Pemilu 2024

Ditanya tentang Koalisi, Sekjen PDI-P: Nanti Ada Momentum yang Tepat untuk Merancang Kerja Sama

Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto mengajak semua pihak untuk sama-sama menyukseskan pemerintah Jokowi.

Editor: Dedi Sutomo
Kompas.com/Nicholas Ryan Aditya
Ilustrasi - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto mengajak semua pihak untuk sama-sama menyukseskan pemerintah Presiden Joko Widodo agar memberikan warisan yang baik bagi masyarakat. 

TribunLampung.co.id, Jakarta –  Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto mengajak semua pihak untuk sama-sama menyukseskan pemerintah Presiden Joko Widodo agar memberikan warisan yang baik bagi masyarakat.

Hasto menegaskan, PDI-P akan mendahulukan kerja sama dengan partai politik pendukung pemerintahan Presiden Jokowi, ketimbang menjajaki koalisi untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

"Mari dahulukan buru prestasi buat rakyat bersama Presiden Jokowi, nanti ada momentum yang tepat bagi kita untuk merancang kerja sama di dalam rangka Pilpres 2024," kata Hasto saat ditemui di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (28/5/2022).

Dikatakannya, masih ada cukup waktu untuk membahas koalisi, karena batas waktu pencalonan presiden baru akan jatuh pada September 2023 mendatang.

Ia pun mengingatkan, rakyat sendiri akan menilai jika pemerintah Jokowi-Ma’ruf tidak meninggalkan warisan yang baik untuk masyarakat.

Baca juga: PDI-P Bisa Usung Calon Sendiri di Pilpres 2024, Hasto: Kami Tidak Ikut Dansa Politik

Baca juga: Golkar, PAN, dan PPP Bangun Koalisi, Pengamat Robi Cahyadi: Belum Terlihat Arah Koalisi yang Jelas

Baca juga: Jajaran KPU Bertemu Kapolri, Koordinasi Pengamanan Tahapan Pemilu 2024

"Jadi jangan bawa energi kontestasi terlalu dini yang kemudian menguras energi kita, kontestasi harus dibawa ke bawah, mari ramai-ramai membuat prestasi untuk rakyat," ujar Hasto.

Ia mengatakan, PDI-P berpandangan bahwa koalisi hanya dikenal dalam sistem demokrasi parlementer.

Menurut dia, yang ada dalam demokrasi Indonesia adalah suatu kerja sama yang melibatkan seluruh komponen bangsa.

Kata Hasto, Indonesia telah berhasil menerapkan sistem musyawarah saat menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika pada 1955.

"Kenapa kita sekarang kita ikut-ikut budaya demokrasi barat yang sangat liberal dan kapitalistik, termasuk di dalam tata cara membangun koalisi yang penuh dengan transaksi kekuasaan," ujar Hasto.

"Padahal yang dilakukan adalah kerja sama partai politik untuk kemajuan bangsa agar kita betul-betul menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa dunia, itulah demokrasi kita," kata dia.

Golkar, PAN, dan PPP Bentuk Koalisi

Seperti diketahui, bertempat di Rumah Heritage Jakarta yang berada di Jalan DR GSSJ Ratulangi, Menteng, Jakarta, tiga tokoh yang juga ketua umum partai bertemu.

Pertemuan tersebut terjadi pada Kamis (12/5/2022) lalu.

Ketiganya, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Ketua Umum PPP Soharso Monoarfa.

Airlangga Hartarto datang lebih dulu ke Rumah Heritage Jakarta. Ia malam itu mengenakan pakaian baju batik cokelat.

Airlangga tiba sekira pukul 18.35 WIB. Dirinya memberikan tanja jempol kepada awal media yang berada di lokasi.

Tak berselang lama, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan tiba di Rumah Heritage.

Airlangga pun terlihat menyambut kedatangan Zulhas, sapaan akrab Zulkifli Hasan, yang datang sekira pukul 18.50 WIB.

Keduanya lalu berbincang santai di sebuah ruangan di rumah tersebut.

Di tengah perbincangan keduanya, rombongan mobil kembali merapat di rumah Heritage Jakarta.

Ketua Umum PPP Soharso Monoarfa tiba sekira pukul 19.05 WIB. Kedatangan Suharso Monoarfa disambut hangat oleh Airlangga dan Zulhas.

Turut hadir dalam pertemuan itu, Bendahara Umum Golkar Dito Ganinduto, Wakil Ketua Umum PPP Muhammad Mardiono dan Wakil Ketua Umum PAN Asman Abnur.

Pertemuan berlangsung secara tertutup di ruangan 4x4 di rumah Heritage Jakarta. Namun, pertemuan terasa hangat dan cair.

Airlangga, Suharso dan Zulhas terlihat saling melepas canda dan tawa.

Airlangga terlihat duduk di samping Suharso. Sedangkan Zulhas terlihat duduk di bagian tengah.

Tak berapa lama, mereka lalu mempersilahkan awak media masuk ke dalam ruangan. Ketiganya terlihat kompak bersalam komando.

Airlangga pun menyebutkan, bahwa ketiga partai, Golkar, PAN dan PPP telah bersatu.

Sayangnya, Ketua Umum Partai Golkar itu tak menyebutkan maksud dari pernyataan tersebut.

Apakah hal itu merupakan sinyal, jika ketiga partai akan berkoalisi pada Pipres 2024 mendatang.

“Kita ini bertiga dan bersatu,” kata Airlangga.

Ucapan Airlangga lantas ditimpali oleh Zulkifli Hasan dan Suharso Monoarfa.

Zulkifli Hasan yang akrab disapa Zulhas mengatakan, koalisi perkuat persatuan.

“Koalisi perkuat perstuan,” kata Zulhas.

“Untuk melanjutkan pembangunan,” ujar Suharso.

Airlangga melanjutkan, bahwa Golkar harus disinari oleh matahari (PAN) dan akan tumbuh hijau (PPP) bersama membangun bangsa.

“Bersatu adalah beringin, surya alam dan Baitullah. Jadi kalau pohon beringin harus disinari oleh matahari, dia akan menjadi hijau danj kalau sudah tumbuh bisa sama-sama membangun dan melanjutkan mendapatkan ridha Allah SWT,” kata Airlangga.

Dirinya pun mengisyaratkan Golkar bakal berkoalisi dengan PAN dan PPP di Pemilihan Presiden (Piplres) 2024 mendatang.

“Ini merupakan kumpulan pengalaman bersama dan tentunya kita akan bekerja sama ke depan untuk mengawal agenda-agenda politik ke depan, termasuk dalam pemilu nanti di 2024,” kata Airlangga dalam sesi konferensi pers usai pertemuan.

Menko Perekonomian itu menyebut, Golkar, PAN dan PPP bersepakat akan membangun budaya politik baru.

Budaya politik baru itu dijalankan dengan kerja sama yang berjenjang dan bertahap.

“Sehingga kita mempunyai scope pengalaman di dalam berbagai periode, berbagai tantangan yang sudah kita hadapi.”

“Mulai dari resesi 98, krisis moneter, 2008, sampai dengan penanganan Covid dan pemulihan ekonomi,” ucap Airlangga.

Untuk menindaklanjuti pertemuan malam ini pertemuan dengan Ketua Umum PAN dan PPP, Airlangga akan menginstruksikan para kader Golkar di daerah untuk menyamakan persepsi dengan PAN dan PPP.

Dirinya berharap adanya poros Sam Ratulangi, akan mengurangi efek politik identitas akibat polarisasi Pilpres 2019 lalu.

“Bersatu itu sendiri adalah beringin, matahari dan Baitullah, jadi Ka’bah. Jadi pertemuan ini tentu diharapkan dengan matahari ini PAN bisa berjalan, dan pohon beringin semakin tumbuh.”

“Dan juga pertemuan kerja sama ini adalah yang diridhoi oleh Allah SWT,” kata Airlangga.

Sementara itu, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengatakan, momentum Idul Fitri saat ini harus dimanfaatkan untuk menghilangkan residu pasca Pilpres 2019.

Zulhas, sapaan akrab Zulkifli Hasan, mengajak masyarakat bersatu membangun Indonesia.

“Itulah gagasan yang kita bangun. Golkar, PPP dan PAN. Mudah-mudahan ini jadi awal bagi nanti teman-teman lain bersama-sama membangun negeri merah putih yang kita cintai maju lagi,” ujar Zulhas.

Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa menyebut, pertemuan tersebut menunjukan kerja sama antar parpol dilakukan sedini mungkin.

Menurutnya, momentum Pemilu atau Pilpres harus saling memperkuat rasa perstuan dan kesatuan bangsa.

“Jadi kami bertiga juga ingin memastikan keberlanjutan pembangunan itu untuk kepentingan seluruh rakyat dan seluruh bangsa dan negara,” kata  Suharso Monoarfa.

Menurutnya, kerjasama lebih awal antar sesama parpol akan dapat lebih saling mengisi dan memperkuat kebersamaan.

Dirinya menyebut, akan terus menunjukan sebuah kerja sama yang lebih baik dalam menghadapi tantangan kedepan, terutama dalam menghadapi Pemilu.

Dimana, pada pemilu sebelumnya terjadi pembelahan masyarakat akibat pertarungan capres di Pemilu.

Itu disampaikan Suharso usai berrtemu dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan di kawasan Menteng, Jakarta, Kamis (12/5/2024) malam.

“Kerjasama yang jauh lebih awal dan lebih cantik itu antar sesama partai politik untuk saling mengisi dan untuk saling memperkuat kebersamaan,” kata Suharso.

Dikatakannya, bahwa Partai PPP-Golkar-PAN sepakat untuk membuah jauh-jauh rasa kebencian akbiat Pemilu sebelumnya.

Dimana terjadi polarisasi yang tajam di masyarakat.

Dirinya menyebut, Indonesia sebagai bangsa yang besar harus menunjukan kepada dunia bisa menyelenggarakan Pemilu dengan baik.

“Sebagai bangsa yang besar kita harus menunjukan kepada dunia bahwa kita juga bisa dengan suka cita melaksanakan Pemilu dengan baik,” ucap Suharso.

Artikel ini sebagian telah tayang di Kompas.com

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved