UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - Duka Pengungsi di Kaki Gunung Rajabasa, Kedinginan dan Mulai Terserang Penyakit
Laporan Reporter Tribun Lampung Dedi Sutomo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, RAJABASA - Hujan yang mengguyur dalam dua hari terakhir menambah penderitaan para pengungsi di kaki Gunung Rajabasa, Lampung Selatan.
Dengan hanya beratapkan tenda terpal dan plastik, mereka terpaksa merasakan kedinginan dan juga tetesan air hujan.
Warga tidak memiliki pilihan lain.
Untuk bertahan di rumah, mereka khawatir adanya gelombang tsunami susulan.
• Level Siaga, Suara Menggelegar dan Kilatan Gunung Anak Krakatau Terjadi Sepanjang Hari
Apalagi sejak tragedi terjangan tsunami pada Sabtu, 22 Desember 2018, letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) terdengar cukup keras dari kawasan pesisir.
“Kita masih belum berani untuk tinggal di rumah, meski tidak rusak diterjang tsunami. Kita khawatir akan ada tsunami susulan,” kata Desi, ibu rumah tangga yang mengungsi bersama keluarganya di kebun, Kamis, 27 Desember 2018.
Warga berharap bantuan tenda atau terpal untuk membuat tenda yang lebih baik.
Sehingga saat hujan mengguyur, mereka tidak harus berbasah-basahan.
“Kita kasihan anak-anak. Sudah udara dingin, terkadang juga ada rembesan air hujan,” kata Neneng, wanita asal Desa Way Muli yang mengungsi di kaki Gunung Rajabasa.
Tidak hanya tenda yang lebih layak. Warga pun berharap ada bantuan selimut dan kelambu untuk anak-anak balita.
Pasalnya, pada malam hari cukup banyak nyamuk.
Hal lainnya yang juga dibutuhkan warga yakni lampu emergensi, pakaian anak, pembalut wanita, dan alat rumah tangga untuk memasak.
• UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - Bukan Hanya Makanan, Anak-anak Pengungsi Juga Butuh Pakaian dan Selimut
Mulai Diserang Penyakit
Tinggal selama empat hari di tenda, sejumlah pengungsi di kaki Gunung Rajabasa mulai terserang penyakit.
Kebanyakan warga mengeluhkan demam, batu, pilek, dan gangguan pernapasan.
Ada juga warga yang memiliki riwayat sakit gula darah, hipertensi, dan sakit lainnya yang kambuh.
“Kalau demam sudah mulai. Kita yang paling khawatir anak-anak. Karena ini sudah mulai ada yang terkena panas tinggi,” terang Hasanah, pengungsi di Gunung Rajabasa, Kamis, 27 Desember 2018.
Kondisi ini tidak hanya dialami warga yang mengungsi ke tenda-tenda.
Hal sama juga dialami warga pengungsi di Desa Canggu, Desa Krinjing, dan Desa Totoharjo.
Meski begitu, mereka tidak kesulitan mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan obat-obatan.
Karena setiap tempat konsentrasi pengungsian terdapat posko pelayanan kesehatan.
“Bahkan terkadang anggota relawan kesehatan datang menyambangi tempat pengungsian untuk melakukan pemeriksaan,” kata Muksin, warga lainnya.
Budi, relawan kesehatan di Desa Way Muli Timur, mengatakan, gangguan kesehatan yang dialami warga yakni batuk, pilek, demam, dan ISPA.
“Tetapi memang ada beberapa warga yang mengeluhkan hipertensinya naik dan juga gula darah naik. Mereka memang memiliki riwayat sakit hipertensi dan gula darah. Karena mungkin cukup stres pascatragedi tsunami. Jadi tensinya naik,” ujarnya. (*)