Berita Lampung

Gegara KUR BRI, UMKM Keripik Pisang Njik Njik Mampu Bersaing

Dirintis sejak 2015 silam, UMKM yang berlokasi di Muara Pilu, Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan tersebut mampu bersaing dengan kompetitor lainnya.

Penulis: Kiki Novilia | Editor: Indra Simanjuntak
Dokumentasi
Owner UMKM Keripik Pisang Njik Njik, Riki Junaidi (46). 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Hampir semua orang meyakini jika Lampung merupakan surganya UMKM keripik pisang.

Di provinsi paling ujung Pulau Sumatera ini, banyak dijumpai UMKM keripik pisang beraneka rasa.

Satu di antaranya adalah UMKM Keripik Pisang Njik Njik milik Riki Junaidi (46).

Dirintis sejak 2015 silam, usaha yang berlokasi di Muara Pilu, Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan tersebut mampu bersaing dengan kompetitor lainnya.

Dikatakan Riki Junaidi, dirinya punya strategi khusus demi bisa bertahan dan merebut pasarnya sendiri.

“Proses penggorengan kita sampai 3 kali, jadi saat dimakan masih ada cita rasa manis yang tertinggal,” ucap dia saat dihubungi Tribunlampung.co.id, Jumat (23/6/2023).

Selain itu, dia juga menggunakan nama produk yang menarik, yakni Njik Njik.

“Waktu itu bingung cari nama apa, saya cari yang unik dan gampang terngiang-ngiang di benak pelanggan,” imbuhnya.

Siapa sangka, pencariannya terhenti pada sapaan akrab anaknya, Zikri.

Dari nama yang semula Zikri, namun kerap disapa Njik, lantas membuat Riki tertarik.

“Kalau cuma Njik aja kan kurang menarik, jadi saya buat Njik Njik,” kata dia.

Mengusung nama tersebut, usaha milik Riki kemudian bergerak memproduksi keripik pisang lumer dan tabur beraneka rasa.

Siapa sangka, produknya itu ternyata disambut baik sebagai oleh-oleh andalan Provinsi Lampung.

“Lokasi kita yang ada di dekat Pelabuhan Bakauheni juga mendorong pelanggan untuk belanja oleh-oleh,” imbuh dia.  

Saat ini Njik Njik sudah tersebar di beberapa toko sekaligus.

Mulai dari toko oleh-oleh di Bandar Lampung, Merak, serta Lampung Selatan.

Kesuksesan tersebut lantas berlanjut lewat ekspansi ke dunia digital.

Dikatakan Riki, produknya kini bisa diakses lewat Tokopedia, Shopee, WhatsApp dan Instagram.

Seluruh kegiatan online tersebut dikelola secara mandiri oleh Riki.

“Saya agak gaptek sedikit, jadi mungkin untuk sekarang masih belum maksimal,” ucap dia.

Virginia Swastika (25) mengaku pernah membeli Njik Njik secara online.

Kala itu, dia membeli varian lumer coklat yang digadang-gadang sebagai produk andalan.

“Rasanya enak, sempat beli untuk orang rumah di Bandung,” kata dia.

Selain itu, Njik Njik mampu terjual hingga ke berbagai daerah di Indonesia.

Bahkan pelanggan dari Papua dan Sulawesi tak ingin ketinggalan mencicipi keripik asal Lampung tersebut.

“Waktu itu ada yang beli dari Sulawesi, ongkos kirimnya sampai Rp 600 ribu,” kenang Riki.

KUR BRI

Diakui Riki, ia adalah nasabah setia dari Bank BRI.

“Saya jadi nasabah BRI sejak 1995,” kata dia.

Loyalitas tersebut kembali terulang lewat pengajuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) beberapa waktu silam.

Pria kelahiran Padang ini mengajukan kredit hingga Rp 50 juta sebagai tambahan modal usaha.

“Saya gunakan semaksimal mungkin untuk menambah volume produksi, memperluas tempat produksi, sampai membeli mesin,” bebernya.

Riki menilai, KUR BRI amat mudah untuk diakses.

Hanya butuh 10 hari hingga kreditnya cair.

“Simpel sekali, yang penting usaha kita memang betul jalan,” katanya.

Dari penambahan modal tersebut, Riki mampu memproduksi keripik pisang sekira 600-700 kg per bulan.

Dari sana, dia dapat mengantongi omzet hingga Rp 30 juta.

“Tiap tahun omzet kita alhamdulillah selalu naik 20 persen,” kata dia.

( Tribunlampung.co.id / Kiki Novilia )

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved