TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Banyak orang yang menantikan momen matahari terbit dan terbenam. Padahal, momen tersebut terjadi hampir setiap hari.
Alasannya, saat itulah langit akan berwarna jingga keemasan. Namun, tahukah Anda mengapa fenomena alam itu bisa terjadi?
Adam Morgan, ahli meteorologi senior dari Australian Bureau of Meteorology, menjelaskan bahwa saat terbit dan terbenam, matahari berada dalam posisi rendah di cakrawala.
Di waktu-waktu tersebut, sinar matahari harus melewati lebih banyak atmosfer untuk mencapai kita. Ketika menghantam atmosfer, cahaya akan terhambur.
Baca: Wow, 1.000 Triliun Ton Berlian Tersembunyi 241 Km di Bawah Permukaan Bumi
“Sebaran tersebut paling memengaruhi spektrum cahaya yang berwarna biru. Jadi, ketika sinar matahari akhirnya sampai di depan mata kita, yang tersisa adalah bagian spektrum berwarna merah dan kuning,” papar Morgan, dilansir dari The Conversation.
‘Penghamburan cahaya’ juga bergantung pada debu, asap dan partikel lain berada di udara. Partikel-partikel tersebut tersapu dari daratan oleh angin tenggara yang kering, serta asap api unggun yang dinyalakan di bumi.
Mereka biasanya terbentuk di atmosfer akibat sistem tekanan yang tinggi dan ini berkaitan dengan cuaca kering.
Baca: Sekarang Kita Bisa Tahu Teman di Instagram yang Online Lho
“Jika pernah mengunjungi Darwin di musim panas (antara Mei hingga September), Anda pasti tahu bahwa matahari terbenam berwarna oranye kemerahan adalah pemandangan sehari-hari,” kata Morgan.
Selain itu, yang membuat warna matahari terbit dan terbenam spektakuler adalah posisinya di langit yang saling terhubung dengan awan.
Ketika posisi matahari rendah di cakrawala, cahaya bersinar di bagian bawah awan yang lebih tinggi di langit. Ia merefleksikan kembali warna oranye dan merah yang membuat langit tampak seperti terbakar. (*)
Artikel ini pernah tayang di Nationalgeographic.co.id dengan judul: Mengapa Matahari Terbit dan Terbenam Menampilkan Warna Jingga?