Berita Terkini Nasional

Respons RSUD Terkait Balita Meninggal Imbas Ruang Perawatan Penuh: Pukulan untuk Kami

Kejadian viral tersebut di RSUD Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang beroperasi di bawah Pemerintah Kabupaten Sukabumi.

TribunJabar/M Rizal Jalaludin
PASIEN MENINGGAL - Foto kondisi IGD RSUD Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat pada Senin (20/4/2020). RSUD Palabuhanratu akui bayi 1 tahun asal Sukabumi meninggal karena ruangan perawatan penuh. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Jawa Barat - Pihak Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD) merespons peristiwa viral di media sosial terkait balita meninggal dunia karena ruangan perawatan di rumah sakit penuh.

Kejadian viral tersebut di RSUD Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang beroperasi di bawah Pemerintah Kabupaten Sukabumi.

Menurut website resmi RSUD Palabuhanratu, rumah sakit plat merah ini awalnya hanya sebuah balai  pengobatan  yang kemudian resmi menjadi rumah sakit pada tahun 1987. Pada saat itu kapasitas tempat tidur hanya 52 bed.

Tahun 2024, kapasitas tempat tidur RSUD Palabuhanratu menjadi 262 bed. RSUD yang terletak di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi ini merupakan rumah sakit kelas C.

Kini RSUD Palabuhanratu menjadi sorotan publik setelah viral kabar bayi berusia satu tahun meninggal dunia karena ruang perawatan di rumah sakit penuh.

Bayi 12 bulan asal Kampung Babakan Astana, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Sukabumi, itu meninggal dunia setelah menderita kebocoran jantung.

Dalam narasi yang beredar di media sosial, pengunggah akun Facebook Joe Alfatih menyebut pihak rumah sakit diduga tidak segera mengambil tindakan rujukan yang berujung balita itu tak tertangani dan meninggal dunia.

Pihak RSUD Palabuhanratu melalui direkturnya, Rika Mutiara Sukanda, membenarkan kejadian tersebut. "Betul pasien itu memang masuk ke Rumah Sakit Palabuhanratu kemudian masuk ke IGD. Kemudian sampai hari kemarin itu hari Sabtu terjadi hal-hal yang paling tidak kami inginkan," ujar Rika kepada Tribunjabar.id via telepon dikutip Tribunlampung.co.id.

Rika tak menampik ruangan di RSUD Palabuhanratu dalam keadaan penuh. Menurutnya, diperlukan ruangan khusus untuk menangani bayi tersebut pada saat itu. "Yang dibutuhkan ruangan khusus atau high care unit," kata Rika.

Atas kejadian itu, Rika menyebut, pihaknya sangat terpukul. Dikatakannya, ini akan menjadi bahan evaluasi ke depan. "Benar-benar pukulan untuk kami. Jadi kami juga turut berduka cita," tandasnya.

Sementara itu, ayah bayi tersebut, Syamsudin membeberkan kronologi kematian buah hatinya. Syamsudin menuturkan, anaknya dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Palabuhanratu pada Kamis (21/8/2025).

"Waktu masuk ke rumah sakit langsung diselang, disuruh puasa, hari Jumat jam 10, sampai jam 5 besok pagi hari Sabtu. Terus-menerus disuruh puasa," ujar Syamsudin, Selasa (26/8/2025).

Namun, sampai Sabtu (23/8/2025), anaknya tak kunjung masuk ke ruang perawatan, padahal kondisinya kian parah. Syamsudin lantas menanyakan hal tersebut ke pihak rumah sakit, namun ia mendapat jawaban, ruangan perawatan masih penuh.

"Dikarenakan di malam itu enggak tahu jam berapa, cuma malam sudah keluar surat pindah ruang ICU.Tapi ternyata dari malam saya ngomong, kapan dipindahkan ternyata sampai pagi, sampai sore lagi belum juga dipindahkan. Alasannya penuh," ungkapnya.

Tak berhenti, Syamsudin terus menanyakan kepindahan anaknya ke ruang perawatan, namun tetap tak mendapat jawaban pasti. Hingga akhirnya selang infus untuk anaknya dicopot.

"Saya kan bilang walaupun penuh kapan anak saya dipindah, jawabannya ternyata, ya tetap saja mau dicopot ini selang, nunggu dulu keluar dari ICU. Itu selang buat nguras lambung katanya, enggak mau dioperasi, cuma mau dibersihin lambungnya. Tapi jangan sampai disusui atau (dikasih) air minum," jelasnya.

Belum sempat anaknya mendapatkan perawatan yang memadai, nyawanya sudah tak tertolong. Syamsudin pun menyesalkan kejadian tersebut. Ia pun meminta itikad baik dari pihak rumah sakit atas peristiwa yang menimpa anaknya.

"Jangan sampai terulang lagi untuk orang lain. Anak saya sampai menghembuskan napas terakhirnya itu penanganannya enggak ada, disuruh gini disuruh gitu, cuman bilang nanti nanti saja.Pas jantung anak saya sudah berhenti baru pada datang. Percuma kalau pakai alat juga, orang sudah meninggal," urainya.

Viral di Media Sosial

Kisah ini viral setelah diunggah oleh pemilik akun Facebook Joe Alfatih pada 23 Agustus 2025. "Kini menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga BPK Syamsudin dan ibu nenk Diah,atas meninggal nya putri bungsunya, Nadira Meysa Fauzia tanggal 23 Agustus pukul 16 lebih, yang di rawat di IGD RS pelabuhan ratu 3hari2malam yang takunjung dapat ruangan d karenakan ruanganya penuh," tulis Joe dalam postingannya, dilansir TribunJabar.id.

Joe menyebut, diduga pihak rumah sakit tidak mengambil tindakan rujukan segera, sehingga Nadira tidak tertangani. Bayi berusia 1 tahun itu diduga mengalami keluhan medis kebocoran jantung.

"Namun kenapa pihak IGD RS, tidak mengambil langkah buat rujukan, udah tau kondisi pasien urgen, pihak kluarga pun menyangkanya itu, harus evaluasi benar nih RS pelabuhan ratu soalnya bukan kali ini saja, udah d sidak bupati, kemarin di sidak ketua komisi2 bareng pa Wabup, jadi harus bener2evaluasi," tulisnya lagi.

"Walaupun kemarin dari pihak IGD meminta maaf atas kelalaian nya,kepada pihak kluarga,namun tidak cukup meminta maaf, ini harus jadikan cermin buat kedepan jangan sampe terulang dan terulang lagi," lanjut Joe.(*)

Berita Selanjutnya Balita Raya yang Meninggal dengan Tubuh Penuh Cacing Ternyata Keluarga Kades

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved