Berita Terkini Nasional

KM Barcelona 5 Terbakar di Perairan Minahasa Utara, Bayi Leonardo dan Potongan Sterofoam

Kebakaran melanda Kapal Motor (KM) Barcelona 5 yang mengangkut sekitar 400 penumpang saat berlayar dari Kepulauan Talaud menuju Manado

Editor: Teguh Prasetyo
Tribun Manado/Rizali Posumah
KORBAN SELAMAT - Serly Horman, salah satu korban selamat dalam musibah kebakaran kapal KM Barcelona 5, yang terbakar di Perairan Talise, Minut, Sulawesi Utara, Minggu (20/7) siang. Foto saat Serly berada di Pelabuhan Serei. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, MANADO - Kebakaran melanda Kapal Motor (KM) Barcelona 5 yang mengangkut sekitar 400 penumpang saat berlayar dari Kepulauan Talaud menuju Manado, Sulawesi Utara, Minggu (20/7/2025) siang. 

Insiden terjadi di sekitar Perairan Pulau Talise, Minahasa Utara, dan memaksa ratusan penumpang melompat ke laut untuk menyelamatkan diri dan menyebabkan tiga penumpang meninggal dunia.

Salah satu kisah mendebarkan dialami pasangan Yongki Papalapu dan Gisele Awuy.

Sebab, saat musibah terjadi, mereka sedang bersama bayi mereka yang baru berusia dua bulan.

Bayi tersebut diberi nama Leonardo atau pemberani. Dan kini, nama itu seolah menjadi pertanda atas nasib luar biasa sang bayi.

Sebab, Leonardo selamat dari kobaran api kebakaran kapal dan ombak laut bersama orang tuanya. Kisah penyelamatan bayi mungil ini menjadi viral dan banyak dianggap sebagai suatu mukjizat.

Menurut Yongki, mereka berempat masing-masing dirinya, sang istri Gisele, Leonardo, dan orang tua Gisele berada di dek atas saat kebakaran terjadi.

Saat kebakaran terjadi, hanya tersedia dua pelampung yang akhirnya diberikan pada istri dan mertuanya.

Yongki dan Leonardo tidak memiliki pelampung saat api mulai melalap bagian kapal.

"Istri dan mertua saya langsung melompat. Saya turun ke dek paling bawah bersama Leonardo," kisah Yongki saat ditemui di RS Sentra Medika Minut, pada Senin (21/7/2025).

Karena tangga sudah dikepung api, Yongki memilih jalan ekstrem dengan keluar lewat jendela kapal.

"Saya bergelantungan, lalu melompat dari dek setinggi enam meter sambil mengangkat Leonardo tinggi-tinggi agar tidak kemasukan air," tambahnya.

Setelah mencebur, ia berenang dengan satu tangan sambil terus memeluk anaknya.

Beruntung ia menemukan potongan sterofoam yang diyakini berasal dari wadah ikan.

"Saya taruh Leonardo di situ agar tetap mengapung," kata Yongki.

Tak lama, Gisele dan ibunya berhasil bergabung setelah berenang memutar.

Selama satu setengah jam mereka terapung-apung di lautan.

Tekad Yongki hanya menyelamatkan keluarga.

“Doa saya cuma satu, kami semua harus selamat,” ujarnya.

Doa itu dijawab. Sebuah perahu nelayan datang menyelamatkan mereka.

“Kalau kebakaran itu terjadi malam hari, mungkin kami sudah mati. Airnya dingin sekali,” ujar Yongki.

Leonardo kini dirawat di RS Sentra Medika Minut dan dijadwalkan menjalani pemeriksaan thorax.

Menurut sang ibu, sejauh ini kondisi anaknya cukup stabil.

“Ia sempat tercebur ke laut, tapi sejauh ini tidak terlihat luka serius,” ujar Gisele.

Namun, karena semua barang mereka hilang dalam kebakaran, Leonardo kekurangan perlengkapan bayi.

"Baju yang ia pakai sekarang dipinjamkan kerabat. Ia butuh pakaian, pampers, dan susu," ucap Gisele.

Pasangan ini sejatinya datang dari Talaud ke Manado untuk keperluan pengobatan Leonardo.

“Waktu lahir dia sudah punya gigi. Kami ke Manado untuk cek kesehatan, sudah ada jadwalnya. Tapi akhirnya dia malah harus dirawat karena kejadian ini,” tuturnya.

Sementara penumpang selamat lainnya bernama Serly Horman. Ia berhasil selamat bersama anak dan orangtuanya.

Serly mengaku, saat kebakaran terjadi ia berada di dalam kamar bersama anak serta orang tuanya yang sedang sakit.

Saat itu tidak ada aba-aba atau pengumuman dari awak kapal, sehingga kepanikan penumpang pun langsung pecah.

“Tiba-tiba semua orang lari. Saya tanya ada apa, mereka bilang kapal terbakar. Saya langsung panik, orangtua belum minum obat. Kalau sudah, mungkin dia sudah tidur dan tidak sempat selamat,” ujar Serly, seperti dilansir dari Tribun Manado.

Di tengah situasi darurat, Serly bergegas naik ke dek bagian atas, lalu membantu orangtuanya naik.

Meski tanpa pelampung, ia, anaknya, dan orangtuanya memutuskan berenang menyelamatkan diri.

“Kami bertiga, saya, anak saya, dan orangtua, berenang tanpa pelampung. Tidak ada jalan keluar waktu itu, semua sudah penuh asap,” ujarnya di Pelabuhan Serei.

Di tengah kepanikan dan keputusasaan, Serly hanya bisa berserah pada Tuhan.

“Saya hanya bisa panik dan berdoa, saya bilang Tuhan minta tolong kasih pertolongan, kasih akal,” ujar Serly.

Upaya penyelamatan akhirnya datang dari para nelayan setempat.

Mereka menemukan Serly dan korban lainnya yang berenang sambil mengangkat tangan minta tolong.

“Pertama ditolong nelayan. Yang diutamakan itu perempuan dan orang sakit. Kami sempat terpisah, tapi akhirnya bertemu kembali di pelabuhan,” ucapnya.

Serly juga menceritakan momen dramatis lain saat seorang bayi, anak dari sepupunya, berhasil diselamatkan dalam kondisi darurat. Keputusan cepat diambil oleh keluarga sang bayi.

“Mereka ambil keputusan cepat. Supaya bayi itu selamat, langsung bawa pakai cool box. Puji Tuhan, dia aman sampai kita semua dievakuasi,” katanya.

Meski selamat bersama anak dan orangtuanya, Serly harus menahan duka.

Salah satu kerabatnya, Asna Lapae (50), tidak berhasil diselamatkan dan jadi korban meninggal dunia dalam insiden ini.

Selain Asna, dua penumpang meninggal lainnya yakni Zakaria Tindiuling dan Juliana Humulung (40).

Sementara Gubernur Sulawesi Utara Yulius Selvanus Komaling menyampaikan belasungkawa atas insiden ini.

Ia juga memastikan bahwa fasilitas kesehatan telah disiagakan di tiap posko evakuasi.

"Masyarakat Sulawesi Utara berdukacita atas peristiwa ini," pungkas YSK yang langsung meninjau posko evakuasi korban KM Barcelona 5.

(tribunmanado.com)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved