Berita Terkini Nasional

Kasus Dukun Pengganda Uang Bunuh 11 Orang Terungkap Berkat WA

Pesan singkat WhatsApp menjadi petunjuk awal dalam mengungkap kasus pembunuhan yang dilakukan Mbah Slamet, dukun pengganda uang yang bunuh 11 orang.

Dokumentasi via TribunMuria.com
Pelaku pembunuhan yang merupakan dukun pengganda uang (baju biru depan) saat di Mapolres Banjarnegara. Pesan singkat WhatsApp menjadi petunjuk awal dalam mengungkap kasus pembunuhan yang dilakukan Mbah Slamet, dukun pengganda uang yang bunuh 11 orang. 

Tribunlampung.co.id, Banjarnegara - Pesan singkat WhatsApp menjadi petunjuk awal dalam mengungkap kasus pembunuhan yang dilakukan Mbah Slamet, dukun pengganda uang yang bunuh 11 orang.

Insiden pembunuhan yang dilakukan dukun pengganda uang tersebut terjadi tepatnya di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Para korban Mbah Slamet semuanya tergiur iming-iming sang dukun yang mengaku mampu menggandakan uang hingga miliaran rupiah.

Polisi mengungkap motif hingga sang dukun TH (45) alias Mbah Slamet, warga asal Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah itu tega menghabisi nyawa korban dengan cara diracun.

Jasad korban kemudian dikubur di jalan setapak menuju hutan.

Baca juga: Warga Geger Mbah Slamet Sudah Bunuh 11 Orang, Uang Jadi Penyebab

Korbannya adalah PO (53) warga yang berasal dari Sukabumi, Jawa Barat.

Berikut awal mula terungkapnya kasus pembunuhan dengan modus dukun pengganda uang yang dilakukan oleh Mbah Slamet dikutip dari Tribun Jateng:

Awalnya, Senin (27/3/2023) anak dari korban PO, yaitu GE melapor kepada kepolisian atas kehilangan ayahnya.

GE mengaku, pada Juli 2022, ia diajak bersama dengan ayahnya bertemu dengan pelaku TH alias Mbah Slamet di Wonosobo, Jawa Tengah.

Korban PO dan anaknya GE pergi dari Sukabumi menuju Wonosobo menggunakan bus.

Sesampainya di Wonosobo mereka bertemu dengan Mbah Slamet dukun pengganda uang yang dimaksud.

Ketika sampai di Wonosobo pelaku Mbah Slamet mengajak korban ke rumahnya yang ada di Desa Balun, Wanayasa, Banjarnegara.

Di rumahnya itu korban menginginkan adanya tujuan penggandaan uang.

Selepas itu korban dan anaknya pulang lagi ke Sukabumi.

Hingga pada Senin (20/3/2023) korban datang lagi dari Sukabumi ke Banjarnegara sendiri tanpa ditemani anaknya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved