Kesehatan
Daging Berisiko Sebabkan Hipertensi, Waspada Jika Komplikasi ke Jantung
Hipertensi adalah penyakit kronis yang lebih dikenal banyak orang dengan istilah darah tinggi.
Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Setiap tanggal 17 Mei diperingati sebagai hari hipertensi sedunia, untuk mengingatkan masyarakat tentang penyakit ini.
dr Robert, SpJp dari Rumah Sakit Advent Bandar Lampung dan RSUD Sukadana mengatakan, hipertensi adalah penyakit kronis yang lebih dikenal banyak orang dengan istilah darah tinggi.
Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya melebihi 140/90 mmHg.
Gejala hipertensi adalah sakit kepala, tubuh terasa kram dan pegal, serta kesemutan.
Namun kebanyakan penderita hipertensi tidak mengalami gejala, sehingga tidak tahu mengalami hipertensi.
Jika tidak ada gejala, satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan memeriksa tekanan darah secara berkala menggunakan alat tensi (tensimeter).
"Pemeriksaan tekanan darah ini sebenarnya bisa menggunakan alat tensi sendiri di rumah, karena sekarang banyak dijual alat tensi darah digital," kata anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Cabang Lampung ini, Jumat (17/5/2024).
Namun dr Robert mengingatkan agar baterai alat tensi darah selalu dalam keadaan bagus agar hasilnya akurat.
Hipertensi bisa disebabkan karena genetik atau keturunan, namun penyebab paling sering adalah pola hidup dan makan tidak sehat.
dr Robert menyarankan agar jangan percaya jika ada yang mengatakan penyebab hipertensi adalah karena kebanyakan makan daging.
Dijelaskannya, daging itu sendiri tidak menyebabkan hipertensi, buktinya banyak binaragawan dan atlet makan daging tetapi masih tetap sehat.
"Daging bisa berisiko menyebabkan hipertensi jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik atau olahraga. Dengan kata lain, kebiasaan setelah makan daging langsung rebahan atau bermalas-malasan, itu yang berisiko," paparnya.
dr Robert menyampaikan, hipertensi adalah penyakit yang tidak dapat langsung menyebabkan kematian.
Tapi jika hipertensi sudah mengalami komplikasi ke jantung atau stroke, maka bisa berisiko menyebabkan kematian.
"Penderita hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol wajib waspada adanya komplikasi ke jantung dan stroke jika disertai keluhan nyeri dada dan lemah badan, terutama jika tekanan darah diatas 180/110 mmHg.
Pengobatan Hipertensi
Menurut dr Robert, pengobatan hipertensi bisa berbeda pada setiap penderita tergantung seberapa tinggi tekanan darahnya. Jika tekanan darahnya tidak terlalu tinggi maka pengobatannya bisa dengan menjalankan pola hidup sehat, serta makan dan minum yang sehat.
Jika tekanan darahnya masih belum turun, atau memang sejak awal tekanan darah sudah tinggi, maka perlu minum obat secara teratur dari dokter.
"Obatnya mulai dari yang satu jenis sekali minum sampai dengan kombinasi beberapa jenis obat," ucap dr Robert.
Obat ini harus rutin diminum seumur hidup, walaupun tekanan darahnya sudah terkontrol. Sebab tekanan darah yang terkontrol dikarenakan oleh minum obat, jika tidak minum obat dikhawatirkan tekanan darahnya naik lagi.
Cara Cegah Hipertensi
Hipertensi bisa dengan mudah dicegah, caranya dengan menjalani pola hidup sehat.
Pola hidup sehat itu seperti istirahat yang cukup, hindari begadang, dan hindari stres.
Kemudian rutin olahraga minimal 3 kali dalam seminggu dan setiap kali olahraga waktunya minimal 30 menit.
"Kalau bisa olahraga rutin setiap hari lebih bagus lagi," ujar dr Robert.
Selain itu juga harus makan dan minum yang sehat, berhenti merokok, serta batasi gula, garam, dan makanan berminyak.
Jangan lupa untuk rutin memeriksa tensi darah minimal satu bulan sekali.
"Lebih bagus lagi, punya alat tensi darah sendiri, jadi bisa setiap hari memeriksa tekanan darahnya," pungkas dr Robert.
Bisa Serang Usia Muda
Banyak orang mengatakan hipertensi adalah salah satu jenis penyakit yang identik dengan orangtua.
Apa yang dikatakan orang-orang ini tidak salah.
Namun, ada juga orang-orang yang masih berusia 30-40 tahunan yang sudah mengalami hipertensi. Bahkan ada anak muda yang mengalami, namun jenis hipertensi sekunder.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan adanya penyakit lain, salah satunya karena penyempitan pembuluh darah di ginjal.
"Jadi kalau ada anak muda yang mengalami hipertensi harus dicari penyebabnya, karena penyebabnya harus diatasi juga," ujarnya.
(Tribunlampung.co.id/Jelita Dini Kinanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.