Berita Lampung

Imbas Pencemaran Pantai di Lampung Timur, Petambak Udang Tekor

Terjadinya pencemaran pantai di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur berdampak pada budidaya udang.

Penulis: Yogi Wahyudi | Editor: Kiki Novilia
Tribunlampung.co.id / Yogi Wahyudi
Tambak udang. Terjadinya pencemaran pantai di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur berdampak pada budidaya udang. 

Tribunlampung.co.id, Lampung Timur - Terjadinya pencemaran pantai di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur berdampak pada budidaya udang.

Diketahui pencemaran pantai di Lampung Timur itu diduga karena ulah PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES). 

Akibat pencemaran pantai, kini budidaya udang mengalami penurunan produksi.

Hal tersebut disampaikan Pengurus kelompok budidaya Mina Surya Lesari, Dedi Cahyadi, saat diwawancarai, Senin (18/7/2022). 

Ia menjelaskan, satu kolam tambak berisikan 100 ribu udang. 

Baca juga: Pantai Lampung Timur Tercemar Minyak, WALHI Tuntut Pemerintah Tindak Tegas

Baca juga: Persiapan KPU Lampung Timur untuk Pemilu 2024, Rombak Kantor hingga Tambah Gudang

Dedi mengungkapkan, akibat limbah minyak itu, kelompok budidaya mengalami penurunan produksi.

"Sedangkan kita sumber airnya dari sana, ya berdampak ke tambak kita. Dari teman-teman kelompok budidaya mengalami penurunan produksi," kata Dedi. 

Menurutnya, petambak udang mengeluhkan udangnya banyak yang mati.

"Dampaknya sampai kematian udang di tambak, air yang menghitam, nafsu makan udang menurun dan menimbulkan kematian pada udang," ujarnya. 

Selain itu, ia menyebutkan, persentase kematian mencapai 80 persen perkolamnya. 

"Kalau luas keseluruhan tambak disini, ada sekitar 11 hektar mulai dari pribadi maupun sewa, kurang lebih ada 70 kolam," sebutnya. 

Lalu, ia mengungkapkan, tercemarnya air laut, berpengaruh terhadap produktivitas tambak. 

Baca juga: Enam Titik di Pesisir Pantai Lampung Timur Diduga Tercemar Limbah Minyak  

Baca juga: TKI Meninggal Asal Lampung Timur Tinggalkan Wasiat, Jaga Dua Sosok Perempuan

"Jelas ada dampak, karena ini kan budidaya air, sumbernya air, jelas ada perubahan. Kalau air laut kita sudah tercemar, trus bagaimana dengan yang di Tambak? Kita ini kan gimana caranya udang itu sehat," paparnya.

"Kalau airnya juga sudah tidak sehat, bagaimana bisa produktif? Sekarang menurunnya sangat drastis," lanjutnya. 

Menurut Dedi, tercemarnya air laut ini, sudah hampir dua pekan terjadi. 

"Memang tiap tahun limbah itu selalu ada, tapi dulu kita anggap biasa aja. Rupanya perlahan, berdampak sampai ke kami," ungkapnya. 

Awalnya, pihaknya menganggap gumpalan hitam menyerupai aspal (limbah minyak) tersebut, merupakan sampah dari nelayan.

"Semula kami anggap aspal biasa atau sampah dari nelayan. Tapi ketika ombak besar, angin kencang, makin banyak limbah itu," bebernya. 

Bahkan, para nelayan menurutnya menemukan gumpalan limbah tersebut di tengah laut.

"Belum lagi kawan-kawan nelayan menemukan gumpalan seperti minyak di tengah (laut), lalu kami juga menemukan di pinggiran pantai," tutur Dedi. 

Salah satu pengunjung Pantai Kerangmas, Jumadi, menyayangkan limbah minyak yang mencemari lokasi wisata pantai Kerang Mas.

"Sayang kalau tempat wisata sampai tercemar, yang pasti kita berharap pemerintah segera mengatasi masalah ini," katanya. 

Sementara, pantauan di salah satu wilayah yang tercemar limbah minyak, yakni di Pantai Kerang Mas, masyarakat bergotong-royong melakukan pembersihan limbah minyak. 

Limbah tersebut berwarna hitam, menggumpal seperti aspal. 

Masyarakat melakukan pembersihan dengan cara, mengeruk limbah yang ada di atas pasir pantai, dan memasukkan limbah tersebut ke dalam karung. 

Karung tersebut diangkut menggunakan kendaraan motor roda tiga yang memiliki bak di belakangnya. 

Kemudian, limbah yang telah terkumpul di dalam karung, dikumpulkan di lokasi yang tidak jauh dari pantai, untuk nantinya dibawa oleh pihak PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES). 

( Tribunlampung.co.id / Yogi Wahyudi )

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved