Pada 14 April 2016, Medi menghubungi Anton memberitahu waktu pelaksanaan aksi. Medi mengutarakan, Umi memerintahkan supaya melabrak Pansor bersama Yulinar pada 15 April 2016. Karena pada hari itu, Pansor akan jalan-jalan dengan Yulinar.
Di hari 15 April 2016, Pansor ternyata hanya bertemu sebentar dengan Yulinar di Bank Rakyat Indonesia (BRI). Pansor menyerahkan uang ke Yulinar pada saat itu.
Medi kemudian meminta Anton tetap pada rencana walaupun Yulinar tidak bersama-sama dengan Pansor.
"Kecelakaan"
Sekitar pukul 13.30 WIB, Medi menghubungi Pansor dan meminta bertemu di Jalan Pangeran Emir M Noer, depan Cosmo. Pada pertemuan itu, Medi sempat masuk ke dalam mobil Toyota Innova Pansor dan berbincang sebentar.
Pansor dan Medi lalu pergi menjemput seorang teman wanita di sebuah tempat kos. Setelah Medi turun di tempat kos itu, Anton masuk ke dalam mobil Innova tersebut. "Selanjutnya saya tidak tahu apa yang terjadi," kata Medi.
Sekitar pukul 15.00 WIB, Medi sempat menghubungi telepon Anton namun tidak diangkat.
Dua jam kemudian, Anton menghubungi Medi. Anton mengatakan terjadi 'kecelakaan' dan akan ke rumah Medi habis magrib.
Anton datang ke rumah Medi membawa mobil Innova Pansor.
"Anton bilang Pansor melakukan perlawanan sehingga dilumpuhkan dengan senjata api dan mayat Pansor ada di kardus di belakang mobil," cerita Medi.
Medi kaget dan panik. Anton kemudian meminta uang untuk melarikan diri. Medi memberikan uang Rp 2,5 juta sisa uang pemberian Umi Kalsum.
Medi akhirnya menghubungi Tarmidi (sudah divonis) dan mengajaknya membuang mayat di Martapura, OKU Timur, Sumatera Selatan.
Keesokan harinya, Umi menghubungi Medi menanyakan informasi tentang pemberian "pelajaran" kepada Pansor dan Yulinar.
Medi pun memberitahu bahwa Pansor melakukan perlawanan sehingga terjadi 'kecelakaan'. "Saya meminta maaf ke Umi dan atur rencana agar Umi tidak terbawa-bawa," terang Medi.
Pada saat itu, tutur Medi, Umi ketakutan. "Umi bilang takut dibuang oleh keluarga Pansor karena ada adiknya yang bupati. Umi juga takut diusir dari rumah Pansor," ujar Medi.
Tak lama berselang, Medi kembali dihubungi Anton yang meminta uang Rp 50 juta untuk melarikan diri.
Anton berjanji tidak akan menyeret Medi jika tertangkap polisi atas kasus pembunuhan Pansor.
Medi akhirnya memutuskan untuk menjual mobil Innova Pansor. Medi bersama Tarmidi menemui Anton di Merak, Banten. Medi menyerahkan mobil ke Anton.
Empat hari kemudian, Medi menyuruh Anton membawa mobil itu kepada Ruslin, anggota Kostrad Cijantung. Medi menjualnya seharga Rp 45 juta.
Sakit Hati
Medi mengaku punya alasan mengapa baru sekarang mengungkap keterlibatan Umi Kalsum. Ia mengaku tidak terima karena selama ini selalu dicaci maki oleh Umi dan kerabatnya.
"Saya selalu dicaci maki oleh istri Pansor, Umi Kalsum dan keluarganya, mulai dari pembacaan dakwaan hingga replik kemarin. Itu sangat menyakitkan hati saya. Saya tidak tahan lagi sehingga dalam persidangan ini saya ungkapkan sebenarnya ada peran Umi Kalsum dalam terbunuhnya Pansor," jelas Medi.
Medi mengaku sebelumnya ingin menyimpan rahasia ini dan siap menanggung hukumannya.
"Akan tetapi karena ada orang-orang yang tahu penyebab kematian dan tahu siapa pelaku sebenarnya, tapi selalu menghakimi saya sebagai pelakunya, itu sangat menyakitkan sekali dan menyinggung perasaan saya," ucapnya.
"Saya mengungkapkan hal ini bukan karena saya takut untuk menerima hukuman atas apa yang saya lakukan dan bukan fitnah untuk mencari sensasi," ucapnya.
Bantah
Umi Kulsum, istri almarhum anggota DPRD Bandar Lampung M Pansor, membantah tudingan terdakwa Brigadir Medi Andika. "Nggak tahu saya," ujarnya ketika dikonfirmasi, Senin (10/4/2017).
Kerabat Umi langsung menariknya agar menjauhi para jurnalis yang mencoba mengonfirmasi terkait tuduhan Medi. Para pewarta terus mencecar Umi mengenai tuduhan Medi tersebut.
"Saya tidak tahu. Fitnah dia (Medi) itu," ujar Umi sembari berlalu. Salah satu kerabat Pansor berceletuk, "Biasalah namanya orang membela diri".