Setnov Kini di Bawah Pengawasan Bapas Bandung, Menteri Imipas Beda Statemen
Resmi mendapatkan bebas bersyarat, eks Ketua DPR RI, Setya Novanto alias Setnov, kini menjadi klien pemasyarakatan di bawah pengawasan Bapas Bandung.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Jakarta - Resmi mendapatkan bebas bersyarat, eks Ketua DPR RI, Setya Novanto alias Setnov, kini menjadi klien pemasyarakatan di bawah pengawasan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Bandung.
Hal tersebut disampaikan Kepala Subdirektorat Kerja Sama Pemasyarakatan Ditjenpas, Rika Aprianti.
Pembebasan bersyarat dari Lapas Sukamiskin resmi didapatkan Setya Novanto tepat sehari sebelum HUT ke-80 RI, atau pada 16 Agustus 2025.
Keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan No. PAS-1423 PK.05.03 Tahun 2025, yang ditandatangani sehari sebelumnya.
“Setya Novanto akan mendapatkan bimbingan dari Pembimbing Kemasyarakatan hingga 1 April 2029,” ujar Rika dalam keterangan resminya, seperti dikutip dari Tribunnews.com, Minggu (17/8/2025).
Namun, pernyataan ini sedikit berbeda dengan penjelasan Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto, yang menyebut bahwa Novanto tidak lagi memiliki kewajiban lapor karena seluruh ketentuan, termasuk pembayaran denda subsider, telah dipenuhi.
“Nggak ada (kewajiban lapor), karena dendanya sudah dibayar,” kata Agus di Istana Negara.
Agus menambahkan bahwa pembebasan bersyarat Novanto telah melalui proses hukum yang sah, termasuk asesmen dan putusan Peninjauan Kembali (PK) yang mengurangi masa hukuman dari 15 tahun menjadi 12 tahun 6 bulan.
Putusan PK tersebut dibacakan oleh Mahkamah Agung pada 4 Juni 2025 dalam perkara nomor 32 PK/Pid.Sus/2020.
Setya Novanto sebelumnya divonis bersalah dalam kasus korupsi proyek e-KTP tahun anggaran 2011–2013. Ia dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, denda Rp500 juta subsider 3 bulan kurungan, serta diwajibkan membayar uang pengganti sebesar USD 7,3 juta, dikurangi Rp5 miliar yang telah dititipkan kepada penyidik.
Hak politiknya juga dicabut selama lima tahun setelah masa pidana berakhir.
Belakangan, permohonan peninjauan kembali (PK) yang diajukan Setya Novanto dikabulkan Mahkamah Agung (MA).
Putusan PK tersebut membuat Novanto mendapat hukum lebih ringan dari vonis, yakni menjadi 12 tahun dan 6 bulan, dari yang semula 15 tahun penjara.
Dalam amar putusannya, disebutkan bahwa perkara nomor: 32 PK/Pid.Sus/2020, diperiksa dan diadili oleh ketua majelis Surya Jaya dengan hakim anggota Sinintha Yuliansih Sibarani dan Sigid Triyono, dan Panitera Pengganti Wendy Pratama Putra.
Putusan PK itu dibacakan pada Rabu, 4 Juni 2025.
Mantan Ketua DPR RI tersebut disebut sudah menjalani 2/3 masa hukuman, sehingga bisa bebas bersyarat.
Syarat Bebas Bersyarat
Untuk memeroleh status bebas bersyarat, seorang narapidana harus memenuhi beberapa syarat yang ditetapkan peraturan perundang-undangan.
Setidaknya ada empat syarat yang 4 syarat yang harus dipenuhi:
- Narapidana harus telah menjalani minimal 2/3 masa pidananya. Misal, hukuman pidana seseorang 10 tahun, maka narapidana harus telah menjalani setidaknya 6 tahun dan 8 bulan.
- Berkelakuan Baik
- Mengikuti program pembinaan
- Ada jaminan pihak keluarga dan pihak lain
Baca juga berita terkini lain
Setnov
Kematian Brigadir Nurhadi Bukan karena Tenggelam di Kolam tapi Dipiting |
![]() |
---|
Gubernur Lampung Pimpin Upacara HUT RI di Tengah Laut, Sabet Rekor MURI |
![]() |
---|
Tampilan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina saat Hadiri Perayaan HUT ke-80 RI |
![]() |
---|
Presiden Prabowo Subianto Asyik Joget dalam Perayaan HUT ke-80 RI di Istana |
![]() |
---|
Tangis Bahagia Istri Denny Cagur Putranya Dikukuhkan sebagai Anggota Paskibraka |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.