TRIBUNLAMPUNG.CO.ID-Istri Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ani Yudhoyono, berang dengan pernyataan Ketua DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul.
Ruhut menyebut bahwa SBY sebenarnya sangat ingin melihat anaknya Agus Harimurti Yudhoyono menyandang gelar jenderal bintang empat dan karier militernya melesat.
Namun, Ruhut menyebut SBY dipengaruhi oleh segelintir orang di Partai Demokrat agar mengusung putranya itu sebagai cagub DKI.
"Saya kira hanya Agus yang bisa menjawab, bukan Ruhut Sitompul," tulis Ani menjawab salah satu follower di akun Instagram-nya, @aniyudhoyono.
Dalam postingan lainnya, Ani juga menegaskan bahwa tidak ada paksaan baik dari dirinya maupun SBY kepada Agus.
"Tuduhan kalau dipaksa oleh orangtua, sangat menyakitkan. Saya kira tak satupun orangtua yang ingin mengorbankan anaknya," kata Ani.
Seperti diketahui Partai Demokrat bersama PKB, PAN dan PPP sebelumnya memutuskan mengusung Agus sebagai cagub DKI.
Keputusan itu diambil setelah elite keempat parpol melakukan pertemuan intensif di kediaman SBY di Cikeas, Bogor.
Agus yang masih berpangkat Mayor Infanteri, harus mundur dari TNI.
Dalam pertarungan Pilkada DKI, Agus, yang berpasangan dengan birokrat DKI Sylviana Murni.
Sanksi
Ruhut sendiri memang 'membelot' dan tidak mendukung Agus.
Ia jauh-jauh hari sudah menegaskan mendukung Ahok-Djarot.
Selain Ruhut, anggota Dewan Pembina Demokrat Hayono Isman juga menyatakan hal serupa yakni membelot ke Ahok-Djarot.
Untuk itu, Ruhut dan Hayono segera akan diperiksa terkait sikap politiknya yang berbeda.
Demokrat akan memeriksa Ruhut dan Hayono secara administratif.
Meski demikian, Ketua DPP Partai Demokrat Didik Mukriyanto mengaku Demokrat tak akan gegabah dalam menyikapi Ruhut dan Hayono.
Didik mengatakan, alat kelengkapan partai tentu akan bekerja secara profesional dan penuh kehati-hatian.
Ia pun menegaskan, hingga saat ini Ruhut dan Hayono masih tercatat sebagai pengurus Partai Demokrat sesuai dengan posisi yang dijabatnya saat ini.
"Tetapi, nanti setelah pemeriksaan dan bila harus diberi sanksi ya pasti kami beri sanksi. Tentu sanksinya akan proporsional sesuai dengan tingkat kesalahannya," kata Didik.
Didik juga mengimbau Ruhut dan Hayono sadar diri dan kembali ke jalan yang benar.
"Semestinya kader yang berseberangan dengan kami di Pilkada DKI sadar diri. Mereka bisa menduduki posisi penting di saat ini kan juga karena diberi kepercayaan sama partai. Marilah kembali ke jalan yang benar," ujarnya.
Menantang
Menurut mantan Ketua DPC Demokrat Cilacap, Tri Dianto, yang dikenal sebagai loyalis mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Hayono dan Ruhut merasa punya alasan kuat mendukung Ahok karena pencalonan Agus tergolong mendadak serta mengejutkan.
"Atau mungkin ada alasan lain, misalnya Agus tidak ikut proses penjaringan. Ini adalah tes bagi kepemimpinan Pak SBY, apakah berani menegakkan disiplin organisasi kepada Ruhut dan Hayono atau tidak," kata Tri Dianto.
Tri juga menduga SBY merasa bersalah karena Agus dicalonkan tidak melalui prosedur yang wajar.
Sehingga tidak berani memberikan sanksi kepada dua kadernya itu.
Ia pun menyebut sikap kedua kader itu adalah untuk menguji nyali SBY berani bersikap tegas.
"Kalau dilihat dari kelantangan Ruhut dan Hayono, itu seperti menantang Pak SBY untuk memecat. Mungkin kedua orang tersebut sudah merasa tidak ada masa depan di partai Demokrat," katanya. (suf/Ant/Tribun/fer/kps/wly)