TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Prosesi Pilgub Lampung 2018 telah memasuki tahapan pendaftaran bakal calon (balon) Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung ke KPU, pada 8-10 Januari 2018 lalu.
Untuk memuluskan langkah di Pilgub Lampung 2018, sebanyak empat balon Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung telah mendapatkan rekomendasi dari partai politik (parpol) pengusung.
Keempatnya adalah Arinal Djunaidi-Chusnunia Chalim yang diusung Partai Golkar, PAN, dan PKB; Mustafa-Ahmad Jajuli diusung Partai NasDem, PKS, dan Partai Hanura; Herman HN-Sutono diusung PDIP, serta Ridho Ficardo-Bachtiar Basri diusung Partai Demokrat, PPP, dan Partai Gerindra.
Berikut, 12 fakta unik mengenai para balon tersebut pada Pilgub Lampung 2018.
1. Ahmad Jajuli satu-satunya berlatar DPD
Berbeda dari tujuh orang lain yang akan menjadi peserta Pilgub Lampung 2018, yang memiliki latar belakang sebagai kepala daerah ataupun birokrat, Ahmad Jajuli menjadi satu-satunya calon kontestan yang memiliki latar belakang sebagai anggota DPD RI.
Baca: Pilgub Lampung 2018, 2 Balon Wakil Gubernur Ternyata Punya Utang Ratusan Juta
Ahmad Jajuli terpilih sebagai anggota DPD RI pada 2009. Pada 2014, ia terpilih kembali untuk periode kedua.
Selain sebagai anggota DPD RI, Ahmad Jajuli tercatat pernah menjadi anggota DPRD Lampung periode 2004-2009.
2. Chusnunia Chalim satu-satunya perempuan
Dari delapan orang yang akan mengikuti Pilgub Lampung 2018, Chusnunia Chalim merupakan satu-satunya perempuan.
Para peringatan Hari Kartini pada 2017 lalu, Chusnunia mengakui bahwa banyak tantangan yang harus ia hadapi saat memilih terjun ke dunia politik.
Namun, ia selalu memegang teguh prinsip selalu berpikir positif.
"Menjalani segala sesuatu itu mengalir saja. Misalnya, saya dulu saat berkampanye, bertemu dengan masyarakat, menyampaikan visi dan misi dan terpilih, semuanya itu dijalani saja, mengalir apa adanya. Kata kuncinya adalah selalu positif. Karena, kalau kita selalu berpikiran positif dan melakukan sesuatu yang positif, kepositifan itu juga akan kembali kepada diri kita," ujarnya, Jumat (21/4/2017).
Ia mengatakan, dunia politik bisa dibilang cukup "macho".