Roro Rukmi Windi Perdani Beberkan Alasan Jadi Dokter Anak

Penulis: Jelita Dini Kinanti
Editor: Daniel Tri Hardanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Roro Rukmi Windi Perdani

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Keinginan menolong orang sakit membuat dr Roro Rukmi Windi Perdani SpA MKes ingin menggeluti profesi dokter. 

Keinginannya semakin kuat saat Roro tertarik dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan sewaktu duduk di bangku SMP.

Untuk mewujudkan keinginan itu, begitu lulus SMA Roro kuliah kedokteran di Universitas Islam Sultan Agung (Unisula) Semarang tahun 1999.

"Saya kuliah di Unisula, karena ingin dekat dengan ibu saya yang sedang kuliah S2 di Universitas Diponegoro. Selama kuliah saya belajar dengan giat karena ingin menjadi dokter yang andal. Akhirnya saya lulus tahun 2005," kata Roro kepada Tribunlampung.co.id, Selasa, 19 Maret 2019.  

Setelah lulus, wanita kelahiran Bandar Lampung, 5 Mei 1981 itu ikut PTT Mandiri di Rumah Sakit Surya Asih, Pringsewu.

Roro menempuh pendidikan magister kesehatan di Universitas Diponegoro pada 2008-2010.

Lalu pada 2012 ia mengambil spesialis anak di tempat sama dan lulus empat tahun kemudian.

Kemudian pada tahun 2016 Roro lulus tes CPNS untuk menjadi dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Pasien Ingin Hidung Mancung Malah Dapat Buntung, Polisi Tangkap Dokter Kecantikan

Roro mengambil spesialis anak karena sangat menyukainya. 

"Saya suka melihat anak-anak dengan kelucuan, kelincahan, dan kepolosannya. Nggak tahu kenapa. Suka pokoknya. Agar bisa lebih dekat dengan banyak anak dan merawatnya saat sedang sakit, maka saya putuskan mengambil spesialis anak agar bisa menjadi dokter anak," kata Roro.

Selepas lulus spesialis anak, Roro kembali menjadi dosen di Universitas Lampung.

Ia mengajar mahasiswa tahap kepaniteraan klinik di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek.

Sebab, rumah sakit milik Pemprov Lampung ini bekerja sama dengan Universitas Lampung.

"Di rumah sakit ini juga saya juga bekerja sebagai dokter anak, karena saya spesialis anak. Selama saya menjadi dokter anak, yang menjadi kebahagiaan saat saya melihat anak yang saya rawat bisa kembali sehat dan lincah. Apalagi yang saya rawat adalah anak yang penyakit berat," ujar Roro.

Profesor Hamid, Penggembala Kambing asal Lampung Tengah yang Jadi Dosen di Negeri Paman Sam

Keluarga Pasien Sering Curhat

Selama menjadi dokter anak, tidak semua pasien yang dirawatnya sembuh.

Ada juga pasien yang meninggal dunia meskipun Roro sudah berusaha keras menolongnya sesuai prosedur. 

"Saat ada pasien yang meninggal dunia, itulah yang menjadi pukulan berat bagi saya. Menurut saya, dokter mana pun juga pasti terpukul kalau mengalami yang sama. Karena kami sebagai dokter ingin semua pasien yang kami rawat sembuh," ujar Roro.

Roro kerap berkomunikasi dengan keluarga pasien yang meninggal dunia.

Bahkan, komunikasi ini dilakukan sebelum pasien meninggal dan kondisinya semakin memburuk.

Dengan komunikasi efektif disertai edukasi, belum pernah ada pihak keluarga yang marah ketika pasien meninggal dunia.

"Saya justru pernah kena marah pasien dan kena protes ketika saya datang terlambat. Hanya itu. Selebihnya tidak ada yang marah atau protes karena hal lain. Justru banyak keluarga pasien yang curhat ke saya. Contoh curhat kok penyakit anaknya tidak sembuh-sembuh," kata Roro. (Tribunlampung.co.id/Jelita Dini Kinanti)

Berita Terkini