"Staf manajemen sampai sudah tidak gajian enam bulan. Mulai bulan November mereka tidak punya tempat tinggal lagi dan kumpul di rumah saya agar tetap bisa melayani tim," kata Marco di akun @firentzzo, 21 Maret 2015.
"Istri saya berusaha sediakan makan untuk kami semua dan staf juga gantian patungan untuk beli makan bahkan sering cuma masak mie instan untuk rame-rame."
"Jadi bukan hanya tim yang menderita. Manajemen sudah lebih dahulu menderita! Karena tim adalah SELALU PRIORITAS UTAMA! Ini filosofi yang saya tanamkan di PBR."
"Enam bulan tidak menerima gaji, staf manajemen tidak ada satupun yang berani protes, karena mereka respect pada saya dan tahu kalau saya juga sudah lebih menderita."
• Usia Hampir Setengah Abad Masih Kuliah, Ketua Tim Kampanye PDIP Lampung Tengah Pantang Malu
• Agen Mossad yang Menangkap Nazi Perancang Holocaust Adolf Eichmann Meninggal Dunia
• Cara Buat Surat Keterangan Kehilangan di Kantor Polisi Terdekat
Selanjutnya, Marco menyampaikan salam perpisahan yang menandai pengunduran dirinya dari kursi CEO PBR.
"Saya berterima kasih pada para pemain, pelatih, ofisial, staf manajemen dan seluruh pendukung setia PBR. Kalian luar biasa!"
"Terima kasih untuk Bandung yang telah memberikan kesempatan untuk PBR lahir & berkembang. Kota yang akan mengisi tempat yang istimewa di hati saya.."
(tribunlampung.co.id/daniel tri hardanto)