Harga Singkong Anjlok di Lampung
Pabrik Tapioka di Lampung Tiba-tiba Tutup Pembelian Singkong Usai Didemo Petani
Sejumlah pabrik tapioka yang ada di Tulangbawang mendadak menutup operasionalnya dan pembelian singkong dari petani lokal seusai demo yang terjadi.
Tribunlampung.co.id, Tulangbawang - Sejumlah pabrik tapioka yang ada di Tulangbawang mendadak menutup operasionalnya dan pembelian singkong dari petani lokal seusai demo yang terjadi beberapa waktu lalu.
Diketahui, ribuan petani singkong yang tergabung di wilayah Kabupaten Tulangbawang, Tulangbawang Barat dan Mesuji, melakukan aksi demonstrasi di 3 perusahaan pada Kamis (23/1/2025).
Adapun tuntutan para petani singkong tersebut yakni perusahaan menaati harga singkong sesuai kesepakatan.
Dari informasi yang didapat, sejumlah pabrik tapioka di Tulangbawang umumkan penutupan operasional.
Seperti halnya yang dilakukan oleh pabrik tapioka PT BSSW di Tulangbawang yang mengeluarkan pemberitahuan penutupan operasional pabrik sejak 24 Januari 2025.
Isinya, berupa pemberitahuan instruksi dari management mulai Jumat, 24 Januari 2025 tidak beli singkong atau tutup dan untuk buka timbang kembali menunggu instruksi dari management pusat.
Seorang petani singkong di Tulangbawang, Jarkoni, membenarkan jika sejumlah pabrik tapioka di Tulangbawang tutup.
"Ya tutup semua pabrik singkong di Tulangbawang, jadi buat petani jangan cabut singkong sekarang," ujarnya.
Menurut Jarkoni, dampak dari penutupan pabrik tapioka itu membuat lapak singkong juga enggan menerima panenan singkong petani.
Pasalnya kata dia, pemilik lapak juga saat ini juga kesulitan untuk menjual komoditas singkong ke pabrik.
Sebelumnya diberitakan, ribuan petani singkong yang tergabung di wilayah Kabupaten Tulangbawang, Tulangbawang Barat dan Mesuji lakukan aksi demonstrasi tuntut harga singkong sesuai kesepakatan, Kamis (23/1/2025).
Diketahui jika demontrasi itu dilakukan di tiga perusahaan yang ada di Kabupaten Tulangbawang.
Di antaranya di PT SAM, Perusahaan Sinar Laut dan PT Bumi Waras (BW).
Dari pantauan Tribunlampung.co.id, sebelum melakukan aksi masa ribuan petani singkong tersebar di beberapa titik.
Bagi petani singkong yang ada di Mesuji, start perjalanan dilakukan dari Simpang Asahan.
Kemudian lakukan longmarch untuk menuju ke titik kumpul Lapangan Banjar Dewa, Tulangbawang.
Setelah itu baru, aksi masa melakukan aksi demo PT SAM dan Perusahaan Sinar Laut.
Terakhir rencananya akan dilakukan akai demo di perusahaan PT BW.
Ketua PPUKI Mesuji Kadek Tike saat dikonfirmasi menyampaikan aksi unjuk rasa ini dilakukan oleh petani singkong yang tergabung dari Kabupaten Mesuji, Tulangbawang dan Tulangbawang Barat.
"Jumlahnya massa ini tergabung di tiga Kabupaten yang diperkirakan ada 2500 sampai 3000 orang," ujarnya.
Lebih lanjut, diketahui jika saat ini aksi unjuk rasa sedang berlanjut di perusahaan Sinar Laut dan nantinya akan berakhir di PT BW.
Kebijakan Impor Buat Harga Singkong di Lampung Anjlok, Analisis Pengamat
Diberitakan sebelumnya, kebijakan impor ditengarai sebagai satu di antara penyebab harga singkong anjlok cukup jauh di Lampung, hingga membuat petani merugi.
Anjloknya harga singkong di Lampung tersebut juga turut memantik anggota DPRD Lampung, sehingga mereka menggelar rapat dengar pendapat dengan sejumlah stakeholder termasuk petani singkong pada Senin (16/12/2024).
Pengamat Ekonomi Unila Asrian Hendi Caya uraikan sebab murahnya singkong di Lampung.
Ia menilai, sebagian besar singkong Lampung ditampung oleh pabrik tepung tapioka sebagai bahan baku utamanya.
Harga tepung tapioka berpengaruh pada harga singkong di Lampung.
Menurut dia, harga tepung tapioka diperlukan pabrik industri makanan utamanya, di samping industri kerajinan masyarakat yang UMKM.
"Persoalannya seringkali industri makanan untuk menjamin stok bahan baku minta izin impor. Justru seringkali harga impor cenderung lebih rendah dan menguntungkan"
"Akibatnya permintaan tepung tapioka lokal berkurang. Nah, ini salah satu sumber turunnya harga singkong di Lampung," kata Asrian Hendi saat diminta pendapatnya, Selasa (17/12/2024).
Sebagai solusi lanjut Asriandi, pemerintah pusat dapat memperhatikan pengaruh impor tepung ke Indonesia.
"Salah satu faktor yg memengaruhi harga singkong adalah pasar tepung tapioka soalnya ada impor, maka harapannya pemerintah pusat memperhatikan pengaruh impor tepung tapioka terhdap harga singkong," tuturnya.
Dalam konteks Lampung, lanjutnya, pasar singkong cenderung oligopsoni.
Artinya ada bebrapa pembeli yang menentukan harga.
Memang pabrik tepung tapioka banyak, tapi sebagian besar terapiliasi dalam satu grup besar.
"Jadi solusinya adalah membuka pasar baru singkong. Ada alternatif misalnya mocaf ( modified cassava flour) atau tepung singkong. Nah tepung ini bisa menjadi substitusi atau pengganti terigu," tuturnya.
"Sayangnya, kurang bersaing karena impor terigu bebas bea impor. Sementara industri tepung singkong tidak bebas pajak"
"Ini tantangannya harus ada kebijakan pemerintah yang lebih memihak produk lokal," sambungnya.
Dia mencontohkan pernah terjadi dalam industri mie.
"Industri mie dulu pernah ada kebijakan untuk mengganti terigu dengan tepung singkong atau mocaf (bukan tapioka) secara bertahap mulai dari 30 persen. Hanya saja tidak terlihat perkembangannya," ucapnya.
Selain itu dulu pernah terjadi komunikasi antara pengusaha dengan kepala daerah untuk menyepakati harga.
"Cara ini juga bisa dilakukan kembali walau mungkin sifatnya sementara. Sebagai produsen singkong yang besar memang ada baiknya membangun ekosistem bisnis singkong dengan pohon industrinya"
"Apalagi pemerintah pusat telah mengarahkan untuk lampung sebagai industri tepung-tepungan," pungkasnya.
Reaksi petani singkong
Petani singkong di Lampung Tengah tidak rela jika memakai acuan harga Rp 900 per kilogram.
Hal itu disampaikan sejumlah perwakilan petani ketika melakukan mediasi bersama perusahaan singkong dengan Pemkab Lampung Tengah sebagai mediatornya, Senin (16/12/2024).
Seperti yang disampaikan petani asal Kecamatan Anak Tuha bernama Unus, harga Rp 900 per kilogram yang ditawarkan kepada petani bahkan tidak cukup untuk menutup modal usaha.
"Idealnya dengan memberikan harga Rp 1000 rupiah per kilogram saja sudah menolong kami. Namun jika ditanya kesejahteraan petani, kami meminta harga singkong Rp 1.500 per kg dengan potongan 15 persen," kata dia saat mediasi di kantor Pemkab Lampung Tengah.
Unus melanjutkan, jika menerapkan harga Rp 900 per kilogram, angka tersebut masih tetap dipotong sana-sini.
"Sekarang ongkos cabut saja Rp 90 rupiah per kilo, ongkos mobil Rp 100 rupiah per kilo, belum lagi konsumsi di lokasi panen, sudah kurang berapa aja tuh," terangnya.
Unus menilai, perusahaan saat ini belum melakukan sortir yang baik dan selektif dalam pembelian singkong.
Maksudnya, Unus menilai bahwa petani dengan kualitas panenan singkong yang bagus disama ratakan dengan hasil panen yang kadar air nya tinggi atau kualitas rendah.
Dia mengatakan, singkong bagus yang notabene membutuhkan waktu pemeliharaan lebih lama, masih dikenakan potongan yang tinggi seperti singkong muda yang kualitasnya rendah.
"Kalau singkong bagus saja masih kena potongan 30 persen lebih, sama saja perusahaan membunuh petani yang susah payah memproduksi singkong berkualitas," kata dia.
Sementara, Ardito Wijaya selaku Wakil Bupati Lampung Tengah sekaligus penggagas mediasi tersebut mengatakan, rembuk bareng petani dan perusahaan singkong saat ini belum memuaskan kedua pihak.
Meski demikian, Ardito mengatakan bahwa dengan adanya rembuk bareng tersebut, petani dan perusahaan singkong sama-sama mengetahui bahwa harga yang diterapkan untuk saat ini adalah Rp 900 rupiah per kilogram.
"Untuk Kabupaten Lampung Tengah kita menyepakati, antar perusahaan tapioka di Lampung Tengah menerapkan harga minimal Rp 900 per kilogram bersih tanpa refraksi," kata Ardito.
Dirinya bersyukur agenda rembuk bareng bisa terlaksana dengan lancar dan dihadiri semua unsur terkait.
Sebab, pertemuan tersebut selain membahas tentang harga, juga saling bertukar pendapat antara petani dan perusahaan.
Menurutnya, kegiatan tersebut dapat membuat perusahaan lebih bijak dalam melakukan transaksi, dan keluhan petani dapat tersampaikan kepada yang bersangkutan.
Ardito mengatakan bahwa kegiatan tersebut bakal kembali dilaksanakannya, sampai ada kesepakatan harga yang bersifat win win solution.
"Keputusan hari ini belum memuaskan petani, dan tentunya kami juga belum puas untuk terus berusaha melakukan upaya agar semua pihak mendapatkan kesepakatan bersama," tutupnya.
( TRIBUNLAMPUNG.CO.ID / M Rangga Yusuf )
Gubernur Mirza Sebut Masalah Harga Singkong di Lampung Sudah Wewenang Pusat |
![]() |
---|
KPPU Sebut Pabrik Tapioka di Lampung Sengaja Impor untuk Hancurkan Harga Singkong |
![]() |
---|
DPRD Lampung Dorong Penerbitan Perpres Tata Niaga Singkong |
![]() |
---|
DPRD 'Mengadu' ke DPR RI Lantaran Pabrik Tapioka di Lampung Masih Banyak Tutup |
![]() |
---|
DPRD Dorong Pemerintah Pusat Tetapkan Regulasi Harga Singkong di Lampung |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.