Berita Terkini Artis

Korban PHK Ditipu Hendry Susanto Melalui Robot Trading Fahrenheit, Akhirnya Lapor Polisi

Korban PHK ditipu Hendry Susanto melalui robot trading Fahrenheit, akhirnya lapor polisi karena merasa dibohongi.

Kolase Instagram / YouTube
Ilustrasi. Korban PHK ditipu Hendry Susanto melalui robot trading Fahrenheit, akhirnya lapor polisi karena merasa dibohongi. 

Tribunlampung.co.id, Denpasar - Korban PHK ditipu Hendry Susanto melalui robot trading Fahrenheit, akhirnya lapor polisi karena merasa dibohongi.

Diketahui, setelah kasus Indra Kenz dan Doni Salmanan mencuat ke permukaan, saat ini mulai bermunculan kasus penipuan trading lainnya, satu di antaranya robot trading Fahrenheit.

Beberapa korban kasus penipuan robot trading Fahrenheit mendatangi Mapolda Bali. Tujuh dari 300 orang yang merasa tertipu melaporkan kasus tersebut, Senin (14/3/2022).

Dua korban dari tujuh orang yang melaporkan kasus penipuan tersebut yakni Beni Kurniawan dan Murni Wiati didampingi beberapa korban lainnya.

Tujuh orang tersebut datang dan mewakili ratusan nasabah yang merasa dirugikan akibat robot trading Fahrenheit dari perusahaan PT FSP Akademi Pro.

Baca juga: Lebih Sadis, Sosok Hendry Susanto Pemilik Robot Trading, Bawa Kabur Rp 5 Triliun

Baca juga: Aset Doni Salmanan Disita Polisi, Suami Dinan Nurfajrina Cuma Bisa Pasrah

Tak main-main, beberapa nasabah tersebut ada yang rugi puluhan juta hingga ratusan juta rupiah dengan nilai kerugian dari korban yang ada di Bali mencapai ratusan miliar rupiah.

Menurut keterangan Beni dan Murni, perusahaan milik Hendry Susanto itu telah melakukan penipuan berkedok trading menggunakan robot.

"Kami sudah laporkan, mewakili 300 orang nasabah yang menjadi korban. Ada yang puluhan juta hingga ratusan juta," ujar Murni, Senin.

Sebelumnya, korban robot trading Fahrenheit ini mengatakan perusahaan PT FSP yang didirikan pada Juli 2021 ini tidak menuai masalah.

Namun secara tiba-tiba, nasabah mengalami margin call pada 18 Januari 2022 dengan alasan mengurus perizinan yang belum lengkap dan pada 25 Februari 2022 nasabah bisa whitdraw atau menarik modal.

"Tadinya ya aman-aman saja. Trading setiap hari ada profit. Baru tanggal 18 Januari 2022 diberhentikan."

"Alasannya mereka mengurus perizinan."

Baca juga: Juragan 99 Ternyata Terlibat Kasus Pabrik Bodong, Gilang dan Istri Jadi Tersangka

Baca juga: Mawar AFI Tegur Anaknya Saat Steno Ricardo Datang Berkunjung, Taruh Dulu HP-nya

"Tanggal 25 Februari 2022 mereka kemudian menjanjikan akan trading dan bisa WD (whitdraw), menarik modal, ternyata tidak terjadi."

"Mereka tetap trading tapi kita tidak bisa whitdraw," kata Murni didampingi Beni.

Baru pada 7 Maret 2022, nasabah mulai mengalami hal yang tidak diinginkan atau lebih tepatnya mulai kehilangan modal yang mereka investasikan.

Meskipun robot trading tetap masuk ke pasar, namun hasilnya membuat mereka kecewa akibat tidak ada hasil yang didapatkan.

"Malamnya, trading lagi, tapi minus yang luar biasa dan itu terus menerus tidak setop sampai equity kita terkuras," kata Murni.

Murni dan Beni saat ditemui di lobi depan Gedung Ditreskrimsus Polda Bali, Senin (14/3/2022) mengatakan, korban investasi bodong tidak hanya 300, tapi lebih dari itu.

"Di Bali ini ada 300 orang yang menjadi korban, sedangkan untuk di seluruh Indonesia masih lebih dari itu."

"Total kerugian kalau dijumlahkan ada mencapai Rp 5 triliun," tambahnya.

Sementara itu, Murni mengaku korban yang rugi dan merasa tertipu dengan robot trading Fahrenheit kebanyakan dari korban yang kena PHK.

Ia pun berharap dengan kejadian ini dan setelah dilaporkan ke Ditreskrimsus Polda Bali, mereka berharap uang yang telah diinvestasikan bisa kembali.

"Tapi intinya itu, kami kan invest di trading lain juga. Jadi biar mereka tidak melakukan seperti yang Fahrenheit lakukan."

"Kalau sampai mereka melakukan, member seluruh Indonesia akan melawan," tegasnya.

Murni menuturkan, korban dari PT FSP Akademi Pro belum mengetahui pasti perizinan dari perusahaan itu.

Namun begitu, saat ditanya mengenai kantor trading Fahrenheit itu, ia menjawab ada di Kuta, Badung.

"Infonya ada di Kuta. Tapi kantor pusatnya ada di Jakarta," kata Murni.

Kasus yang menjerat ratusan korban ini, sebelumnya diajak oleh perusahaan dengan bermodalkan SIUO dan NPWP saja, ditambah dengan keanggotaan APLI di awal mereka berkenalan.

Sedangkan dari kasus ini, sejumlah tempat yang di wilayah Indonesia seperti Jogjakarta, Surabaya, Medan dan beberapa lokasi lainnya juga sudah melaporkan kasus serupa.

Direktur Reskrimsus Polda Bali Kombes Pol Hendri Fiuser mengatakan, pihaknya masih mengecek terlebih dahulu laporan korban.

"Ya nanti saya cek dulu. Saya belum terima laporan resminya. Yang jelas, kalau sudah kami terima akan kami selidiki berdasarkan laporan yang ada," katanya.

Disebut-sebut Bawa Kabur Rp 5 Triliun

Fahrenheit sendiri merupakan perusahaan robot trading di Indonesia yang mengklaim bahwa mereka adalah perusahan robot trading pertama di Indonesia yang dimiliki Henry Susanto pengusaha di bidang investasi saham kripto.

Diketahui aktivitas mereka seketika hilang sejak 3 Februari 2022 yang berhenti publikasi di sosial media mereka.

Banyak korban yang melaporkan kerugian yang menimpa mereka, termasuk penyanyi Joshua March.

Dalam tayangan di YouTube KH Infotainment yang dikutip Tribunnews Jumat (11/3/2022), Joshua mengaku investasi ini memberikan benefit.

Namun, ada banyak member yang belum balik modal sehingga mereka mengalami sejumlah kerugian.

"Kita dapat dari hasil trading itu karena kita memang inves, tujuan kita inves kan karena untuk mendapatkan hasil kan."

"Cuma Fahrenheit ini baru beberapa bulan, jadi banyak dari kita yang belum balik modal, jadi itu kita rugi sekali," lanjutnya.

Bahkan, dirinya sudah mengalami kerugian hampir Rp 2 miliar.

Selain itu, Joshua mengaku ada member lain yang bahkan sampai menjual rumah hingga meminjam dana untuk mengikuti investasi.

"Mereka itu kasian lho, ada yang jual rumah, ada yang pakai duit pendidikan anaknya, ada yang pinjem dari bank, mereka tuh butuh kejelasan," ucap Joshua.

"Statusnya masih nggak ada yang tau dia di mana dan sebisa mungkin kita sedang melapor."

Lebih lanjut, Joshua mengungkapkan media sosial Hendry Susanto hingga nomor teleponnya sudah tidak ada.

"Instagram-nya hilang, nomer hilang, dan semua yang terlibat dalam Fahrenheit juga hilang," ujarnya.

Joshua menilai Hendry Susanto merupakan teman yang baik.

Pun ia berharap, Hendry segera memberikan keterangan dan klarifikasi.

"Jadi maksud saya gini lho, Hendry temen saya, saya pengen Hendry juga membersihkan namanya dia."

"Dia punya keluarga, dia punya teman-teman baik, Hendry orangnya baik, jangan sampai dia menghilang, nggak ada kasih statement apapun," sambung Joshua.

Dalam kesempatan tersebut, Joshua mengaku puluhan ribu member dengan jumlah investasi hingga triliunan menunggu kabar dari Hendry.

"Jadi seluruh member dari Fahrenheit yang jumlahnya puluhan ribu, yang sudah inves totalnya triliunan, kita menunggu semua gitu."

"Gimana kelanjutan dari Fahrenheit ini," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

(Tribunlampung.co.id/Virginia Stastika)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved