Disinggung Saat Debat Kedua Capres, Indonesia Ternyata Punya 4 Unicorn

Editor: taryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Disinggung Saat Debat Kedua Capres, Indonesia Ternyata Punya 4 Unicorn

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JALARTA - Unicorn menjadi topik bahasan di debat kedua Capres.

Adalah Capres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)  yang memulainya.

Hal ini berawal dari pertanyaan Jokowi ke Capres 02 Prabowo terkait strategi Prabowo membangun infrastruktur untuk mendukung Unicorn.

Saat ini Indonesia sudah memiliki 4 Unicorn yakni start-up alias perusahaan rintisan yang bernilai di atas 1 miliar dollar AS.

Apa saja?

Berikut daftarnya:

1. Go-Jek

Berdasarkan situs Crunchbase, Selasa (25/12/2018) Go-Jek sudah mendapat pendanaan sebesar 3,3 miliar atau dollar AS dengan total 7 kali putaran pendanaan semenjak 31 Desember 2014.

Terakhir, menurut situs tersebut, Go-Jek menerima pendanaan dari Corporate Round pada 31 Oktober 2018 yakni dari Tencent Holdings, JD.com, dan Google senilai 1,2 miliar dollar AS.

5 Berita Lampung Terpopuler, Avanza Terseret ke Sungai hingga Siswi SMA Dicabuli di Studio Musik

LIVE STREAMING Piala FA, Chelsea vs Manchester United. Akankah Si Biru Mampu Dulang Kemenangan Lagi?

Bahayakan Nyawa Polisi, Dooorr Pelaku Curanmor Roboh Diterjang Timah Panas

Hanya Bertahan 15 Bulan, Toko Kue Milik Penyanyi Dangdut Via Vallen di Kota Solo Tutup

Hasil Debat Capres Kedua, Prabowo Kritik Program Bagi Sertifikat, Jokowi Beri Jawaban Menohok

2. Tokopedia

Dikutip dari Cruchbase, Tokopedia telah mengumpulkan 9 kali pendanaan sejak 6 Februari 2009.

Adapun putaran pendanaan terakhir yang dilakukan oleh Tokopedia yakni seri G senilai 1,1 miliar dollar AS dari Alibaba dan SoftBank.

Dengan pendanaan itu, maka nilai Tokopedia saat ini disebut mencapai 7 miliar dolar AS.

3. Bukalapak

Start up unicorn yang satu ini tidak terlalu gencar mencari pendanaan di tahun 2018.

Dikutip dari situs Cruchbase, Bukalapak terakhir kali mendapat putaran pendanaan Series C pada 17 November 2018.

Cruchbase mencatat, Bukalapak baru lima kali mendapat putaran pendanaan.

Salah satunya dari EMTEK Group tahun 2015 silam.

4. Traveloka

Dilansir dari Cruchbase, Traveloka tercatat mengumpulkan 500 juta dollar AS dari 4 kali putaran pendanaan semenjak 12 November 2012.

Putaran pendanaan terakhir yang dilakukan oleh Traveloka yakni pada 27 Juli 2017 dengan investor Expedia sebesar 350 juta dollar AS.

Pada bulan Oktober 2018, Traveloka sempat dikabarkan mengincar pendanaan sebesar 400 juta dollar AS.

Pendanaan tersebut diperoleh dari investor baru maupun eksisting.

Saat ini Traveloka menjadi salah satu startup Indonesia yang berekspansi ke Asia Tenggara mulai dari Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, hingga Vietnam.

Jumlah unicorn Indonesia tersebut termasuk banyak dibanding negara-negara di Asia Tenggara.

Pertanyaannya mengapa banyak unicorn itu muncul di Indonesia?

Ekonom Unika Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko bercerita, beberapa waktu lalu, dirinya bertemu dengan Dubes Singapura.

Dalam pertemuan itu ada diskusi, mengapa unicorn-unicorn muncul dari Indonesia.

"Salah satu yang muncul itu, satu itu karena di sini (Indonesia) tidak ada aturannya. Karena tidak ada aturannya orang jadi berkreasi semaksimal mungkin," ucap dia dalam FGD BTPN di Bali, pekan lalu.

Selain itu sebut Prasetyantoko, munculnya unicorn tersebut karena adanya kesempatan yang besar di Indonesia.

"Yang kedua opportunity itu ada di sini, tidak di sana," ujarnya.

Mengenai saat menjadi unicorn, perusahaan-perusahaan itu ternyata diambi alih oleh investor asing, Prasetyantoko menilai hal tersebut bukan merupakan suatu masalah, tetapi merupakan paradoks yang alamiah.

"Karena opportunity di sini, sehingga ruang untuk berkembang itu ada di sini. Tetapi begitu dia muncul jadi unicorn, asing yang ambil, take over. Bagi saya ini alamiah untuk pasar indonesia. Karena di sini ada oppurtunity, begitu dia mau naik harus ada injeksi asing," paparnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur BTPN Anika Faisal menyebut, Indonesia merupakan pasar yang sangat besar dan mempunyai potensi yang sangat bagus.

"Sehingga apapun bisa berkembang, istilahnya tanahnya subur banget ditanami apapun tumbuh, potensi apapun tumbuh," ucapnya.

Mengenai modal asing yang masuk ke unicorn, Anika menyebutkan, hal itu karena kapasitas membangun modal di Indonesia memang masih belum bisa diharapkan.

"Sehingga bila mengharapkan pengumpulan modal dari dalam negeri itu yang sulit, itu lah mengapa datang dari asing," katanya.

Mengenai modal asing tersebut, Anika mengatakan bahwa hal itu tidak perlu dikhawatirkan, selama Indonesia mendapatkan manfaat dari modal tersebut.

"Karena kan orang bawa uang ke Indonesia untuk kebaikan Indonesia kenapa tidak? Yang penting apakah memberikan kemanfaatan enggak? Nah kalau memberikan manfaat, seperti bayar pajak, memberikan pekerjaan bagi orang Indonesia, uangnya itu di Indonesia, di-invest dan reinvest kenapa enggak?" papar dia.

Berita Terkini