Jalan Kaki 6 Jam Menuju Kampung Baduy Dalam

Penulis: Teguh Prasetyo
Editor: martin tobing
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Travelling ke Kampung Baduy Dalam.

Laporan Wartawan Tribun Lampung Teguh Prasetyo

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Ada rasa penasaran yang ingin dijawab, menjadi salah satu alasan melakukan perjalanan menuju Kampung Baduy Dalam.

Namun, untuk mencapai Baduy Dalam tidaklah mudah. Karena perjalanan yang harus dilakukan luar biasa panjang dan sangat melelahkan.

Tapi bila tak dilakukan saat ini, kapan lagi ada kesempatan bisa menyaksikan secara langsung mereka yang hidup dengan keteguhan anak nilai-nilai kearifan lokal yang beratus tahun tetap dipegangnya.

Setelah menikmati malam dengan suasana hening ditemani suara gemericik sungai serta binatang malam di Kampung Gajeboh yang merupakan salah satu dari puluhan Kampung Adat Baduy Luar, akhirnya pada pagi harinya kembali dilakukan perjalanan menuju Baduy Dalam.

Tak semua rombongan yang bersama Tribun Lampung ikut menuju Baduy Dalam. Karena beberapa teman dari Genpi Banten memutuskan kembali ke Cibolegar dan menunggu di sana.

Baca: VIDEO - Dea Chintia Handari Bilang Berkuda Itu Butuh Chemistry

Perjalanan menuju Kampung Baduy Dalam dari Kampung Gajeboh ditandai menyebrangi jembatan bambu. Di seberang jembatan ini, terdapat bangunan-bangunan kayu yang tertata rapih.

Setelah itu perjalanan melewati jalan setapak berbatu dengan tanjakan dan turunan yang sangat melelahkan harus dilalui.

Tapi dari itu semua, ada perjalanan yang sangat tak terlupakan yakni saat harus melewati sebuah tanjakan tanah merah yang panjangnya sekitar 1 kilometer.

(TRIBUN LAMPUNG/TEGUH PRASETYO)

Ditambah lagi di saat tiba di sini, matahari tepat berada di atas kepala. Sangat luar biasa.

Namun perjalanan itu "dibayar lunas" menikmati pemandangan sepanjang perjalanan tanaman hijau membentang.

Baca: 6 Kuliner Tradisional Terlangka di Indonesia, Ada Gula Puan sampai Bassang nan Menggoda

Terdapat juga beberapa perkampungan Baduy Luar dengan rumah-rumah adat yang sangat unik. Plus aktivitas warganya di sekitar rumah, jadi satu oase tersendiri selama perjalanan yang dilakukan.

Hingga akhirnya setelah melakukan perjalanan sekitar enam jam lebih, akhirnya kami mulai memasuki Baduy Dalam.

Pada saat mulai memasuki kawasan hutan yang jadi batas antara Baduy Luar dan Baduy Dalam, semua kamera dan ponsel sudah masuk ke dalam tas.

Karena memang ada larangan untuk mengambil gambar dan video di kawasan Baduy Dalam.

Suasana sejuk namun penuh misteri, sangat terasa ketika kaki tiba di perkampungan Baduy Dalam.

Itu ditandai dengan bangunan-bangunan lumbung tempat penyimpanan hasil dari perkebunan yang berada di kanan dan kiri jalan setapak yang kami lalui.

Setelah itu, barulah tiba di Kampung Cibeo yang merupakan salah satu dari tiga kampung Baduy Dalam selain Cikuesik dan Cikertawana.

Baca: Tips Mengamankan Diri Saat Terjadi Kecelakaan Pesawat Terbang

Begitu sampai, kami pun langsung disambut beberapa pria yang pada siang itu sedang melakukan ronda.

Menurut seorang warga Baduy Dalam, mereka memang melaksanakan ronda pada siang hari. Hal ini dikarenakan pada jam itu, banyak warga Baduy Dalam berada di ladang yang letaknya jauh dari rumah.

Sehingga untuk menjaga keamanan kampung, mereka pun melakukan ronda bergiliran. Selain itu, warga juga melarang para tamu menuju ke rumah ketua adat tertinggi yang disebut dengan Pu'un.

Jalan setapak (TRIBUN LAMPUNG/TEGUH PRASETYO)

Adapun para warga Baduy Dalam ini memiliki ciri berbeda dengan mereka yang tinggal di Baduy Luar.

Masyarakat Baduy Dalam umumnya berpakaian serba putih; mulai dari baju, celana atau sarung, hingga ikat kepala. Mereka juga tidak menggunakan alas kaki.

Hal ini menunjukan bahwa warna putih adalah suci karena mereka tak terkontaminasi masyarakat luar.

Baca: 6 Rekomendasi Destinasi Wisata Gratis di Malaysia

Sementara Baduy Luar mengenakan pakaian hitam atau biru. Beberapa di antaranya malah sudah mengenakan pakaian modern.

Di Baduy Dalam, menurut penuturan warga setempat, saat ini tinggal sekitar 100 orang dari beberapa kepala keluarga.

Hidup mereka umumnya berladang, sedangkan kaum wanitanya menenun.

Kami pun berkesempatan untuk beristirahat sejenak di salah satu rumah warga.

Setelah sekitar satu jam beristirahat, perjalanan kembali ke Cibolegar pun dilakukan dengan melewati jalan pintas yang tak kalah menantang medannya wkatu tempuh lebih dari 4 jam.

Sehingga bila ditotal perjalanan menuju Kampung Adat Baduy Dalam dari Cibolegar pulang pergi sekitar 10 jam. Luar biasa. (*)

Berita Terkini