Letkol Infanteri Sintong Panjaitan yang menjadi pemimpin operasi lapangan menjelaskan bahwa kehadiran Benny itu di luar skenario.
"Ini di luar skenario," ujarnya dalam buku 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.' Namun pada akhirnya Sintong membiarkan Benny Moerdani untuk tetap dalam pasukan.
Setelah pesawat berhasil dikuasai pasukan Kopassus, Benny Moerdani lagi-lagi melakukan aksi tak terduga.
Benny Moerdani tiba-tiba masuk ke pesawat sambil menenteng pistol bersama Kolonel Teddy.
Ia menuju kokpit dan menyuruh Teddy untuk memeriksa panel elektronik Woyla.
Setelah dinyatakan aman dari ancaman bom yang diaktifkan melalui sirkuit pesawat, Benny Moerdani lantas mengambil mikrofon.
"This is two zero six. Could I speak to Yoga, please?" kata Benny. Yoga Soegomo yang berada di ruang crisis center di menara bandara pun merespons.
"Operasi berhasil, sudah selesai semua," ujar Benny Moerdani melapor. Operasi pembebasan tersebut berjalan sukses dan menuai apresiasi dari dunia internasional.
2. AM Hendropriyono
Menurut biodata yang tertera di Wikipedia, TNI (Purn) AM Hendropriyono mengawali karier militernya sebagai komandan peleton di Kopassus
Ia kemudian menjelma sebagai seorang tokoh intelijen dan militer Indonesia. Ia menjadi Kepala Badan Intelijen Negara pertama dan dijuluki the master of intelligence karena menjadi "Profesor di bidang ilmu Filsafat Intelijen" pertama di dunia.
Selama berkarir di dunia militer, AM Hendropriyono terlibat dalam sejumlah operasi yang membesarkan namanya.
Ia pun dikenal sebagai penuntas insiden Peristiwa Talangsari 1989. Kala itu, Hendropriyono menghadapi Kelompok Warsidi di Talangsari, Lampung Timur.
Pertempuran antara tim Kopassus yang dipimpin AM Hendropriyono pun menumbangkan Kelompok Warsidi itu.
Belakangan kasus Talangsari menjadi sorotan para pegiat Hak Asasi Manusia (HAM).