Berita Terkini Nasional

Viral Sosok Jenderal yang Pernah Marahi Prabowo, 'Saya Tak Pandang Kamu Anaknya Siapa!'

Cerita sosok jenderal yang pernah memarahi Prabowo Subianto kala masih berada di korps baret merah, Kopassus, kembali viral dan menjadi perbincangan.

Kolase Tribun Medan dari Kompas.com
SINTONG DAN PRABOWO: Letjen Purn Sintong Panjaitan (kiri) merupakan mantan komandan Prabowo Subianto (kanan) saat masih berada di korps baret merah, Kopassus. Kala masih berada di korps baret merah, Kopassus, Prabowo Subianto ternyata pernah dimarahi Jenderal Sintong Panjaitan. Ia merupakan mantan komandan Prabowo Subianto saat masih berada Kopassus. 

Tribunlampung.co.id, Jakarta - Cerita sosok jenderal yang pernah memarahi Prabowo Subianto kala masih berada di korps baret merah, Kopassus, kembali viral dan menjadi perbincangan hangat publik.

Sosok jenderal tersebut merupakan mantan komandan Prabowo Subianto saat masih berada Kopassus.

Ya, dia adalah Jenderal Sintong Panjaitan, yang pada 39 tahun lalu, sempat bersitegang dengan Prabowo Subianto, yang kini telah menjadi Presiden RI.

Kisah Jenderal Sintong Panjaitan marahi Prabowo Subianto tertulis dalam buku "Perjalanan Seorang Prajurit, Para Komando, Sintong Panjaitan" karya Hendro Subroto. 

Pada buku tersebut dikisahkan, semua berawal dari hubungan Prabowo yang memburuk dengan Sintong Panjaitan ketika masih sama-sama aktif di militer, tepatnya pada 5 Mei 1985.

Adapun Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan kala itu sudah menjabat sebagai Komandan Kopassandha (Sebelum Berganti Nama menjadi Kopassus) tetapi belum dilantik.

Saat itu, Kolonel Bambang Sumbodo, Asisten 3/Personel, melaporkan bahwa seharusnya Prabowo Subianto selaku Wakil Komandan Detasemen-81/Antiteror sudah pindah dari Kopassandha ke Kostrad berdasarkan surat perintah KSAD yang sudah lama diterimanya.

Kala itu, Sintong Panjaitan terkejut setelah sadar bahwa surat itu ditandatangani KSAD Jenderal TNI Rudini pada saat Brigjen TNI Wismoyo Arismunandar menjabat sebagai Komandan Kopassandha.

"Mengapa Prabowo belum dipndahkan ke Kostrad oleh Pak Wismoyo Arismunandar?" tanya Sintong Panjaitan kepada Kolonel Bambang, seperti tertuang dalam narasi buku yang ditulis Hendro Subroto tersebut.

Sebagai tindak lanjut, Sintong Panjaitan memerintahkan asisten personel untuk membuat surat perintah pemindahan Prabowo dari Kopassandha ke Kostrad.

Adapun Sintong Panjaitan langsung menandatanganinya.

Kepada penulis, Sintong Panjaitan mengatakan, ia tidak tahu-menahu tentang awal mula pemindahan Prabowo, karena pada waktu itu, ia baru pindah dari Pusdik Kopassandha di Batujajar, Bandung Barat, ke Mako Cijantung, Jakarta.

Dasar pemindahan Prabowo yang dilakukan oleh Sintong Panjaitan, semata melaksanakan surat perintah KSAD yang sudah lama disimpan di arsip asistern personel Kopassandha.

Jabatan Prabowo pada waktu itu adalah Wakil Komandan Detasemen-81/Antiteror yang bukan merupakan jabatan teras dalam jajaran Kopassandha.

Seharusnya setelah menerima surat perintah pemindahan, Prabowo cukup melapor kepada atasannya langsung, kala itu atasan Prabowo adalah Letkol Luhut Panjaitan.

Menurut prosedur yang berlaku, mereka yang dapat melakukan corps report kepada Komandan Kopassandha setelah menerima surat perintah pemindahan ialah para asisten, komandan grup, komandan detasemen, dan kepala dinas.

Namun, kala itu, Prabowo tetap bersikukuh meminta waktu untuk corps report.

Meskipun sebenarnya hal tersebut berlawanan dengan prosedur.

Ketika bertemu Sintong Panjaitan, Prabowo langsung bertanya mengapa ia dipindahkan dari Kopassandha ke Kostrad.

Dalam sejarah Korps Baret Merah, belum pernah terjadi seorang anggota menanyakan kepada atasan mengapa ia dipindahkan.

Menurut Sintong Panjaitan, di kalangan Korps Baret Merah, komandan sangat disegani oleh anak buahnya.

Tidak seorang pun yang berani menanyakan mengapa ia dipindahkan.

"Kalau anak buah Prabowo berani menanyakan hal serupa padanya, ia pasti langsung dipecat pada saat itu juga oleh Prabowo. Lantas bagaimana dengan anggota Kopassandha yang dipindahkan ke Merauke? Pemindahan Prabowo ke Yonif 328/Raiders Kostrad, ibaratnya hanya pindah pagar saja," kata Sintong Panjaitan.

Awal Mula Terucap 'Sumpah' Sintong Panjaitan pada Prabowo.

Menurut Sintong Panjaitan kala itu, setelah Prabowo menikah dengan Siti Hediyanti Hariyadi, atau Titiek Soeharto, hubungan Prabowo dengan sang ayah mertua, Soeharto sangat dekat.

Adapun Prabowo yang semula idealis dan selalu berbicara tentang teknik, taktik, dan peningkatan mutu kesatuan serta masalah kualitas militer, kemudian berubah pandangan ke arah kenegaraan, pemerintahan, dan kekuasaan.

Menurut Sintong Panjaitan, kala itu, Prabowo mulai banyak berhubungan dengan politisi.

 Sebenarnya menurut tradisi militer, pertanyaan tentang pemindahan dari satu kesatuan ke kesatuan lain itu tidak pantas disampaikan, sehingga mengakibatkan Sintong Panjaitan menjadi sangat kaget dan tersinggung.

"Kami prajurit, saya tidak pandang kamu anaknya siapa. Selama kamu di tentara, kamu harus turut aturan-aturan yang tentara. Kalau kamu tidak mau, kamu bisa saja keluar dari tentara lalu masuk Partai," kata Sintong Panjaitan kepada Prabowo kala itu.

Selain itu, Sintong Panjaitan menambahkan, sebagai anggota partai, orang bisa jadi bermacam-macam.

"Mungkin di masa datang kamu bisa jadi Menteri Pertahanan. Saya akan menghormati kamu. Itu tidak menjadi masalah bagi saya," kata Sintong Panjaitan pada Prabowo.

Setelah pembicaraan itu, Sintong Panjaitan memerintahkan Prabowo kembali ke tempat.

"Ia memberi hormat dengan sigap seperti layaknya seorang tentara profesional, kemudian ia meninggalkan ruangan. Sejak saat itulah hubungan antara saya dan Prabowo yang semula sangat baik menjadi putus," kata Sintong Panjaitan.

Kala itu, Sintong Panjaitan mencatat sikap Prabowo sebagai bentuk mempertanyakan perintah yang diberikan atasan kepada perwiranya.

"Saya seorang prajurit, sehingga saya akan melaksanakan tugas sesuai dengan aturan tentara yang berlaku. Perintah atasan tidak dapat ditawar dan hanya dilaksanakan," kata Sintong Panjaitan.

Profil Letjen Sintong Panjaitan

Letnan Jenderal Hamonangan Sintong Panjaitan lahir di Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut, 4 September 1940. 

Sintong Hamonangan Panjaitan salah satu petinggi militer era Orde Baru yang dianggap bertanggung jawab atas peristiwa demonstran di Santa Cruz, Dili Timor Timur pada 12 November 1991.

Peristiwa tragis yang menewaskan banyak orang tersebut mencoreng citra Indonesia di mata internasional.

Pasca kejadian itu, Dewan Keamanan Militer (DKM) mencopot Mayor Jenderal Sintong Panjaitan dari jabatannya sebagai Pangdam IX /Udayana. Keputusan ini sebuah pukulan berat bagi Sintong Panjaitan.

Karir militer Sintong yang gilang gemilang tercoreng dengan keputusan tersebut.

Dalam Buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando karya Hendro Subroto, Sintong mengutarakan keheranannya dengan pembentukan DKM yang seperti Dewan Kehormatan DPR, untuk menindak pelanggaran kode etik. Bagi Sintong, penindakan di pihak tentara telah diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana Tentara (KUHPT) dan Kitab Undang-Undang Hukum Disiplin Tentara (KUHDT).

Proses pemeriksaan terkait kasus tersebut pun dirasa tidak cukup jelas. Kendati pun merasa tidak bersalah dan malah justru berusaha mencegah terjadinya kerusuhan, Sintong tak punya kuasa apa-apa untuk membersihkan namanya.

Di saat yang bersamaan, Sintong justru mendapatkan sebuah piagam pernghargaan dari Pemerintah Daerah Timor Timur yang ditandatangani oleh Gubernur Mario Viegas Carrascalao. Piagam itu diberikan kepada Sintong sebagai bentuk penghargaan dari pemerintah daerah dan masyarakat Timor Timur atas jasa-jasanya dalam membantu pembangunan daerah Timor Timur.

Sintong memang dikenal sebagai peinggi militer yang aktif dalam persoalan Timor Timur sekaligus memiliki hubungan sangat baik dengan tokoh-tokoh dari wilayah tersebut. Uskup Carlos Ximenes Belo yang dikenal sangat vokal dalam mengawasi kehadiran ABRI di Timor Timur, adalah salah satu orang yang berhubungan sangat baik dengan Sintong.

Uskup Belo bahkan terbang ke Denpasar untuk menghadiri serah terima jabatan Pangdam IX/ Udayana yang menandai berhentinya Sintong dari jabatan itu. Pada peristiwa itu Uskup Belo mengucapkan terima kasih dan selamat jalan pada Sintong.

Karir Letnan Jenderal Sintong Panjaitan

- Pada Agustus 1964 hingga Februari 1965, Sintong bertugas dalam Operasi Kilat di Sulawesi Selatan dan Tenggara untuk menumpas gerombolan DI/TII yang dipimpin Kahar Muzakkar - Pada Februari 1965 hingga September 1965, ia mengikuti pendidikan dasar komando di Batujajar, Jawa Barat. Kemudian persiapan penerjunan di Kuching tapi dibatalkan karena terjadi pemberontakan G30S/PKI 

- Pada Oktober 1965, Sintong ditugaskan untuk operasi pemulihan keamanan dan ketertiban di Jakarta dan Jawa Tengah

- Pada awal Januari 1967, ia memimpin tim kopassus untuk menumpas kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua

- Tahun 1969 ditunjuk sebagai komandan Prayudha-3 di Manokwari untuk memenangkan Papera.

Sintong Panjaitan telah banyak menduduki jabatan militer seperti:

Letnan Dua Inf:

- Danton 1/A Yonif 321 Galuh Taruna/Brigif 13 Galuh / Kostrad (Operasi Kilat Menumpas DI/TII Kahar Muzakar)

- Danton 1/A Kompi Suryo Batalyon 2 RPKAD (Operasi Kilat Menumpas DI/TII Kahar Muzakar) - Danton 1/A Kompi Tanjung Batalyon 2 RPKAD (Operasi Ganyang Malaysia Kuching-Serawak)

- Danton 1/A Kompi Tanjung Batalyon 2 RPKAD (Operasi Penumpasan G-30S/PKI)

Letnan Satu Inf:

- Komandan Prayudha 3 RPKAD (Pada Operasi Tempur Penumpasan OPM Di Irian Jaya)

- Perwira Operasi Tim Expedisi RPKAD Lembah X Irian Jaya

- Komandan Kompi 251 Grup 2 RPKAD

Kapten Inf:

- Kasi 1 Intel Grup 4 Sandhi Yudha RPKAD

- Perwira Operasi Pada Pusat Intelijen Strategis (PUSINTELSTRAT)

- Kasi 2 Ops Grup 4 Sandhi Yudha RPKAD

- Wadan Operasi PUSINTELSTRAT

Mayor Inf:

- Komandan Karsayudha Grup 4 Sandhi Yudha

- Komandan Satgas 42 Kopassandha Di Kalimantan Barat (Penumpasan Pemberontakan Gerombolan Komunis BARA/PGRS/PARAKU)

- Komandan Operasi GARU TNI Di Kalimantan Barat (Penumpasan Pemberontakan Gerombolan Komunis BARA/PGRS/PARAKU)

- Wakil Komandan Grup 4 Sandhi Yudha Kopassandha

- Wakil Komandan Grup 1 Parako Pada Operasi Lintas Udara Seroja Timor-Timur Letnan

Kolonel Inf:

- Wakil Asisten Operasi Kopassandha

- Komandan Satuan Pengamanan VVIP/Presiden Soeharto Di Timor-Timur

- Asisten Operasi Kopassandha

- Komandan Tim Operasi Khusus Intelijen Di Aceh (Penumpasan Gerakan Aceh Merdeka/GAM) - Komandan Satuan Anti-Teror 81 (Penumpasan Pembajakan Pesawat Garuda DC-9 Woyla 206)

Kolonel Inf:

- Komandan Grup 3 Para Komando / Kopassandha Di Kariango Makassar

- Komandan Grup 4 Sandhi Yudha / Kopassandha - Komandan Pusat Sandhi Yudha & Lintas Udara/Pusdikpassus (PUSSHANDALINUD)

Brigadir Jenderal TNI:

- Komandan Jenderal Kopassus

- Komandan Pussenif

Mayor Jenderal TNI:

- Panglima Kodam IX Udayana

- Panglima Komando Operasi Militer Kolakops/Koopskam/Teritorial TNI Di Timor Timur

- Perwira Tinggi MABES TNI

- Koorsahli Panglima ABRI

Letnan Jenderal TNI:

- Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan (SESDALOPBANG)

- Penasihat Wakil Presiden Bidang HANKAM

- Penasihat Presiden Bidang HANKAM. 

( Tribunlampung.co.id / Tribun-Medan.com )

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved