Industri smartphone pun cuma salah satu bagian dari kegiatan produksi yang membuang-buang aneka bahan yang sulit diperoleh kembali, seperti logam langka tadi.
Kesialan yang dialami Samsung sebenarnya bisa dihindari dengan menggunakan baterai yang bisa dilepas pada Galaxy Note 7 -kalau benar baterai merupakan akar masalahnya.
“Kalau Samsung bisa mengirim unit baterai baru yang punya kapasitas 95 persen dari yang lama, yang lebih aman dari sebelumnya, tentu keadaanya akan baik-baik saja,” kata Wiens.
Baterai yang bisa dilepas sebelumnya selalu menjadi fitur standar ponsel Galaxy seri flagship, sebelum mulai menghilang seiring dengan diadopsinya faktor bentuk unibody.
Jika saja Samsung memakai baterai yang bisa dilepas untuk Galaxy Note 7, efek persoalan Galaxy Note 7 terhadap perusahaan tersebut tidak akan sebesar sekarang, begitupun dengan dampaknya terhadap lingkungan.
Apa daya, Samsung memilih untuk menanam baterai built-in yang dilekatkan dengan lem sehingga sangat sulit untuk diperbaiki maupun didaur ulang.
Nasi sudah menjadi bubur, namun setidaknya para pabrikan smartphone bisa belajar dari kasus ini. Seperti halnya kebocoran minyak yang memberikan peluang mencoba teknik pembersihan baru, recall massal mungkin bisa membuahkan metode daur ulang ponsel yang lebih efisien.
Penulis : Oik Yusuf