Bandar Lampung
Tahap Awal PTM, Siswa di Bandar Lampung Diminta Disiplin Prokes
Proses PTM dimulai dengan pengetahuan mendasar mengenai praktik belajar di ruang kelas dengan penerapan protokol kesehatan (prokes).
Penulis: Vincensius Soma Ferrer | Editor: soni
Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Sekolah-sekolah di Bandar Lampung sudah memulai kembali kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka.
Secara efektif, pembelajaran tatap muka (PTM) di Kota Tapis Berseri saat ini memasuki pekan kedua, setelah dimulai pada 14 Maret lalu.
Proses PTM dimulai dengan pengetahuan mendasar mengenai praktik belajar di ruang kelas dengan penerapan protokol kesehatan (prokes).
"Tahap awal adalah memastikan peserta didik secara disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan guru sebagai aktor pembimbingnya," kata Kepala Seksi Kelembagaan Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung, Mulyadi, Selasa (22/3/2022).
Menurutnya, pengetahuan dasar itu harus segera dimantapkan di setiap sekolah.
Kemudian pengetahuan itu akan berfungsi untuk menjembatani learning loss yang diterima siswa-siswa selama belajar dari rumah (BDR).
Learning loss, dinilai sebagai berkurangnya pengetahuan siswa yang berkaitan dengan pendidikan akademik maupun pengetahuan umum akibat proses pendidikan yang tidak berlangsung normal.
"Sekolah menjadi peran kunci dalam pengembalian learning loss saat pembelajaran kembali normal," ujar dia.
Pengembalian learning loss di Bandar Lampung diklaimnya sudah dalam proses pelaksanaan.
"Belajar daring di Bandar Lampung sudah berlangsung selama dua tahun, learning loss bukan hal yang bisa dielakkan, khususnya bagi siswa yang terkendala sarana belajar daring hingga tidak optimalnya proses transfusi ilmu karena transfer ilmu secara visual," jelas dia.
"Agar segera teratasi, melalui guru, pembenahan learning loss harus dilakukan secara teratur, sehingga tidak menggnaggu kecerdasan dan kecakapan generasi masa depan bangsa," lanjutnya dia.
Sementara, Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana meminta pembinaan etika untuk tidak di kesampingkan.
"Itu dimulai dari guru, karena murid pasti ikut guru," kata Eva.
"Secara sederhana bisa dimulai dari cara bicara guru, bahasa yang tidak berkenan jangan dipakai di depan anak, ajari anak dengan bahasa anak," ucap dia.
Setelah etika baik, rasa saling menghargai diharap bisa terus tumbuh di lingkup pendidikan formal.
Baca juga: Eva Dwiana: Bisa Masuk Sekolah 100 Persen, Jika PTM Terbatas Sukses
( Tribunlampung.co.id / V Soma Ferrer )