai Rp 60 ribu untuk 2 liter.
Sinta juga menemukan penjualan minyak goreng secara online atau daring melalui media sosial.
"Saya melihat di Facebook, minyak goreng dijual Rp 25 ribu untuk 900 ml," terang Sinta.
Para pedagang, lanjut Sinta, ada juga yang memiliki variasi saat menjual minyak goreng.
"Ada toko yang menjual sistem paket. Jadi kalau mau beli minyak goreng, wajib beli terigu. Satu paket harganya Rp 35 ribu, dapat minyak goreng dan terigu," kata Sinta.
Agen Jual Mahal
Seorang pedagang di Balik Bukit, Lampung Barat, Rudi mengatakan, ia membeli minyak goreng seharga Rp 25 ribu per liter.
Sehingga, ia pun menjual seharga Rp 28 ribu per liter.
"Sudah seminggu terakhir, modal beli Rp 25 ribu per liter," kata Rudi.
Selain susah, Rudi menuturkan, minyak goreng dijual secara paket.
Sehingga untuk mendapatkan minyak goreng, ia juga harus membeli komoditas lain.
"Misalnya, beli minyak goreng digandeng telur. Kalau tidak begitu, tidak dapat minyak goreng," ucap Rudi.
Sementara, pedagang di Pasar Inpres Kalianda, Lampung Selatan (Lamsel), Fatma menuturkan, ia sudah sekitar sebulan tidak jual minyak goreng.
Hal itu karena ia kesulitan mendapatkan minyak goreng.
"Terakhir saya jual, harganya Rp 22 ribu per liter. Dari agennya sudah jual mahal. Mereka jual Rp 20 ribuan per liter," ungkap Fatma.
Serupa Fatma, pedagang lain di Pasar Inpres Kalianda, Rifai sudah tidak menjual minyak goreng sejak seminggu lalu.
Hal itu karena ia sulit mendapatkan minyak goreng dari agen.
"Kalaupun ada jumlahnya dibatasi. Terus banyak persyaratannya. Waktu itu, saya ditawari barangnya, tapi harus sertakan fotokopi KTP dan fotokopi NPWP, untuk apa. Kan, saya cuma mau berjualan bukannya untuk yang lain," jelasnya.
Fokus Operasi Pasar
Kepala Dinas Perdagangan Dan Perindustrian (Disperindag) Lamsel, Injti Indriati mengatakan saat ini, pihaknya masih fokus dengan operasi pasar yang telah digelar sejak 14 Februari lalu guna mengatasi masalah kelangkaan minyak goreng.
Operasi pasar berlangsung di 6 titik.
Pihaknya akan menyediakan kurang lebih 500 liter di tiap titik lokasi operasi pasar dengan harga Rp 14 ribu per liter.
"Untuk sementara, kami masih fokus dengan operasi pasar yang kami lakukan. Ini kan masih berjalan 1 kecamatan lagi, yakni di Kecamatan Kalianda," kata Intji, Minggu.
"Alhamdulilah selama kami gelar operasi pasar di 5 kecamatan kemarin, selalu diserbu warga dan minyak yang kami jual juga selalu habis," lanjutnya.
Intji mengatakan, pihaknya pun menyusun jadwal untuk melakukan operasi pasar berikutnya.
"Ya. jika sudah ada jadwalnya nanti kami infokan terkait operasi pasar ini," katanya.
Sementara, Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Mesuji, Beddi mengatakan, pihaknya telah melakukan upaya pengawasan ketersediaan minyak goreng di sejumlah toko di Mesuji.
"Namun, pengawasan tersebut hanya bersifat pantauan. Di mana, kami juga sudah turunkan tim dengan melibatkan unsur Satpol PP maupun Polres Mesuji," ujarnya.
Beddi mengungkapkan, selain pengawasan, pihaknya juga telah merencanakan menggelar operasi pasar minyak goreng. Ia juga mengimbau distributor maupun pedagang untuk tidak menimbun minyak goreng.
Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Koperasi, UMK, Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Mesuji, Eka Apriyanto menambahkan, pihaknya telah melakukan upaya sidak minyak goreng.
"Memang sampai saat ini, kita sulit menemukan minyak goreng di sejumlah pasar tradisional, begitu pula di minimarket," jelasnya.
(Tribunlampung.co.id/Dominius Desmantri Barus/Nanda Yustizar/M Rangga Yusuf/Vicensius Soma Ferrer)