Curhat Anaknya Viral, Juliadi Malah Dapat Kecaman Warga, Kini Diusir dari Kampung
Curhatan seorang anak di Semarang berinisial JES (8) yang harus menyusuri pinggiran sungai untuk berjalan menuju sekolah, tampaknya semakin runyam.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Semarang - Curhatan seorang anak di Semarang berinisial JES (8) yang harus menyusuri pinggiran sungai untuk berjalan menuju sekolah, tampaknya semakin runyam.
Aksi JES menyusuri pinggiran sungai demi berangkat sekolah itu lantaran rumah orang tuanya ditutup pagar seng oleh warga.
Usut punya usut, ternyata, ayahnya JES, Juladi Boga Siagian (54) tak disenangi warga hingga dianggap pembuat onar.
Bahkan yang terbaru, Juladi sampai mendapatkan tuntutan untuk segera meninggalkan rumah tersebut.
Dilansir TribunJatim.com, di balik viralnya kasus anak Semarang berinisial JES (8) yang kesulitan pergi ke sekolah akibat rumah orang tuanya ditutup pagar seng, kini memunculkan konflik yang semakin meruncing.
Tuntutan itu diungkapkan warga RT 7 RW 1 Kelurahan Bendan Ngisor, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang dengan pemasangan spanduk yang dipasang di jalan masuk menuju rumah Siagian.
Diusir warga
Spanduk warna kuning bergaris merah itu bertuliskan "Warga RT 07 RW 01 Kelurahan Bendan Ngisor Menolak Warga Atas Nama Juladi Boga Siagian. Warga Menghimbau Untuk Yang Bersangkutan Dapat Segera Pindah dari RT 07 RW 01 Kelurahan Bendan Ngisor".
Ketua RT 7 RW 1 Bendan Ngisor, Sugito membenarkan spanduk tersebut dipasang oleh warganya pada Minggu (3/8/2025).
Pemasangan itu, kata dia, hasil dari musyawarah warga yang sudah dilakukan sebelumnya.
"Bukan saya yang mengizinkan atau tidak, pemasangan spanduk itu tindak lanjut dari petisi warga. Jadi ini kehendak mereka," kata Sugito kepada Tribun, Senin (4/8/2025), seperti dikutip TribunJatim.com, Selasa (5/8/2025).
Dokumen petisi penolakan warga yang ditunjukkan Sugito kepada Tribun terdiri dari lima lembar yang ditandangani oleh Sugito dan Ketua RW 1 Bendan Ngisor, Subroto bersama 22 warga lainnya.
Dalam dokumen yang bertanggal 3 Agustus 2025 itu, ada delapan catatan warga mengenai perilaku Siagian di antaranya tidak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar, membakar sampah sembarangan, membiarkan anjingnya berkeliaran , melakukan pencemaran nama baik warga hingga melakukan pengancaman.
Berdasarkan hal itu, warga meminta Siagian pindah dari tempat tersebut.
"Ya warga menolak yang bersangkutan tinggal di situ karena beberapa alasan di antaranya ada peliharaan anjing yang diliarkan dan persoalan sampah," sambung Sugito.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.