Berita Lampung
Tanaman Padi Ratusan Hektar Roboh Disapu Angin Kencang di Mesuji Lampung
Tanaman Padi ratusan hektar yang roboh disapu angin kencang itu, tepatnya di Desa Sungai Buaya, Kecamatan Rawajitu Utara, Kabupaten Mesuji
Penulis: M Rangga Yusuf | Editor: Robertus Didik Budiawan Cahyono
Tribunlampung.co.id, Mesuji - Tanaman Padi ratusan hektar di Mesuji Lampung roboh disapu angin kencang saat hujan deras mengguyur wilayah setempat.
Tanaman Padi ratusan hektar yang roboh disapu angin kencang itu, tepatnya di Desa Sungai Buaya, Kecamatan Rawajitu Utara, Kabupaten Mesuji
Dinas Pertanian Kabupaten Mesuji telah meninjau lokasi Tanaman Padi ratusan hektar yang roboh akibat angin kencang disertai hujan deras.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mesuji Pariman mengungkapkan tanaman padi yang roboh itu di hamparan sawah seluas 106,25 hektare.
"Luasnya segitu 106,25 tinggal bagaiman nanti perhitungan kerugian akibat dampak tersebu," ujar Pariman, Minggu (21/8/2022).
Baca juga: Asyik Judi, 5 Pria Tak Berkutik Digerebek Tekab 308 Polres Mesuji
Baca juga: Januari hingga Juni 2022, Jumlah Penduduk Mesuji Bertambah 484 Jiwa
Pariman menyebut umur tanam padi roboh disapu angin kencang bervariasi.
Antara umur tanaman padi kurang sebulan panen, setengah panen, hingga baru 70 hari tanam.
Karena varietas tanaman padi yang berbeda, waktu tanam padi dan lain sebagainya.
Pariman mengatakan tanaman padi yang roboh itu dapat disiasati. Mengingat umur tanaman padi yang roboh tersebut.
Jika menjelang panen, maka tanaman padi dapat diangkat kembali atau dengan cara panen manual dengan mengarit.
"Namun biaya yang dikerahkan sangat banyak jika pakai proses manual. Seperti mengupah buruh misalnya," ucap Pariman.
Jika umur tanaman padi masih terbilang cukup muda, dan panennya membutuhkan waktu yang lama, cara tersebut sangat sulit ditetapkan.
Baca juga: Pekerja Migran Depresi di Malaysia, Sudah Kembali ke Keluarganya di Mesuji Lampung
Baca juga: Ratusan Orang Berebut Rp 2 Juta di Kolam Ikan Taman Kehati Mesuji Lampung
Karena bisa dimungkinkan tanaman padi yang roboh itu tangkainya akan patah. Sedangkan masih membutuhkan proses pematangan atau bahkan pertumbuhan bulir padi.
"Nah ini sekaligus saya menjelaskan, kenapa yang daerah lain itu mudah cara penanganannya jika terjadi masalah seperti ini, karena tempat lain itu sawahnya pakai irigasi pengairan yang dapat diatur,"
"Jadi bisa saja jika tanaman roboh, sawah dibikin kering agar padi tidak basah terkena air. Sedangkan sawah di Kabupaten Mesuji ini lahan berair atau gambut jadi airnya tidak dialiri," sambungnya.
Ditambah wilayah sawah di Kabupaten Mesuji terbilang sangat luas.
Selain itu, mengenai berapa kerugian yang ditaksir, Pariman belum dapat memastikannya.
Sebab, dari ratusan hektare yang terdampak tersebut tidak sama rata terdampak.
"Jadi dari ratusan itu ya tidak rata semuanya kena. Nah kalau mau diasumsikan kerugian rata-rata per hektarenya 5 ton sawah dengan harga Rp 4 ribu per kilogram maka bisa hitung sendiri itu," jelasnya.
Lebih lanjut, Pariman menuturkan, saat ini pihaknya sendiri telah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mengidentifikasi musibah tersebut.
"Untuk menentukan luasan lahan yang alamai puso, karena seperti BPBD dan pihak terkait lainya yang dapat menentukan," paparnya.
Sedangkan untuk sawah yang sudah mendapatkan asuransi sendiri tidak serta merta akan tercover kerugian.
Mengingat asuransi sawah hanya mengcover gagal panen akibat banjir dan kekeringan.
"Sedangkan sawah itu rubuh akibat angin kencang yang tidak mengalami kebanjiran," ungkapnya.
(Tribunlampung.co.id /M Rangga Yusuf)