Berita Lampung
Stok Bahan Pangan di Pringsewu Lampung Dipastikan Aman hingga Akhir Tahun
Dinas Ketahanan Pangan Pringsewu menyebut stok bahan pangan di Pringsewu, Lampung, aman hingga akhir 2022.
Penulis: Riana Mita Ristanti | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id, Pringsewu - Dinas Ketahanan Pangan Pringsewu menyebut stok bahan pangan di Pringsewu, Lampung, aman hingga akhir tahun 2022.
Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Pringsewu, Lampung, Firdaus Tarunajaya membenarkan jika stok bahan bahan pangan di Pringsewu aman sampai akhir tahun 2022.
"Stok bahan pangan yang Pringsewu miliki dipastikan aman sampai akhir tahun 2022 ini," kata Firdaus saat ditemui Tribun Lampung di ruangannya, Kamis (24/11/2022).
Bahkan, lanjut Firdaus, beberapa stok komoditas masih aman hingga tahun 2023.
"Contohnya beras, kita masih ada stok sekira 50 ribuan ton," jelanya.
Kalau dilihat dari kebutuhan masyarakat perbulan, ungkap Firdaus, rata-rata masyarakat di Bumi Jejama Secancanan membutuhkan 2.547 ton beras per bulannya.
Baca juga: Kedapatan Bawa Ganja, Buruh di Lampung Timur Diringkus Polisi
Baca juga: Dua Gadis di Lampung Utara Jadi Korban Curas, Pelaku Rampas Handphone dan Cincin
"Dengan kebutuhan 2.547 ton perbulan sedangkan stok kita 50 ribu ton tentunya sangat aman ya, bahkan sampai tahun 2023," ungkpanya.
Hal itu menurut Firdaus, dikarenakan Pringsewu merupakan salah satu daerah penghasil beras terbanyak di Lampung.
Firdaus menyebut, ada 11 komoditi ketahanan pangan yang harus dipenuhi di Pringsewu.
"Yang pertama beras, jagung, bawang merah, bawang putih, cabai besar dan cabai rawit," ungkapnya.
"Kemudian juga daging sapi, daging ayam, telur ayam, gula pasir, minyak goreng dan kedelai," paparnya.
Untuk memenuhi 11 stok ketahann pangan itu, pihaknya mengaku bekerjasama dengan berbagai dinas terkait.
"Kita (Dinas Ketahanan Pangan) tidak bisa berjalan sendiri untuk memenuhi stok bahan pangan di Pringsewu," paparnya.
"Tentunya kita bekerjasama dengan dinas pertanian, dinas peternakan, dinas perikanan dan juga dinas Koperindag," lanjutnya.
Dari 11 komoditas tersebut, Firdaus menyebut ada tiga komoditi yang terkdang kurang stabil.