TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Fenomena antariksa gerhana bulan total blood moon terjadi pada Sabtu, 28 Juli 2018 dini hari.
Fenomena gerhana bulan total selalu istimewa.
Karena itu, umat Muslim dianjurkan untuk mendirikan salat gerhana bulan sebagaimana diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Namun, apa saja keunikan dan keistimewaan gerhana bulan kali ini?
1. Terlama pada Abad 21
"Durasi gerhana secara keseluruhan adalah 6 jam 14 menit," kata Marufin Sudibyo, astronom amatir kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Jumat (06/07/2018).
Baca: Lihat Live Streaming Gerhana Bulan Total Blood Moon 2018
Bahkan, gerhana kali ini disebut-sebut sebagai blood moon terpanjang pada abad ke-21.
Artinya, gerhana bulan serupa hanya akan bisa ditemui 100 tahun lagi. Tepatnya pada 9 Juni 2123.
2. Gerhana Sekaligus Minimoon
Berbeda dengan gerhana bulan sebelumnya yang bersamaan dengan Supermoon, GBT kali ini bertepatan dengan Minimoon.
Saat puncak gerhana nanti, jarak Bumi dan Bulan diperhitungkan sebesar 406.100 kilometer.
Artinya, ini lebih jauh dari jarak Bumi dan Bulan biasanya yang hanya 384.400 kilometer.
"Secara tak resmi Bulan dengan fase purnama yang bertepatan atau hampir bertepatan dengan saat Bulan menempati titik apogee-nya dikenal sebagai Minimoon," kata Marufin.
3. Fenomena Paras
Bulan yang Kebiruan Meski GBT selalu identik dengan warna merah darah, tapi ada yang istimewa kali ini. Itu adalah warna biru di paras bulan.
Baca: Gratis, Potret Pakai Teleskop Gerhana Bulan Total Blood Moon 2018 di Itera
"Sapuan warna biru di paras Bulan akibat hamburan cahaya Matahari oleh molekul-molekul Ozon," ujar Marufin.
"(Hal ini) menjadi lebih bisa diamati dengan baik (saat GBT terjadi)," sambungnya.
4. Gerhana Tanpa
Awan Marufin juga menjelaskan keistimewaan gerhana bulan akhir minggu ini adalah karena faktor cuaca.
"Gerhana ini terjadi pada musim kemarau. Sehingga langit relatif akan lebih bersih,," ujarnya.
Ini berarti GBT kali ini akan lebih mudah diamati karena risiko tertutup mendung kecil.
5. Mars yang Jadi Dayang-dayang
Menambah keistimewaannya, pada gerhana kali ini bulan akan berdampingan dengan planet Mars di langit Indonesia.
"Gerhana Bulan ini bertepatan dg saat Mars berada pada posisi terdekat dengan Bumi dalam 15 tahun terakhir," kata Marufin.
Baca: Blood Moon 27 Juli, Amalan-amalan yang Dianjurkan bagi Umat Islam pada Gerhana Bulan Total
"Magnitudonya (Mars) diperkirakan -2,7 (normalnya hanya -0,5) sehingga jauh lebih mudah diamati," pungkasnya.
Tata Cara Salat Gerhana Bulan Total
Fenomena Blood Moon atau bulan darah dapat kita saksikan pada akhir Juli nanti, tepatnya 27 Juli 2018 malam atau 28 Juli 2018 dini hari.
Blood Moon adalah fenomena gerhana bulan. Berbeda dengan kemunculan bulan pada hari-hari biasa, gerhana bulan penuh atau Blood Moon tergolong istimewa.
Ketika terjadi gerhana bulan, umat Muslim dianjurkan untuk melaksanakan sholat gerhana.
Hal ini dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Pengertian Gerhana
Dalam kajian fikih, istilah gerhana matahari disebut dengan kusuf, sedangkan gerhana bulan disebut dengan khusuf. Walaupun sebagian ulama berpendapat kata kusuf adalah sinonim dari kata khusuf.
Melansir Kiblat.net , Kusuf terjadi ketika hilangnya cahaya dari matahari dan bulan secara keseluruhan, atau sebagiannya saja. Sehingga warnanya berubah manjadi hitam.
Sedangkan pengertian salat kusuf ialah salat yang dilakukan dengan tata cara khusus, ketika munculnya peristiwa gerhana matahari atau bulan, baik secara total maupun sebagiannya saja.
Hukum Salat Gerhana Bulan
Jumhur ulama berpendapat bahwa hukum salat gerhana matahari atau gerhana bulan adalah sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang ditekankan bagi setiap kaum Muslimin. Sebagian ulama menyatakan bahwa pendapat tersebut sudah menjadi ijma’ di antara mereka.
Sehingga Imam Syafi’i berkata, “Tidak boleh meninggalkan salat gerhana, baik yang bermukim maupun mereka yang sedang melakukan safar, atau siapa saja yang mampu melaksanakannya.”
Pendapat di atas berdasarkan dengan hadits dari Nabi SAW. Dari Abu Musa RA, ia berkata, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan salat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan salat sedemikian rupa.”
Nabi SAW lantas bersabda, ”Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdoa dan memohon ampun kepada Allah.” (HR. Muslim)
Kapan Diperintahkan untuk Salat Gerhana Bulan?
salat gerhana diperintahkan ketika melihat gerhana matahari atau gerhana bulan dengan pandangan mata secara langsung (rukyah). Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW:
فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا، فَصَلُّوْا، وَادْعُوا اللهَ حَتَى يَكْشِفَ مَا بِكُمْ
“Maka apabila kalian melihatnya, maka lakukanlah solat dan berdoalah kepada Allah sampai hal yang menakutkan itu hilang.” (HR. Muslim)
Sehingga ketika keadaan cuaca mendung dan gerhananya tidak dapat terlihat dengan kasat mata, maka tidak diperintahkan untuk salat.
Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan, “Suatu hal yang mungkin Allah menyembunyikan penglihatan gerhana pada satu daerah, lalu menampakkannya pada daerah lain. Ada hikmah di balik itu semua".
Lalu jika seseorang tidak mengetahui adanya gerhana kecuali setelah peristiwa itu berlalu, maka ia juga tidak perlu melaksanakan salat. Karena perintah tersebut sangat terikat dengan waktu terlihatnya gerhana. Apabila gerhananya berlalu maka tidak ada lagi perintah salat.
Kemudian salat gerhana boleh dilakukan pada saat waktu-waktu yang dilarang mengerjakan salat. Karena ia merupakan salat yang memiliki sebab. Walaupun sebagian ulama memiliki pendapat yang berbeda tentang hal itu.
Cara Salat Gerhana Bulan Sama dengan Salat Gerhana Matahari
Cara salat Gerhana Matahari dilakukan sama seperti salat gerhana bulan. Dalilnya adalah sabda Nabi SAW:
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdo’alah pada Allah, lalu salatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir).” (HR. Bukhari Muslim)
Ibnu Mundzir berkata, ”salat gerhana bulan dilakukan sama sebagaimana salat gerhana matahari.” (Ibnu Mundzir, Al-Iqna’, 1/124-125)
Para ulama sepakat bahwa salat gerhana matahari di dalamnya tidak dikumandangkan azan dan iqamat. Sedangkan yang disunnahkan ketika itu adalah mengucapkan Ash-salatul Jami’ah.
Dalil mengenai hal ini ialah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr yang berkata, “Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah, dikumandangkan ash-salatul jami’ah.” (HR. Bukhari Muslim)
Tata Cara Pelaksanaan salat Gerhana
salat gerhana dilakukan dua rakaat, setiap rakaat ada dua kali ruku’ dan dua kali sujud. Tata caranya disebutkan langsung secara rinci di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yaitu:
Dari Aisyah, beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya.
Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan salat tadi), sedangkan matahari telah nampak. Setelah itu beliau berkhotbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah.
kemudian beliau bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah.”
Nabi selanjutnya bersabda, ”Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari, no. 1044)
Mengeraskan Suara Ketika Membaca Surat
Bacaan surat di dalam salat gerhana matahari ialah jahriyah (mengeraskan bacaan) sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi SAW. Ibunda Aisyah RA meriwayatkan, “Nabi SAW mengeraskan suara ketika membaca surat di dalam salat gerhana bulan. Apabila beliau selesai bertakbir lalu melaksanakan ruku’. Dan ketika beliau bangun dari ruku’, beliau mengucapkan:
سَمِعَ اللهُ لِمَن حمِده رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ
"Semoga Allah meneria pujian orang yang memuj-Nya. Rabb kami, segala puji hanyalah bagimu.”
Kemudian beliau mengulangi membaca surat lagi. Di dalam gerhana matahari, empat ruku dan empat sujud ada di dalam dua rakaat.” (HR. Bukhari Muslim)
Imam At-Tirmidzi berkata, “Para ulama berselisih pendapat mengenai bacaan surat di dalam salat gerhana matahari. Sebagian mereka berpendapat bahwa bacaan surat dibaca pelan ketika melaksanakan salat gerhana di siang hari. Sebagian lain berpendapat tetap dikeraskan. Sebagaimana salat ‘Id dan salat Jum’at. Pendapat ini diungkapkan oleh Imam Malik, Ahmad dan Ishaq. Sedangkan Imam Syafi’i berpendapat bahwa tidak perlu mengeraskan bacaan di dalam salat gerhana matahari.” (Lihat: Sunan Tirmidzi 11/448 tahqiq Ahmad Syakir)
Dilakukan secara Berjamaah di Dalam Masjid
salat gerhana matahari disunnahkan untuk dilakukan di masjid. Hal ini sesuai dengan petunjuk Nabi SAW. Diantaranya adalah beliau mengumandangkan panggilan salat gerhana dengan membaca “as-salatul jami’ah”.
Demikian juga dengan kandungan makna dari hadits, yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mengerjakan salat gerhana secara berjamaah di masjid. Bahkan dalam riwayat Aisyah disebutkan bahwa, “Terjadi gerhana matahari pada saat Rasulullah masih hidup. Lantas beliau keluar menuju masjid. Kemudian beliau berdiri dan bertakbir, sedangkan para sahabat membuat barisan di belakang beliau….” (HR. Bukhari)
Ibnu Hajar berkata, “Pendapat tentang disyariatkannya salat gerhana matahari secara berjamaah adalah pendapat jumhur. Apabila imam yang bertugas belum hadir, maka sebagian dari mereka bertindak sebagai imam.” (Lihat: Fathul Bari, 11/539)
Bisa Lakukan Salat Gerhana Sendiri
Meski demikian, seseorang yang menyaksikan gerhana matahari, namun kondisinya tidak memungkinkan untuk datang menghadiri salat jamaah di masjid, maka tidak mengapa salat sendirian di tempat tinggalnya.
Syaikh Utsaimin menerangkan, ”Mengerjakan salat gerhana secara berjamaah bukanlah syarat. Jika seseorang berada di rumah, dia juga boleh melaksanakan salat gerhana di rumah. Sesuai dengan sabda Nabi SAW,
فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا
“Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka salatlah.” (HR. Bukhari no. 1043)
Dalam hadits tersebut, Nabi SAW tidak mengatakan, ”(Jika kalian melihatnya), salatlah kalian di masjid.” Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa salat gerhana diperintahkan untuk dikerjakan walaupun seseorang melakukan salat tersebut sendirian. Namun, tidak diragukan lagi bahwa menunaikan salat tersebut secara berjama’ah tentu saja lebih utama, apalagi dilakukan di masjid.”
Wanita Boleh Mengikuti salat Gerhana
Diriwayatkan dari Asma’ binti Abi Bakr RA, beliau berkata:
أَتَيْتُ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – زَوْجَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – حِينَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ ، فَإِذَا النَّاسُ قِيَامٌ يُصَلُّونَ ، وَإِذَا هِىَ قَائِمَةٌ تُصَلِّى فَقُلْتُ مَا لِلنَّاسِ فَأَشَارَتْ بِيَدِهَا إِلَى السَّمَاءِ ، وَقَالَتْ سُبْحَانَ اللَّهِ . فَقُلْتُ آيَةٌ فَأَشَارَتْ أَىْ نَعَمْ
“Saya mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha—isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan salat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan salat, saya bertanya: ‘Kenapa orang-orang ini?’ Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, ‘Subhanallah (Maha Suci Allah).’ Saya bertanya: ‘Tanda (gerhana)?’ Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya.” (HR. Bukhari)
Syaikh Abu Malik Kamal menjelaskan bahwa sesuai dengan hadits di atas, maka seorang wanita boleh ikut melaksanakan salat gerhana bersama kaum pria di masjid. Namun, jika ditakutkan akan membawa fitnah, maka sebaiknya mereka salat sendiri di rumah.
Tertinggal Satu Ruku’ dalam Satu Rakaat, Haruskah Menyempurnakan?
salat gerhana adalah dua rakaat. Setiap rakaat terdapat dua ruku’ dan dua sujud. Jadi, secara global terdapat empat ruku dan empat sujud di dalam dua rakaat. Barangsiapa yang mendapati ruku’ kedua dalam rakaat pertama, berarti ia tertinggal satu bacaan dan satu ruku’. Berdasarkan hal ini, berarti ia belum mendapatkan satu rakaat dari dua ruku’ salat gerhana.
Amalan yang benar, makmum yang tertinggal rakaat pertama salat kusuf, maka rakaat tersebut tidak terhitung. Ia harus mengganti satu rakaat lagi dengan dua kali rukuk. Sebab, salat kusuf adalah ibadah, dan ibadah itu bersifat tauqifi (harus merujuk dalil). Tata caranya harus mengacu pada nash-nash sahih.
Oleh karena itu, rakaat ini tidak dihitung. Dengan demikian, setelah imam mengucapkan salam maka hendaknya ia menyempurnakan satu rakaat lagi dengan dua ruku’ sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits shahih.
Ada Khutbah Setelah salat Gerhana
Disunnahan bagi imam untuk berkhutbah setelah melaksanakan salat seperti khutbah salat ‘Id. Sebagaimana hadits dari Aisyah RA, beliau menuturkan bahwa Nabi SAW setelah melaksanakan salat beliau berdiri dan berkhutbah, setelah itu memuji kepada Allah SWT lalu bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)
Doa yang dibaca saat gerhana, bisa doa apa saja, karena tidak ada doa khusus saat terjadi gerhana.
Doa terus dipanjatkan, terutama setelah selesai salat tapi gerhana belum kunjung hilang.
Selain doa, juga dianjurkan untuk memperbanyak takbir.
Selesai berkhutbah, dianjurkan untuk membaca doa ini;
"Allahumma inna nasaluka innaka ghoffaarr fa arsilis samaai 'alainaa midroro.
Allahumma inna na'uudzubika mina; dzunuubil latii tamna'u ghoitsas samaai wana'uudzubika minadz dzunuubil latii tudzilul a'izza watudallilul a'daa.
Allahummaghfir lil muslimiina wal muslimaati wal mukminiina wal mukminaati al ahyaai minhum wal amwaati. Innaka samii'un khoriibum mujiibud da'awaati wal qaadliyal hajat."
Demikianlah beberapa ringkasan hukum fikih seputar salat gerhana. Semoga tulisan ini menjadi bekal dalam rangka menyambut momen datangnya gerhana matahari dan bulan agar lebih bermakna.