Siapa Sosok Letjend Herindra yang Ungkap Jejak Masa Lalu Luhut di Timor Timur?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Luhut Binsar Pandjaitan dan Letjen Herindra

Hal ini terungkap dalam video yang diunggah  Luhut Binsar Pandjaitan di akun facebooknya @Luhut Binsar Pandjaitan, Minggu (23/2/2019).

• Detik-detik Soeharto Meninggal yang Baru Terekspose dan Suasana Makamnya 11 Tahun Kemudian

Rapim ini dilaksanakan pada tanggal 29 Januari 2019 lalu, dan dihadiri oleh perwira-perwira terbaik dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (Polri).

Dalam kesempatan ini seorang perwira TNI, Letjen Herindra, didaulat memberikan kata sambutan, dan ternyata perwira tersebut adalah bawahan dari Luhut Binsar Panjaitan semasa bertugas dulu.

Letjen Herindra menceritakan pengalamannya semasa dipimpin oleh Luhut Binsar Panjaitan dulu, dan hal-hal apa saja yang mereka pelajari dari Luhut Binsar Panjaitan.

"Kami perwira Kopassus lebih takut Pak Luhut daripada sama Fretilin," ujar Letjen Herindra dalam video tersebut.

Dalam tulisannya di akun facebooknya , Luhut Binsar Panjaitan pun menjelaskan secara gamblang apa yang dialami para prajuritnya tersebut saat dia pimpin. 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa, di Aula Barat ITB, Jalan Ganeca, Kota Bandung, Rabu (1/3/2017). (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Berikut cerita lengkap Luhut Binsar Panjaitan 

"Kami perwira Kopassus lebih takut Pak Luhut daripada sama Fretilin," begitulah kata Letjen Herindra, salah satu mantan anak buah saya yang menceritakan kisah saat dulu kami melaksanakan tugas operasi di Timor Timur. (Sekarang Timor Leste)

Kadang nostalgia tak terduga seperti ini muncul ketika saya bertemu mantan-mantan anak buah saya. Seperti video ini yang direkam di acara Rapim TNI-Polri tanggal 29 Januari 2019 silam.

Di acara itu saya juga baru dengar apa kata mereka tentang leadership saya sebagai komandan di militer. Harus saya akui, memang betul dulu mereka itu takut sekali kalau lihat saya.

Sekarang kami tertawa bersama mendengar nostalgia itu.

Bukan lagi sebagai komandan dengan bawahan, tapi sebagai seorang senior dengan adik-adiknya yang pernah sama-sama menenteng senjata, berjalan puluhan kilometer menjelajah hutan, lalu sama-sama mengalami baku tembak dengan musuh.

Kebersamaan itu menjelma menjadi hubungan baik sampai sekarang. Respek itu timbul dan tetap ada karena pengalaman masa lalu.

Dan tidak ada yang lebih membuat saya bangga selain melihat mantan anak-anak buah saya memiliki karir yang bersinar seperti sekarang.

Lalu pertanyaannya, apakah dulu saya betul terkenal galak?

Halaman
1234

Berita Terkini