Komunitas

Tak Suka Kompromi Soal Kualitas

Editor: taryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ari Pahala Hutabarat

ARI Pahala Hutabarat, biasa dipanggil Ari, kerap juga dia dipanggil Ucok berdarah Medan dan Lampung. Putra Arman Hutabarat dengan Ringgasui ini, lahir di Palembang, 24 Agustus 1975.

Ari ingat, ketika kecil, ayahnya suka mengajak anak-anak muda tetangganya bermain musik bersama. Dia dekat dengan seni, terutama musik. Kemudian keluarganya pindah ke Lampung, Ari melanjutkan sekolah di SDN Terbanggi Agung, Lampung Tengah sampai lulus 1986.

Sejak SD minat Ari sangat besar pada sastra. Tetapi, dia baru menulis puisi, ketika di SLTA. Dia menyukai karya Sutardji Calzoum Bachri, WS Rendra, Matsuo Basho, Octavio Paz dan Pablo Neruda. Karya-karya Isbedy Stiawan ZS dan Iswadi Pratama dia suka pula. Dan ternyata, dia mengagumi Rumi, Osho, Gourjief, Khrisnamurti, Subud, dan Mbah Prapto.

Kiprah pertama Ari di teater adalah ketika dia diajak bergabung dengan Teater Kurusetra. Kelompok itu bernaung di bawah UKMBS Unila. Dia belajar teater secara otodidak, melalui buku, pengalaman pentas, dan menonton pementasan.

Ari sempat mencoba bekerja di salah satu surat kabar. Hal itu dilakoninya karena berpikir media cetak mampu mengakomodasi hobi yang ia punya. "Tapi ternyata tidak juga. Bekerja di surat kabar tidak memberikan ruang bagi saya untuk berpikir," kata dia, belum lama ini.

Ari Pahala menekuni dua bidang, sastra dan teater. Dan kepada dua seni itulah hidupnya didedikasikan. Meski teater jadi prioritas utama, puisi telah menempatkan namanya sebagai salah satu penyair Indonesia modern. Dia suka teater karena banyak orang yang terlibat dan saling bekerja sama untuk mendukung sebuah cita-cita artistik.(siti nuryani)

Berita Terkini