Raup Jutaan Rupiah dari Aksi Tipu-tipu Order Fiktif Taksi dan Ojek Online

Editor: Safruddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi ojek online

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDARLAMPUNG - Kemunculan jasa transportasi online kian marak di Tanah Air termasuk di Kota di Bandar Lampung.

Kehadiran taksi maupun ojek online disambut positif karena dianggap murah dan lebih cepat.

Tapi ada juga yang memanfaatkan situasi dengan kehadiran transportasi berbasis aplikasi ini.

Transportasi online di Bandar Lampung kini sedang digoyang kabar order fiktif.

Oknum driver online, baik untuk motor maupun mobil, diduga bekerjasama dengan penumpang melakukan aksi curang sehingga bisa meraup "bonus", mulai Rp 500 ribu hingga jutaan rupiah.

Baca: Aneh Tapi Nyata, Inilah Pohon Pisang yang Memiliki 6 Jantung Sekaligus

Informasi yang dihimpun Tribunlampung.co.id di lapangan diketahui, driver bekerjasama dengan seseorang untuk membuat order dalam rangka meraih target poin, sehingga bisa mendapatkan insentif.

Order ini memang fiktif karena penumpangnya tidak ada dan driver online tidak menjemput maupun menurunkan penumpang.

Saf, bukan nama sebenarnya, yang dihubungi Tribun, Senin (24/9), dari order fiktif tersebut, driver bisa memenuhi target poin dalam seharinya untuk mendapatkan insentif.

"Sehari saya bisa mengumpulkan 15 poin atau 15 kali tarikan. Jika tercapai 15 poin, saya dapat bonus Rp 180 ribu dari pihak aplikator. Nah, poin itu saya dapat dari order fiktif," tuturnya.

"Mobil saya muter-muter saja seolah mengantarkan penumpang, padahal tidak ada penumpangnya," tambahnya. Untuk pihak pengorder fiktif, dia memberi tip Rp 5.000.

Tindak Tegas

Fenomena order fiktif ini rupanya sudah lama dipantau oleh dua perusahaan aplikator, Go-Jek dan Grab.

Dan, mereka sudah mendeteksi tindakan curang tersebut serta menindak banyak mitra.

VP Corporate Communications Gojek Pusat Michael Reza menjelaskan, tindakan curang seperti order fiktif atau ofik adalah masalah serius yang merugikan mitra pengemudi yang telah bekerja keras dan jujur.

"Teknologi kami terus mendeteksi akar permasalahan ofik dan kami terus memberikan sanksi tegas kepada siapapun yang terbukti melakukan tindakan ofik," tegasnya, Selasa (25/9).

Baca: Kapolda Apresiasi Anggota yang Amankan 57 Paket Ganja

Hingga Juni 2018, pihaknya telah memberikan sanksi kepada ratusan ribu pelaku order fiktif, baik pengemudi maupun customer.

"Sebagai platform penyedia multi-layanan terbesar di Indonesia, kami akan terus berupaya menyempurnakan sistem kami, serta terus bekerja sama dengan pihak yang berwenang agar mitra kami dapat nyaman dalam bekerja dan pelanggan mendapatkan layanan terbaik," tuturnya.

Menurutnya, sistem saat ini sudah lebih baik dalam mengidentifikasi dan menangani ofik, dimana 90% ofik sudah berhasil dihentikan sebelum sampai ke aplikasi mitra pengemudi GoJek.

"Sistem kami mendeteksi bahwa lebih dari 80% sebaran ofik terkonsentrasi di area-area dan jam tertentu,

sehingga kami mencurigai bahwa aksi ofik ini sengaja dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab yang memiliki misi hanya untuk membawa order fiktif ke platform Go-Jek," paparnya.

Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, kepada Kompas.com pada awal 2018 mengatakan, pihaknya kini bisa mendeteksi mitra ojek dan taksi online yang curang.

"Soal 'tuyul' (order fiktif), untuk teknis mendeteksinya kami enggak bisa share secara detail, kan, bagian dari penyelidikan kami bersama polisi, tetapi memang sistem kami sekarang sudah bisa mengidentifikasi jika mitra itu memainkan atau mencurangi," ujarnya.

Menurut dia, Grab memiliki aplikasi khusus yang dapat mendeteksi otomatis para mitra yang melakukan order fiktif.

"Ada tim khusus untuk mendeteksi, itu enggak manual kami lihat satu per satu, enggak, itu otomatis," katanya.

Baca: BERITA FOTO: Herman HN Tinjau Pamangkasan Pohon Rimbun di Jalan Imam Bonjol

Garap Reward

Saf yang bicara blak-blakan ke Tribun membuka modus-modus curang yang dilakukan oleh oknum-oknum driver.

Di antaranya, melakukan tindakan curang dengan mengejar uang dari program reward dari aplikator.

"Saat order pertama masuk, driver akan mendapat uang minimal Rp 20 ribu dari program reward tersebut. Uang tersebut otomatis masuk ke saldo kita. Nah, untuk si pengorder kita kasih dia uang Rp 5.000 lagi," jelasnya.

Agar aman, Saf mengatakan, driver maksimal menerima 20 order fiktif saja dalam sehari, gabungan dari pengumpulan poin dan pemanfaatkan reward.

"Dari 20 order fiktif itu saja sudah bisa mendapat uang Rp 500 ribuan. Itu belum ditambah jika real menjalankan taksi atau ojek onlinenya.

Kalau mau lebih dari itu bisa, tapi kita punya akunnya lebih dari satu. Pake data saudara kita misalnya. Nah itu bisa sehari dapat Rp 1 juta," kata dia.

Apakah driver sudah menjalin kerjasama sebelumnya dengan si pengorder fiktif?

Saf mengatakan, tidak perlu jalin kerjasama. Sebab, sudah ada daerah-daerah tertentu yang menjadi tempat pengorder fiktip.

Seperti di kawasan Enggal, Telukbetung Barat, dan banyak lagi.

"Kita cukup muter-muter aja di daerah-daerah itu. Nanti ketika ada order yang masuk ke kita, kita kan telepon dia.

Kita tanya, "nembak ya, Bro". Kalau dia jawab "iya", kita datangi dia dan kasih dia uang Rp 5.000 ribu. Terus kita jalanin ordernya itu, namun si penumpang gak ikut," jelasnya.

Baca: 3 Kawanan Spesialis Curanmor Dibekuk Polisi, 2 Dihadiahi Timah Panas

Kejar Bonus

Cerita lain datang dari Feldi, bukan nama sebenarnya. Pengemudi taksi online lainnya menuturkan, order fiktif itu dikenal dengan istilah "nembak".

Itu dilakukan dengan bekerjasama dengan orang yang memiliki akun layanan taksi online.

"Kita minta tolong orang yang kenal, teman atau saudara, atau sesama driver yang punya akun.

Kemudian penumpang itu buka aplikasi dan order ke kita. Posisi kita dengan dia jangan terlalu jauh, biar order bisa masuk ke kita," jelasnya.

Setelah order diterima, kata dia, driver kemudian menjalankan mobil sesuai tujuan yang dipesan dalam aplikasi. Namun penumpang tidak ikut.

"Kalau kita dapat tembakan penumpang gak ikut, kadang kami jalaninnya gak pakai mobil, tapi pakai motor. Yang penting aplikasi jalan sesuai tujuan, biasanya jarak gak jauh-jauh dengan tarif sekitar Rp 15 ribu," ujar dia.

Dia mengatakan, sebagian driver melakukan tindakan tersebut disebabkan iming-iming bonus, karena jika mengandalkan tarif penumpang tidak sebanding biaya operasional.

"Kita ngejar bonusnya. Karena kalau dapat 15 poin kita sudah tutup poin, bonusnya Rp 180 ribu, artinya sehari dapat 15 kali orderan, tapi kan sulit.

Sehari dapat 6-7 penumpang saja lumayan, makanya banyak ngakalin order fiktif gini. Tapi ini gak semua, banyak driver yang kerja bener kok," ungkap dia.

Sama seperti Saf, Feldi mengatakan, pundi-pundi uang juga bisa didapat dari reward yang ditembakkan penumpang. Namun untuk menerima orderan program reward ini, hanya dibatasi tujuh kali orderan. Itupun harus diselingi orderan non-reward atau cash. Karena jika tidak, maka acun driver bisa di- suspend atau diblokir.

Dia menambahkan, penghasilan total driver online baik insentif maupun program reward maksimal Rp 320 ribu dalam satu hari untuk satu akun.

Namun biasanya driver memiliki lebih dari satu akun, sehingga penghasilan mereka bisa berkali-kali lipat, tergantng berapa akun yang dimiliki.

"Kadang driver itu akunnya gak satu bisa dua lebih, makanya penghasilannnya bisa banyak. Kadang akun driver online yang sudah tidak dipakai banyak yang nyari, harga pasarannya minimal Rp 500 ribu.

Kalau pendapatan saya gak tentu Rp 500 ribu-Rp 700 ribu itu juga gak bersih, karena ada potongan dari aplikasi," kata Feldi yang punya tiga akun aplikasi transportasi berbasis online.

Sementara Chandra, bukan nama sebenarnya, mengaku biasanya mereka melakukan kegiatan order fitktif itu pada malam hari, ketika real order sepi.

"Biasanya mulai jam 8-11 malam itu ngejar poin. Kalau diatas jam 12 malam itu untuk ngejar reward," jelasnya.

Chandra mengungkapkan, beberapa lokasi yang kerap dijadikan tempat melakukan transaksi order fikti cukup banyak. Seperti di daerah Gedongmeneng, Kedaton, sampai Pahoman.

Baca: Polresta Bandar Lampung Tangani 21 Kasus KDRT, Tiga Faktor Ini Penyebabnya

Bukan cuma pengemudi online yang meraih untung dari order fiktif, sang penumpang juga kecipratan uang.

Ilo, salah satu pelaku order fiktif menuturkan, dengan modal Rp 50 ribu-Rp 100 ribu serta handphone android, ia bisa mendapat untung Rp 1 juta sehari.

Pertama, ia akan membeli 1 boks kartu perdana isi 50 kartu seharga Rp 50 ribu (belum teregistrasi) atau Rp 100 ribu (sudah teregistrasi.

Kartu-kartu tersebut digunakan untuk mendaftar ke aplikasi transportasi online sebagai penumpang.

"Sebelum daftar account online, download dulu aplikasi cloning. Jadi satu HP bisa puluhan sampai 500 account, tergantung kapasitas HP-nya. Kalau HP saya bisa 30 account," jelasnya, Senin (24/9).

Dengan membuka akun baru, ia akan mendapatkan reward sebesar Rp 40 ribu. Reward itulah yang digunakan untuk nembak/mengorder taksi atau ojek online.

Ketika tembakan dapat, maka saldo reward akan diterima driver dan sang driver akan membayar dia Rp 5.000 per transaksi.

Untuk satu akun, bisa order dua kali. Jika memiliki 50 akun, bisa order 100 kali.

"Hitung kotor aja, Rp 5.000 dikalikan 100 kali nembak/order dalam sehari, bisa dapat Rp 500 ribu. Kalau lagi ramai dan akun kita lagi bagus, empat jam, bisa habis "pelor" kita itu. Itu biasanya untuk motor," cerita dia.(*)

Berita Terkini