TRIBUNLAMPUNG.CO.I, BANDAR LAMPUNG - Hari Guru Nasional baru saja diperingati pada 25 November lalu. Walau begitu, persoalan kesejahteraan guru, khususnya guru honorer di sekolah negeri, ternyata masih menjadi pekerjaan rumah (PR) besar.
Penghasilan minim menjadi kondisi yang harus diterima para guru honorer sekolah negeri di Lampung. Bahkan, penghasilan tersebut masih jauh di bawah upah minimum provinsi (UMP) Lampung, yang untuk 2018 ditetapkan sebesar Rp 2,07 juta.
Baca: Benarkah Mandi Malam Bikin Sakit Rematik? Ini Faktanya
Ada guru honorer yang sama sekali tak memiliki tabungan, meski telah lima tahun mengabdi. Banyak pula guru honorer terpaksa memiliki pekerjaan sampingan, dengan berkeliling dari satu warung ke warung lain, guna menjual makanan ringan.
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), jumlah guru sekolah negeri di Lampung pada tahun ajaran 2016-2017 mencapai 76.637 orang. Dari jumlah itu, 31,7 persen atau 24.297 orang berstatus guru honorer.
Baca: Sedang Ngehits, Ini 5 Artis yang Tampil Seksi dengan Gaya Rambut Seperti Baru Bangun Tidur
Nasib guru tragis dialami Her (28, bukan nama sebenarnya). Meski biaya kuliahnya untuk meraih gelar sarjana pendidikan menghabiskan biaya jutaan, ia kini hanya menerima bayaran Rp 400 ribu per bulan, dari pengabdiannya sebagai guru honorer di sebuah SD negeri di Bandar Lampung.
"Saya sudah mengajar di dua SD. Saya pindah dari SD pertama karena lokasinya jauh dari rumah saya. Di SD yang sekarang, lebih dekat rumah. Honorer saya Rp 400 ribu per bulan. Itu juga baru akhir-akhir ini. Sebelumnya, Rp 300 ribu per bulan," terang Her, Selasa (21/11).
Baca selengkapnya di Koran Tribun Lampung edisi Rabut 29 November 2017.