"Saya terinspirasi dari buku itu," jelasnya.
Perlahan, ia bekerja mengumpulkan sampah.
Baca: Habib Rizieq Shihab Dicekal di Arab Saudi dan Diinterogasi Selama 5 Jam oleh Pihak Misterius
Awalnya sulit, namun lama-kelamaan warga ikut mengumpulkan sampah untuk dijual.
Selain terinspirasi dari buku Sedekah Sampah, ia merasa terpanggil saat anak sulungnya Adinda Ramadani Mulia Putri (14) memiliki anak berkebutuhan khusus.
"Anak saya sempat terkena sakit keras. Kami berjuang menyembuhkannya. Rumah kami jual untuk dia sembuh. Alhamdulillah sekarang dia sehat. Dari sana juga saya berpikir saya juga harus bantu orang lain," kenangnya.
Budaya Membaca Selain getol dengan program sedekah sampah, Mulyadi juga menggeluti perpustakaan keliling.
Ia mendorong sekolah tempatnya bertugas, membangun budaya membaca sejak 2 tahun lalu.
"Saya ajak sekolah-sekolah untuk membaca buku minimal 15 menit setiap pagi sebelum belajar," sebutnya.
Awal bergerak dengan program membaca, ia mengaku miris saat anak sekolah saat ini lebih menyukai gawai dan menonton film tidak mendidik dibanding membaca.
"Maka saya datangi guru untuk memulai gerakan membaca 15 menit setiap pagi," ujarnya.
Komitmennya pada gerakan membaca membuat ia dianugerahi pin emas oleh Kapolri Jendral Tito Karnavian pada 2017.
Ia berharap, program yang ia lakukan dapat disempurnakan oleh pemerintah daerah agar cakupannya menjadi luas.
Tak Miliki Rumah Meski Aipda Mulyadi peduli pada kondisi sosial, namun ia tidak memiliki rumah pribadi.
8 tahun terakhir, ia dan keluarganya tinggal di pos polisi.
Baca: Ramalan Zodiak 26 September 2018, Leo Dilanda Ketegangan dengan Keluarga, Impian Manis Sagitarius
"Dulu punya rumah namun kami jual untuk mengobati anak saya tertua," ungkapnya.