Berita Lampung

DKPP Pesisir Barat Belum Temukan Penyakit Ngorok pada Hewan Ternak

DKPP Pesisir Barat mengklaim belum menemukan adanya kasus ngorok pada hewan ternak di daerah setempat.

Penulis: saidal arif | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/Saidal Arif
Ilustrasi - Hewan ternak sapi mencari makan ditumpukan sampah. 

Tribunlampung.co.id, Pesisir Barat - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pesisir Barat mengklaim belum menemukan adanya kasus Septicaemia Epizootica (SE)/Haemorraghic Septecaemia (HS) atau dikenal dengan sebutan virus ngorok pada hewan ternak di daerah setempat.

Kabid Peternakan, Rahmat Nursan mengatakan, virus ngorok biasanya menyerang hewan ternak sapi dan kerbau.

"Hingga saat ini belum ditemukan adanya penyekit virus ngorok yang menyerang hewan ternak di Pesisir Barat," ungkapnya, Senin (6/5/2024).

Dijelaskannya, penyakit SE ini bisa menyebabkan demam, kerbau berliur dan terdengar ngorok.

Hal itu disebabkan oleh agen penyakit kuman Pasteurella multocida. 

Kuman tersebut menyerang system pernapasan secara akut, sehingga menyebabkan pendarahan.

"Kerbau yang menderita akan mengalami kesulitan bernapas, maka terdengar ngorok yang sangat jelas,"bebernya.

Jika tidak segera ditangani hewan ternak yang terkena penyakit tersebut bisa berakibat vatal, karena bisa menyebabkan kematian.

Ditambahkannya, penyakit ngorok ini bisa disebabkan karena kualitas bahan pakan ternak yang kurang memperhatikan kandungan lemak, mineral, protein, karbohidrat dan vitamin.

"Pakan ternak yang diberikan terhadap sapi dan kerbau harus diperhatikan,"ucapnya.

Selain itu, faktor kandang juga harus diperhatikan.

Disarankan agar dibersihkan minimal tiga kali dalam sepekan.

"Untuk mencegah penyakit pada hewan ternak kami mengimbau agar kebersihan kandang hewan diperhatikan," tandasnya.

(Tribunlampung.co.id/Saidal Arif)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved