Berita Lampung

Bayi Asal Lampung Selatan Meninggal, Diduga Telat Ditangani Dokter RSUDAM

Penulis: Bayu Saputra
Editor: soni yuntavia
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TELAT PENANGANAN - Alat pemotong usus seharga Rp 8 juta dibeli dari dokter Br. Bayi perempuan usia dua bulan asal Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel) meninggal, diduga telat menerima penanganan ,Kamis (21/8/2025).

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Bayi perempuan usia dua bulan asal Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel) meninggal, diduga telat menerima penanganan dari BR, seorang dokter RSUDAM,  Selasa (19/8/2025). 

Orang tua bayi perempuan AEP , Sandi Saputra (27) dan Nida Usyofi (23) mengaku sedih dengan meninggalnya anak satu-satunya itu. ut. 

"Setelah operasi usus anak saya meninggal dunia karena telat penanganannya," kata Sandi Saputra, ayah bayi AFP saat dihubungi Tribun Lampung, Kamis (21/8/2025). 

Dirinya sempat membeli alat pemotong usus seharga Rp 8 juta dan ditransfer ke rekening dr BR , namun akhirnya tidak digunakan. 

"Anak saya meninggal dunia setelah operasi pada Selasa (19/8/2025). Pada jam 10.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB, terus jam 14.00-16.00 WIB  menangis terus," kata Sandi. 

Dia memperkirakan dokter telat memberikan penanganan. Setelah lewat magrib Sandi sempat tertidur hingga pukul 20.00 WIB. 

"Saya lihat jam 8 malam kok tidak ngulet. Saya lihat mukanya mulai biru, tangannya juga sudah mulai dingin," kata Sandi. 

"Saya konfirmasi ke perawatnya, saya bilang suster tolong dong anak saya kayaknya sesak napas dok, ," kata Sandi menirukan obrolannya dengan perawat di RSUDAM. 

Perawat tersebut menjawab, "Sebentar ya Mas saya lagi nangani pasien lain, lagi buat resep obat", kata Sandi, menirukan ucapan perawat tersebut. 

Sandi mengaku kecewa karena si perawat lebih mengutamakan resep obat daripada kondisi anaknya. 

"Oke masih saya sabar,  sampai saya tunggu 30 menit tepatnya hingga pukul 20.30 WIB. Waktu itu anak saya sudah biru 50 persen. Saya videokan muka anak saya dan tunukkan ke mereka, baru mereka bergerak," kata Sandi. 

Dia  menyesalkan SOP rumah sakit tersebut. Dia juga menyesali anaknya yang sebelumnya lahir prematur disamaratakan ruangannya dengan pasien lain. 

"Emang tidak ada prosedurnya, kalau bayi prematur ini mestinya khusus steril, karena bayi kan rentan bakteri," kata Sandi. 

Anaknya, tambahnya, didiagnosa mengalami penyempitan pencernaan hingga meninggal dunia setelah operasi, sementara alat yang sebelumnya dibeli tidak digunakan. 

Dia berharap ada evaluasi dan di masa mendatang tidak ada lagi korban.

Halaman
12

Berita Terkini