Aksi Dosen Mahasiswa di Bandar Lampung
Aptisi Lampung Minta Transparansi Kuota Siswa Penerima KIP
Aptisi tuntut kuota siswa KIP transparan sebab mereka juga bisa jadi mahasiswa perguruan tinggi swasta.
Penulis: Bayu Saputra | Editor: Tri Yulianto
Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Lampung meminta penyaluran kuota Kartu Indonesia Pintar (KIP) transparan.
Aptisi Lampung menilai siswa sekolah yang mendapatkan KIP juga berpeluang masuk ke perguruan tinggi swasta.
Untuk itu Aptisi Lampung minta kuota KIP transparan agar pergurun tinggi swasta tahu calon mahasiwa dari kalangan siswa tidak mampu.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua I Aptisi Lampung Abdul Aziz dihadapan para dosen dan mahasiswa yang unjuk rasa di lapangan Korpri Kantor Gubernur Lampung, Selasa (27/9/2022).
Azis jelaskan siswa penerima KIP dulu disebut penerima beasiswa Bidikmisi.
Baca juga: Breaking News Perguruan Tinggi Swasta Lampung Unjuk Rasa di DPRD, Tuntut Bubarkan LAM PT
Baca juga: Universitas Saburai adakan Seminar PKKM gandeng Bank Indonesia
Ia jelaskan, dulu siswa yang dapat beasiswa itu berasal dari sekolah yang akreditasi B saja.
Meski untuk sekolah akreditasi C sudah dapat tetapi sedikit sekali.
"Kita lihat bahwa teman-teman kami di daerah anak-anak sekolahnya lebih lama," kata Aziz.
Untuk itu ia menilai, dengan jalur KIP ini memberi paluang anak-anak tidak mampu bisa ditampung di perguruan tinggi swasta.
Untuk itu Aziz berharap penyaluran KIP ini lebih transparan.
Serta bisa lebih berpihak kepada perguruan tinggi swasta dari sebelumnya.
Kemudian yang berikutnya adalah pelayanan dan penggabungan PTS dan perizinan.
Baca juga: Pria di Lampung Tengah Ditangkap Polisi karena Kedapatan Miliki Narkotika dan Senpi Rakitan
Baca juga: Inspektorat Pesisir Barat Lampung Lacak Keberadaan Rekanan Rugikan Negara Rp 15 Miliar
"Kami sebenarnya PTS ini diharapkan bergabung dari PTS kecil digabung menjadi sebuah PTS besar," kata Aziz.
Lalu dari sekolah-sekolah menjadi sekolah tinggi atau dari sekolah-sekolah menjadi universitas.
Tetapi ini hanya manisnya saja prosesnya lama dan energinya sangat berat.