Berita Terkini Nasional

Perjalanan Mantan Napi Teroris Bom Bali 1 Umar Patek, Dari Peramu Bom, Kini Meramu Kopi

“Dulu aku dikenal karena hal yang menyakitkan dunia, tapi kini aku memilih jalan lain. Meramu rasa, menyeduh damai.”

Editor: Teguh Prasetyo
SURYA.CO.ID/Nur Ika Anisa
CERITA UMAR PATEK - Eks napi teroris Umar Patek (tengah) mengenalkan ‘Ramu Kopi 1966’ yang jadi lini bisnisnya bersama Hedon Estate dalam peluncuran yang digelar, pada Selasa (3/5). Peluncuran kopi turut dihadiri mantan Kepala Densus 88 Antiteror Polri Komjen Marthinus Hukom (kanan), sejumlah pejabat, hingga crazy rich Surabaya yang kehadiran mereka disambut drg David Andreasmito (kiri) selaku pemilik Hedon Estate. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, SURABAYA - “Dulu aku dikenal karena hal yang menyakitkan dunia, tapi kini aku memilih jalan lain. Meramu rasa, menyeduh damai.”

Kalimat tersebut diungkapkan Umar Patek, eks napi teroris saat mengawali cerita kehidupannya yang kini mulai merintis usaha bernama “Ramu Kopi 1966”.

Bukan sekadar kopi, namun perubahannya memilih hidup baru.

Usai bebas pada 7 Desember 2022, pemilik nama asli Hisyam bin Alizein kembali ke tengah masyarakat. Umar menyadari stigma 'mantan narapida terorisme' masih melekat.

Hal itu membuatnya sulit diterima di masyarakat sehingga membuatnya kesusahan dalam mencari pekerjaan.

Ia pun melanjutkan cerita titik awal perjalanan barunya.

Menurutnya. semua bermula saat dirinya bertemu seorang dokter yang juga pengusaha di Surabaya, drg David Andreasmito.

Kerjadian itu terjadi tepat dua bulan setelah dia bebas dari Lapas Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.

“Saya bertemu dengan dokter David, pertanyaan yang masih ingat pertama kali, kerja apa sekarang? Saya bilang, saya tidak punya kerja. Keahlian apa yang kamu miliki? Saya bilang, saya tidak punya keahlian. Sampai akhirnya beliau datang ke rumah saya, saya suguhi kopi dan beliau merasa suka,” ujarnya di Hedon Estate, pada Selasa (3/6/2025).

Umar menyebut, ia sempat menolak saat mendapat tawaran meramu dan menjual kopi di kafe milik drg David.

Semuanya tak lepas dari kekhawatiran akan stigma yang melekat pada dirinya.

“Saya waktu itu terus menolak, saya berpikir waktu itu efeknya bisa ke bisnisnya dokter David. Dengan menerima saya, saya sempat khawatir risiko, karena saya yang statusnya sebagai mantan teroris. Namun kemudian, saya mencoba dan bersepakat,” ungkapnya.

‘Kopi Ramu 1966 by Umar Patek’ menjadi lini bisnis yang dihadirkan di Hedon Estate Kitchen and Lounge yang berada di Surabaya maupun Banyuwangi. Dipilihnya nama brand Ramu tak lain adalah kebalikan dari namanya, Umar. Saya sudah tobat, sudah tidak mau meramu bom. Saya meramu kopi. Saya tidak mau lagi meramu yang lain, sudah,” terang Umar.

Dari perjalannya mencari pekerjaan hingga menemukan ramuan kopi, Umar mengaku hanya ingin menjalani hidup lebih baik.

Ia berharap produksi kopinya dapat diterima masyarakat banyak kalangan.

Dalam peluncuran kopi juga dihadiri mantan Kepala Densus 88 Antiteror Polri, Komjen Marthinus Hukom yang dulu memburu Umar Patek.

Marthinus kini menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).

Dalam acara launching "Kopi Ramu 1966 by Umar Patek", keduanya saling bersalaman, berpelukan, tebar senyum.

Bahkan Umar pun tak segan melontarkan candaan.

“Mudah-mudahan di kantor BNN mulai dari pusat sampai kabupaten, bisa berlangganan kopi saya. Untuk BNN kabupaten, taruhlah lima kilogram, tiga kilogram tak apa-apa,” celetuk Umar disambut tepuk riuh.

Komjen Marthinus menyebut bahwa pertemuan kali ini menunjukan sisi lain seorang Umar Patek.

Dahulu 'musuh' saat nama Umar Patek tercantum pada list pelaku bom Bali 1 Tahun 2002.

Umar dikenal gahar, militan kelompok teroris Asia Tenggara dan ahli senjata berikut taktik gerilya itu diburu aparat keamanan di banyak negara.

“Dia dikejar seluruh dunia, 2002 sampai 2011. Jadi Umar Patek ditangkap di Kota Abbottabad, Pakistan. Selama pelarian, kepalanya dibanderol 10 miliar. Lebih membuat kita terkagum dengan orang ini, dikabarkan mati berkali-kali, diserang pasukan angkatan Filipina, eh muncul lagi. Saat itu, kami dapat berita dia terkepung, tapi dia bisa keluar dari kepungan. Inilah Umar Patek, yang kita kenal hari ini,” ungkapnya.

Ia mengatakan, hubungannya dengan Umar Patek dinilai sebagai suatu contoh yang semula musuh, kemudian saling menyadari posisi masing-masing.

Menjaga hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan manusia tanpa batas.

Marthinus juga berharap "Kopi Ramu 1966 by Umar Patek" bisa menjadi pendorong dan pengembangan UMKM di Jawa Timur.

“Di dalam penjara beliau melaksanakan perenungan. Dari seorang perakit bom, jadi peramu kopi. Yang dulunya berjuang membawa senjata, tapi hari ini ikut berjuang menegakkan kemanusiaan, cinta kasih, tanpa batas, melampaui tembok imaginer keyakinan, menjadi satu kesatuan umat manusia, satu kesatuan Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, drg David Andreasmito, pemilik Hedon Estate mengaku, pendekatannya pada Umar Patek membuahkan hasil.

Ia mengatakan, pernah menawarkan bantuan finansial, namun ditolak. Umar memilih ingin mendapatkan pekerjaan.

Seiring kedekatannya, drg David bersama sang adik lantas bertamu ke rumah Umar Patek, ia disuguhi secangkir kopi.

“Saya kaget lho kok enak, saya tidak berlebihan memang enak. Dia bilang ini kopi rempah buatan saya dan istri. Saya berbicara dengan adik saya, gimana kalau dia (Umar) jualan kopi rempah,” ungkap dokter David.

Pertemuan itu berlanjut dengan menghadirkan seorang peracik kopi bernama Yus di Bondowoso.

Umar sempat berlatih menyangrai kopi beans. Umar pun membuat racikan kopi robusta dan arabika dan diakui luar biasa.

“Bahkan di Banyuwangi, hasil racikan Umar Patek begitu di launching dan orang pecinta kopi merasakan racikan, mereka memborong habis kopinya,” ungkapnya.

Dari sanalah usaha yang dirintis Umar Patek dimulai. Ia bertugas meramu kopi dan saat itu dibantu Yus terkait pemberian alat-alat mesin kopi serta pelatihan meraciknya.

Sementara management dipegang drg David.

“Akhirnya dimulailah, begitu soft lauching banyak yang menghubungi saya dan siapkan 2000 pax satu bulan habis,” ungkapnya.

drg David tak menampik banyak pertanyaan terkait kedekatannya dengan Umar Patek, apalagi soal berbisnis. Namun ia meyakini, kerja sama maupun pertemanan dengan sang mantan napi teroris berdasarkan cinta kasih. (tribunnetwork)

 

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved