Kakak Adik di Lampung Putus Sekolah

Kakak Adik Viral Putus Sekolah di Bandar Lampung Masih Ingin Lanjutkan Pendidikan

Diketahui, orang tua dari siswa viral yang putus sekolah di Bandar Lampung mengaku dirinya terpaksa tidak menyekolahkan anaknya karena faktor ekonomi.

Penulis: Bayu Saputra | Editor: Indra Simanjuntak
Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra
Aprida Sari dan anaknya Apresia menunjukkan seragam sekolah yang tidak digunakan lagi setelah tidak bersekolah lagi, Sabtu (16/9/2023). 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Apresia (13), siswa putus sekolah karena keterbatasan orang tua tidak memiliki transportasi untuk antar jemput sekolah dan faktor ekonomi mengaku sedih tidak bisa melanjutkan sekolahnya. 

Diketahui, orang tua dari siswa viral yang putus sekolah di Bandar Lampung mengaku dirinya terpaksa tidak menyekolahkan anaknya karena faktor ekonomi. 

Baca juga: Kakak Adik Bandar Lampung Viral Tak Sekolah, Orang Tua: Makan Saja Susah

Baca juga: Orang Tua Tak Punya Kendaraan dan Penghasilan, Anak Viral Putus Sekolah

Adapun kakak adik di Bandar Lampung viral karena putus sekolah melalui video berdurasi 48 detik yang beredar di media sosial.

"Iya saya sudah tidak sekolah, harapannya bisa sekolah lagi dan seharusnya saya sudah SMP," tutur Apresia saat diwawancarai Tribun Lampung di rumahnya di Jalan Cempaka III, Kelurahan Way Kandis, Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung, Sabtu (16/9/2023). 

Semenjak pindah ke Way Kandis ia tidak pernah berkomunikasi lagi dengan teman-temannya.

Apresia menginginkan agar bisa sekolah lagi dan bisa menggapai cita-citanya yakni untuk menjadi Polwan. 

"Kalau cita-cita mau jadi polwan, pingin saja dan kalau bisa sekolah lagi. Saya janji akan belajar sungguh-sungguh," terangya. 

Ia seharusnya kelas X jenjang SMP dan ke depannya jika diberikan kesempatan dirinya mau kejar paket. 

Orang Tua: Makan Saja Susah

Aris Mugiarto (46) orang tua dari siswa viral yang putus sekolah di Bandar Lampung mengaku dirinya terpaksa tidak menyekolahkan anaknya karena faktor ekonomi. 

"Kami tidak biaya antar jemput jika harus sekolah di sana, karena kami sekeluarga makan saja susah," kata Aris Mugiarto, ayah dari siswa putus sekolah saat diwawancarai Tribun Lampung di sekolahnya, Sabtu (16/9/2023). 

Ia hanya mengandalkan jasa service elektronik dan menjadi juru parkir di rumah makan Pondok Minang, Way Halim. 

"Kalau jasa membenarkan elektronik itu tidak tentu, kalau ada yang membentulkan elektronik bisa dapat jasa. Tapi kalau tidak ada yang membenarkan elektronik saya tidak dapat uang," tuturnya.

Ia mengaku harus memutar otak agar tetap bertahan hidup. 

"Makanya saya jadi juru parkir dan setiap parkir hanya dapat Rp 35 ribu dan uang itulah untuk menghidupi kami," kata Aris.

Tak Punya Kendaraan

Aris Mugiarto (46) orang tua dari siswa putus sekolah yang viral di media sosial tidak menyekolahkan anak-anaknya karena tidak memiliki alat transportasi ke sekolah SDN 4 Sawah Brebes. 

"Saya ini kan sekarang sudah pindah ke Jalan Cempaka 3, Kelurahan Way Kandis, Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung, bukan lagi kami tinggal di Kebon Sawo, Kecamatan Tanjungkarang Timur atau dekat dengan SDN 4 Sawah Brebes," kata Aris Mugiarto, ayah siswa yang putus sekolah saat diwawancarai Tribun Lampung, Sabtu (16/9/2023). 

Aris mengatakan, anaknya tidak lagi sekolah karena jarak tempuh untuk sekolah cukup jauh. 

Anak pertama Apresia seharusnya sudah duduk dibangku SMP tetapi karena dulu saat kelas II tidak ada biaya makanya harus putus sekolah

"Berjalannya waktu anak pertama saya ini melanjutkan lagi untuk sekolah, berbarengan dengan adiknya Satria,"

"Jadi sampai duduk di kelas V mereka itu harus berhenti karena faktor ekonomi dan sampai sekarang mereka tidak mengenyam pendidikan," terangnya.

Anaknya yang satu lagi seharusnya umur 8 tahun sekolah kelas II tapi ini tidak bersekolah karena kembali faktor ekonomi. 

"Selain faktor ekonomi bahwa kami juga tidak ada alat transportasi dan akomodasi untuk antar anak kami pulang pergi ke sekolahnya," imbuhnya.

Aris yang bekerja sebagai mekanik elektronik ini mengatakan, dirinya bersama keluarga saat ini tinggal di Way Kandis.

Anaknya tersebut sekolah di Tanjungkarang Timur dan cukup jauh jarak tempuhnya. 

"Sementara saya tidak ada penghasilan lain, selain menerima jasa service elektronik. Dulu saya ada motor tetapi sekarang saya harus menjual karena untuk menutupi kebutuhan hidup keluarga kami," kata Aris. 

Ia menjelaskan, anaknya tidak sekolah bukan karena permasalahan uang komite dan itu tidak benar.

Anak harus berhenti sekolah karena persoalan tidak ada alat transportasi dan selain itu faktor ekonomi.

"Apalagi usaha elektronik saya terganggu terutama pada saat Covid-19, usaha saya hancur. Jadi saya mulai nol lagi untuk usaha ini yang hanya di rumah saja menunggu orang mau service alat elektroniknya," kata Aris. 

Diinya tidak memiliki penghasilan tetap hanya dapat service kalau service dapat Rp 100 ribu setiap kali orang membetulkan elektronik. 

"Saya tidak ada kendaraan dan biaya untuk antar anak sekolah, makanya saya minta anak untuk sementara berhenti sekolah dulu, " kata Aris.

Pihaknya juga tidak pernah mendapatkan bantuan langsung tunai (BLT) atau bantuan-bantuan lainnya.

"Saya itu tidak pernah sama sekali mendapatkan bantuan dari siapapun," kata Aris. 

Aris mengatakan, dirinya kolef usahanga dan motor dijual untuk menyambung biaya hidup. 

"Anak kami terpaksa berhenti sekolah karena kaki makan saja senin kamis," kata Aris. (Tribunlampung.co.id / Bayu Saputra)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved